Rabu, 02 Maret 2016

Kesombongan Membawa Malapetaka

APA yang terjadi, ketika Anda mengandalkan kesombongan dalam menjalani hidup ini? Saya yakin, Anda tidak akan mengalami kebebasan dalam hidup ini.
Seekor burung gagak merasa dirinya yang paling baik di antara burung-burung di hutan belantara. Ia juga tidak mau disaingi oleh burung-burung yang lain. Padahal bulunya yang hitam sering menakutkan burung-burung yang lain. Lagi pula suaranya yang parau jelek sering mengganggu ketenangan para penghuni hutan.
Suatu hari, seekor burung kutilang mendatangi burung gagak yang sedang sedih. Burung kutilang itu berkata, “Hai gagak, mengapa kamu sedang sedih? Apakah kamu sedang ketakutan sama burung pipit?”

Pengampunan

MELALUI kisah perumpamaan pada hari ini, Yesus mengajak kita untuk memberikan pengampunan tanpa batas.
Sungguh berat permintaan Yesus dan rasanya mustahil dilaksanakan. Mengampuni sekali saja sudah sulit, apalagi berkali-kali.
Namun kita harus menyadari, sudah tak terhitung berapa banyak kesalahan, pelanggaran dan dosa kita yang telah diampuni oleh Tuhan. Ia sungguh maha rahim dan berbelas kasih kepada kita. Mengapa kita masih mengeraskan hati dan tidak bersedia mengampuni sesama?
Jangan biarkan gengsi dan harga diri menghalangi kita untuk memberikan pengampunan. Pengampunan merupakan langkah menuju pemulihan. Dengan mengampuni kita dibebaskan dari sakit hati, kebencian dan dendam. Dengan mengampuni kita akan memperoleh kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan.
Mari mohon rahmat Tuhan agar kita dimampukan untuk terus menerus mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kita dengan tulus dan sepenuh hati. Dengan demikian kita pun akan mendapat pengampunan daripadaNya agar kita boleh hidup kekal di dalam kerajaanNya kelak.
Hari Biasa Pekan III Prapaskah
Dan. 3:25,34-43; Mzm. 25:4bc-5ab,6-7bc,8-9; Mat. 18:21-35. BcO Kel. 32:1-6,15-34
Bacaan Injil: Mat. 18:21-35.
21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” 22 Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. 23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. 24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. 25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. 26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. 27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. 28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! 29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. 30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. 31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. 32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. 33 Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? 34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. 35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”
Renungan:
SAMPAI detik ini aku percaya bahwa ada di antara para pembaca Sabda Hidup ini yang masih sulit mengampuni seseorang. Lukanya begitu dalam sehingga sulit untuk mengampuni. Namun bertanyalah dalam dirimu apa untungnya menyimpan dendam dan amarah? Gak ada. Yang ada adalah ruginya. Hidup akan terasa lelah. Kelelahan itu akan menghukum diri kita sendiri.
Allah itu mahapengampun. Ia mengampuni mereka yang memohon ampun kepadaNya. Walau dosanya besar namun hati Allah selalu tergerak oleh belas kasihan. Ia tidak menyimpan dendam kepada mereka yang memohon ampun kepadaNya. Pada mereka yang diampuni Allah memanggil mereka untuk bermurah hati mengampuni sesamanya.
Masa prapaskah ini menjadi kesempatan pada anda yang belum bisa mengampuni untuk memohon rahmat Allah agar bisa mengampuni. Bebaskanlah dirimu dari amarah dan dendam. Bangunlah kerahiman dalam dirimu. Kala anda mau mengampuni yang sulit kauampuni, maka hidupmu pun akan penuh dengan kelegaan.
Kontemplasi:
Duduklah di hadapan Tuhan. Mohonlah rahmat agar bisa mengampuni.
Refleksi:
Temukan semangat untuk mengampuni sesama yang sulit kauampuni.
Doa:
Tuhan Engkau bermurah hati dalam mengampuni. Semoga aku pun mempunyai rahmatMu untuk murah hati dalam mengampuni. Amin.
Perutusan:
Aku akan mengampuni dia yang masih sulit kuampuni. -nasp-

Penolakan Terhadap Kebaikan Yesus

PENOLAKAN sungguh menyakitkan, terutama bila dilakukan oleh teman, kerabat atau anggota keluarga.
Kelakuan kita sebagai murid Yesus, ternyata tidak berbeda dengan orang-orang Nazaret. Kerap kita menyakiti hatiNya lewat tutur kata, sikap dan tindakan kita. Kita cenderung mengabaikan perintahNya dan lebih memilih hal-hal yang nyaman dan menyenangkan saja. Akibatnya dosa mengisi relung hati kita dan mengusir Yesus yang bersemayam di hati.
Sadari bahwa iman sejati tidak cukup diucapkan di bibir saja, melainkan harus diungkapkan dengan perbuatan nyata. Mari buka hati seluasnya untuk menerima kehadiran Yesus dan melibatkan Dia di dalam seluruh aspek kehidupan kita. Mohon Roh Kudus untuk menerangi hati dan budi agar kita semakin memahami ajaranNya dan mampu menghayatinya di dalam kehidupan sehari-hari.

Mendengarkan dan Mengandalkan Yesus Kristus

Senin, 29 Februari 2016
Pekan Prapaskah III
2Raj 5:1-15a; Mzm 42:2.3;43:3.4; Luk 4:24-30
Yesus bersabda, “Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel, tetapi tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.”
KEDUA bacaan hari ini, bacaan pertama dan Injil, dihubungkan oleh kisah tentang Naaman. Siapa Naaman? Dia adalah seorang perwira dari Siria, yang disembuhkan secara ajaib oleh Nabi Elisa dari penyakit kusta.
Dalam Injil hari ini, Yesus menyampaikan kepada kita pengalaman Naaman untuk mengkritisi para pendengar-Nya di sigagoga Nazareth tempat Yesus secara resmi menyatakan perutusan-Nya sebagai Mesias, Penebus dan Pembebas, namun mereka menolak Dia. Meski mereka takjub, namun tanpa disertai iman kepada-Nya.
Maka dari itu Yesus bersabda, “Tidak ada nabi yang dihormati di tempat asalnya.” Ia lalu memberi contoh pengalaman hidup Naaman yang disembuhkan secara ajaib oleh Nabi Elisa. Pada waktu itu, banyak orang sakit kusta di Israel, kata Yesus, namun Elisa diutus untuk menyembuhkan Naaman orag Siria, orang asing dalam kacamata Yahudi. Apa maknanya bagi kita?
Kita pun dapat dengan mudah gagal mengenali suara Allah dalam pribadi tertentu yang membawa pesan dari-Nya. Seperti orang Nazareth, kita dapat berpikir seakan mengenal dengan baik utusan Tuhan yang harus kita dengarkan. Kita merasa bahwa tak mungkin Allah berbicara kepada kita melalui orang yang demikian. Ini bisa saja terjadi pada orang yang kita jumpai setiap hari. Bisa jadi ia adalah salah satu teman kita, atau anggota keluarga dan kerabat kita.
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi seraya menyembah Yesus Kristus, kita dapat melajar untuk melawan dosa-dosa kita, yakni ketidakpedulian dan ketidakpercayaan. Kita mengandalkan Dia yang akan membebaskan kita dari setiap kebiasaan berdosa dan cara-cara hidup yang melukasi relasi kita dengan sesama kita.
Tuhan Yesus Kristus, bersihkan dan sembuhkanlah kami dari dosa cuek dan acuh tak percaya. Semoga kami mengandalkan Dikau dengan kasih dan penuh iman kini dan selamanya. Amin,
Hari Biasa Pekan III Prapaskah
2Raj. 5:1-15a; Mzm. 42:2,3; 43:3,4; Luk. 4:24-30. BcO Kel. 24:1-18
Bacaan Injil: Luk. 4:24-30.
24 Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. 25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” 28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Renungan:
WALAU sesuatu yang dikatakan benar, namun mereka yang tersinggung akan memunculkan reaksi tertentu. Ada yang marah. Ada yang sinis. Ada yang nglokro. Ada yang mutung. Dan masih banyak lagi reaski yang bisa disampaikan.
Orang-orang Yahudi tersinggung dengan ucapan Yesus. Mereka jadi marah dan hendak menghukum Yesus. “Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu” (Luk 4:29).
Banyak hal yang bisa membuat seseorang tersinggung. Namun kala kita gampang tersinggung kita pun akan gampang lelah. Kita tidak akan mudah menikmati kemerdekaan pergaulan dan persaudaraan. Kita pun tidak mudah untuk menangkap pesan yang disampaikan dan kemungkinan memperbaiki diri. Mari kita belajar menangkap dengan tenang walau ada kata-kata pedas yang mengenai diri kita. Kemampuan itu akan mendewasakan kita.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah dalam Injil Luk. 4:24-30. Bandingkan dengan pengalamanmu.
Refleksi:
Bagaimana menahan diri dari rasa tersinggung?
Doa:
Tuhan, ajarilah aku untuk tetap tenang menerima kritikan yang tajam sekalipun. Semoga aku bisa menangkap pesan darinya dan mengubah kekurangan hidupku. Amin.
Perutusan:
Aku tidak ingin tersinggung. -nasp-

Senin, 22 Februari 2016

Bangkit, Bertobat Dan Wartakan Injil

PETRUS adalah seorang nelayan yang berkepribadian sederhana. Dengan imannya ia mengakui Yesus sebagai anak Allah; tapi di kesempatan lain, ia berani menyangkal Yesus di muka publik sebanyak tiga kali. Petrus memang jauh dari sempurna, tapi Yesus tetap memilihnya dan mempercayakan GerejaNya di tangan pimpinannya.
Kita juga mempunyai banyak kelemahan, tapi kasih Allah jauh lebih besar dari semua dosa dan pelanggaran yang pernah kita perbuat. Hendaknya kita mau belajar dari Petrus, untuk bangkit dari kegagalan, bertobat, memperbaiki diri dan dengan rendah hati datang kepada Allah untuk memohon pengampunanNya.
Perkenankan Roh Kudus untuk membaharui hidup kita agar kita bertumbuh dalam iman. Mari lanjutkan tugas perutusan para rasul sesuai profesi kita masing-masing, wartakan kabar gembira kepada setiap orang yang kita jumpai.