Rabu, 29 Juli 2015

RIP: Mgr. F.X. Prajasuta, MSF

RIP: Mgr. F.X. Prajasuta, MSF pada hari Selasa pkl 13.35 WIB di RS Panti Rapih Yogyakarta. 
Jenazah disemayamkan di rumah duka RS Panti Rapih. Hari Rabo pagi Jenazah diantar ke Wisma Nazareth, Jln. Kaliurang Km 7,5 banteng Yogya. Kamis 30 Juli Pkl 10.00 WIB Misa Requiem.


Akan diadakan Misa Requiem pada hari Kamis 30 Juli 2015 Pkl 17:30 di Gereja Bunda Maria Banjarbaru.

Senin, 27 Juli 2015

SYAHADAT IMAN

Syahadat Nicaea-Konstantinopel
Syahadat Para Rasul
1 : Kami percaya akan satu Allah,
     BAPA yang mahakuasa,
     pencipta langit dan bumi,
     dan segala sesuatu yang
kelihatandan tak kelihatan,
Aku percaya akan Allah,
     BAPA yang mahakuasa,
     Pencipta langit dan bumi.
2 : Dan akan satu TUHAN
     YESUS  KRISTUS,
     Putra Allah yang tunggal,
     Ia lahir dari Bapa sebelum
segala abad.
     Allah dari Allah,
     Terang dari Terang,
     Allah benar dari Allah benar.
     Ia dilahirkan, bukan dijadikan,
     sehakekat dengan Bapa;
Segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.

Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita.
     Ia dikandung dari Roh Kudus,
Dilahirkan oleh Perawan manusia dan menjadi manusia.

     Ia pun disalibkan untuk kita,
     waktu Pontius Pilatus.
     Ia menderita sampai wafat
     dan dimakamkan.
     Pada hari ketiga Ia bangkit,
     menurut Kitab Suci.
     Ia naik ke surga,
     duduk di sisi Bapa.
     Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan yang mati;
     kerajaan-Nya takkan berakhir.

Dan akan YESUS KRISTUS,
Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita.
    
   







     yang dikandung dari Roh Kudus,
dilahirkan oleh Perawan Maria.
    
    


     Yang menderita sengsara
dalam pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan,
     wafat,
     dan dimakamkan.
Yang turun ke tempat penantian,
     pada hari ketiga bangkit
     dari antara orang mati.
     Yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa
     yang mahakuasa,
     dari situ Ia akan datang,
     mengadili orang yang hidup
     dan yang mati.
3 : dan akan ROH KUDUS,
Aku percaya akan ROH KUDUS,
4 : Ia Tuhan yang menghidupkan,
Ia berasal dari Bapa dan Putra.
     Yang serta Bapa dan Putra
     disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.

5 : dan akan GEREJA
     yang Satu, Kudus, Katolik,
     dan Apostolik.

GEREJA Katolik yang Kudus,
6 : Kami mengakui satu pembaptisan
     akan penghapusan dosa.
     Aku menantikan kebangkitan
orang mati dan hidup di akhirat.
AMIN
persekutuan para kudus,
     pengampunan dosa,
     kebangkitan badan,

     kehidupan kekal.


AMIN


YESUS KRISTUS SUNGGUH ALLAH – SUNGGUH MANUSIA

Hampir 239 tahun (akhir th. 200 th. 451) Bapa-bapa Gereja dan para Uskup merumuskan ajaran iman tentang pokok iman katolik dalam rumusan SYAHADAT IMAN AKAN ALLAH TRITUNGGAL MAHAKUDUS.

Termasuk dalam rumusan SYAHADAT IMAN tersebut dirumuskan pula ajaran (pengakuan) iman akan GEREJA dan buah dari keselamatan Allah.

Berkaitan dengan pengakuan iman akan YESUS KRISTUS, sepanjang sejarah Gereja, dari th. 325 (Konsili Nicaea) hingga th. 1996 (Paus Yohanes Paulus II) ada 44 dokumen Gereja yang berbicara tentang iman akan YESUS KRISTUS, PENYELAMAT.

Dalam rumusan SYAHADAT IMAN Konsili Niaea-Konstantinople dirumuskan beberapa pokok iman yang mendasar berkaitan dengan YESUS KRISTUS à “… Kami percaya akan Yesus Kristus …” 


SYAHADAT IMAN

SYAHADAT IMAN
(Disebut juga SIMBOLA IMAN)

(Dalam bahasa Latin: CREDO)

SIMBOLA/SIMBOLON IMAN

·        Dari bahasa Yunani: SUMBOLON à menggambarkan separuh dari benda yang utuh yang dipecahkan menjadi dua (umpamanya segel), yang dipakai sebagai tanda pengenal. Kedua bagian itu dihubungkan untuk memeriksa identitas pemakai.

·        Adalah tanda pengenal & tanda persekutuan untuk orang beriman.

·        Simbolon juga berarti himpunan/ringkasan/ikhtisar. Dalam SIMBOLON IMAN diringkaskan kebenaran-kebenaran iman yang pokok.

·        Oleh karena itu SIMBOLON IMAN dipakai sebagai pegangan pertama; sebagai teks pokok katekese.

·        Katekismus Gereja Katolik (KGK) no. 188

BERITA GEREJA 25 & 26 JULI 2015 Hari Minggu Biasa XVII

I. Pesta Santo–Santa Minggu ini:

II. Misa Harian dalam pekan ini seperti biasa 06:00 AM
Hari Senin, 17:30PM Misa dan Devosi Keluarga Kudus

Petugas Misa Minggu yang akan datang:

Hari Sabtu 01 Agustus 17:30 PM
Koor: Suster, Komunitas Elisabeth
Organis: Bpk. Floribertus
Lektor: Bpk dan Ibu Gregorius Koten
Pemazmur: Ibu Caecilia Desy
Kolekte & Persembahan: Komunitas Elisabeth
Putra-Putri Altar: Reza Aditya, Michael Immanuel, Marcela Liauw, Prasasty Ayudila

Hari Minggu, 02 Agustus 08:00 AM
Koor: OMK
Organis: Sdri. Florentina Dian
Lektor: Bpk & Ibu Bambang Saryono
Kolekte & Persembahan: OMK
Pemazmur: Bpk. Bpk. Nicolaus Naga
Putra-Putri Altar: Mario Roni, Oktavianus Andri, Maria Maykelina, Yosephine Cahyani

III. Sakramen Perkawinan
Sdr. Nikolaus Klaus putra dari pasangan Bpk. Martinus Milo dan Ibu Wilhemina Imak dengan Sdri. Maria Kurnia Putri, anak dari pasangan Bpk. Herman Gregorius Pranus dan Ibu Regina Lilut, kedua calon mempelai berasal dari Paroki Banjarbaru.
Pengumuman Ketiga
Barang siapa mengetahui adanya halangan-halangan bagi pasangan di atas harap melapor kepada Pastor Paroki.

IV. Pengumuman Tambahan
1.   Anggota Misdinar diharapkan hadir dalam latihan setiap hari Minggu, jam 16:00 PM di Gereja.
2.   Mengundang Pengurus Dewan Paroki, para Ketua Komunitas dan Undangan menghadiri rapat persiapan memperingati 1000 hari wafatnya Mgr. Wilhelmus Demarteau, MSF. Pada hari Minggu 2 Agustus 2015 di Ruang Rapat Pastoran.
3.   Mengundang OMK dan umat yang berminat dalam acara nonton bareng Caffee Iman OMK. Minggu 26 Juli Pukul 19:00 di Gereja Stasi Landasan Ulin.
4.   Mohon kehadiran segenap WKRI Banjarbaru dalam acara Sosialisasi Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Tanaman, yang akan diadakan pada hari Senin 27 Juli 2015 pukul 16:00 di gedung Serbaguna
5.   Bapak, Ibu, saudara (i) anggota Paduan Suara St. Sisilia di mohon hadir pada Acara Syukuran ramah tamah yang akan diadakan setelah Misa Minggu 26 Juli 2015 bertempat di Grotto Maria Banjarbaru. Pengumuman ini berlaku sebagai Undangan resmi.



St. Ignatius dari Loyola 31 Juli

St. Ignatius dari Loyola
Pendiri Serikat Yesus yang terkenal ini dilahirkan pada tahun 1491. Ia berasal dari keluarga bangsawan Spanyol. Ketika masih kanak-kanak, ia dikirim untuk menjadi abdi di istana raja. Di sana ia tinggal sambil berangan-angan bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi seorang laskar yang hebat dan menikah dengan seorang puteri yang cantik. Di kemudian hari, ia sungguh mendapat penghargaan karena kegagahannya dalam pertempuran di Pamplona. Tetapi, luka karena peluru meriam di tubuhnya membuat Ignatius terbaring tak berdaya selama berbulan-bulan di atas pembaringannya di Benteng Loyola. Ignatius meminta buku-buku bacaan untuk menghilangkan rasa bosannya. Ia menyukai cerita-cerita tentang kepahlawanan, tetapi di sana hanya tersedia kisah hidup Yesus dan para kudus. Karena tidak ada pilihan lain, ia membaca juga buku-buku itu. Perlahan-lahan, buku-buku itu mulai menarik hatinya. Hidupnya mulai berubah. Ia berkata kepada dirinya sendiri, “Mereka adalah orang-orang yang sama seperti aku, jadi mengapa aku tidak bisa melakukan seperti apa yang telah mereka lakukan?” Semua kemuliaan dan kehormatan yang sebelumnya sangat ia dambakan, tampak tak berarti lagi baginya sekarang. Ia mulai meneladani para kudus dalam doa, silih dan perbuatan-perbuatan baik.



St. Ignatius harus menderita banyak pencobaan dan penghinaan. Sebelum ia memulai karyanya yang hebat dengan membentuk Serikat Yesus, ia harus bersekolah. Ia belajar tata bahasa Latin. Sebagian besar murid dalam kelasnya adalah anak-anak, sementara Ignatius sudah berusia tiga puluh tiga tahun. Meskipun begitu, Ignatius pergi juga mengikuti pelajaran karena ia tahu bahwa ia memerlukan pengetahuan ini untuk membantunya kelak dalam pewartaannya. Dengan sabar dan  tawa, ia menerima ejekan dan cemoohan dari teman-teman sekelasnya. Selama waktu itu, ia mulai mengajar dan mendorong orang lain untuk berdoa. Karena kegiatannya itu, ia dicurigai sebagai penyebar bidaah (=agama sesat) dan dipenjarakan untuk sementara waktu! Hal itu tidak menghentikan Ignatius. “Seluruh kota tidak akan cukup menampung begitu banyak rantai yang ingin aku kenakan karena cinta kepada Yesus,” katanya.  

Ignatius berusia empat puluh tiga tahun ketika ia lulus dari Universitas Paris. Pada tahun 1534, bersama dengan enam orang sahabatnya, ia mengucapkan kaul rohani. Ignatius dan sahabat-sahabatnya, yang pada waktu itu masih belum menjadi imam, ditahbiskan pada tahun 1539. Mereka berikrar untuk melayani Tuhan dengan cara apa pun yang dianggap baik oleh Bapa Suci. Pada tahun 1540 Serikat Yesus secara resmi diakui oleh Paus. Sebelum Ignatius wafat, Serikat Yesus atau Yesuit telah beranggotakan seribu orang. Mereka banyak melakukan perbuatan baik dengan mengajar dan mewartakan Injil. Seringkali Ignatius berdoa, “Berilah aku hanya cinta dan rahmat-Mu, ya Tuhan. Dengan itu aku sudah menjadi kaya, dan aku tidak mengharapkan apa-apa lagi.” St. Ignatius wafat di Roma pada tanggal 31 Juli 1556. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XV.

Marilah pada hari ini kita berdoa dengan menggunakan kata-kata St. Ignatius dari Loyola, “Berilah aku hanya cinta dan rahmat-Mu, ya Tuhan. Dengan itu aku sudah menjadi kaya, dan aku tidak mengharapkan apa-apa lagi.”

St. Marta 29 Juli


Yesus, Marta dan Maria

Marta adalah saudari Maria dan Lazarus. Mereka tinggal di sebuah kota kecil bernama Betania, dekat Yerusalem. Ketiga bersaudara itu adalah sahabat-sahabat Yesus. Yesus seringkali datang mengunjungi mereka. Sesungguhnya, dalam Injil dikatakan: “Yesus mengasihi Marta, dan saudaranya Maria dan Lazarus.” Marta dengan senang hati melayani Yesus apabila Ia datang mengunjungi mereka. Suatu hari, Marta sedang menyiapkan makanan bagi Yesus dan para murid-Nya. Marta yakin bahwa tugasnya akan lebih ringan apabila saudarinya datang membantu. Ia melihat Maria duduk tenang dekat kaki Yesus, asyik mendengarkan Dia. “Tuhan, suruhlah dia membantu aku,” pinta Marta kepada Yesus. Yesus amat senang dengan semua layanan kasih sayang Marta. Tetapi, Ia ingin Marta tahu bahwa mendengarkan Sabda Tuhan dan berdoa jauh lebih penting. Jadi dengan lembut Yesus berkata kepadanya, “Marta, Marta engkau khawatir akan banyak hal, namun hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik.”

Iman Marta yang mendalam kepada Yesus tampak nyata ketika saudaranya, Lazarus, meninggal. Begitu ia mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju Betania, Marta pergi menyongsong-Nya. Ia percaya kepada Yesus dan dengan terus terang berkata: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Kemudian Yesus mengatakan kepadanya bahwa Lazarus akan bangkit. Kata-Nya, “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. Percayakah engkau akan hal ini?" Dan Marta menjawab, “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkau-lah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” Yesus mengadakan suatu mukjizat besar dengan membangkitkan Lazarus dari antara orang mati!

Sesudah kejadian itu, Yesus datang lagi dan makan bersama dengan Lazarus, Marta dan Maria. Seperti biasanya, Marta melayani mereka. Namun demikian, kali ini Marta melayani dengan sikap yang lebih tulus serta penuh kasih. Ia melayani dengan hati yang penuh sukacita.

Pada hari ini kita hendak mengulangi pernyataan iman Marta kepada Yesus: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkau-lah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” (Yoh 11:27)

Pewartaan Kristus di Zaman Digital dengan Semangat Rasul Paulus bagian I

I. Kristus hidup di dalam aku
Jika membaca riwayat hidup Rasul Paulus, kita akan terinspirasi dengan betapa besar kasihnya kepada Kristus. Ia benar- benar mempersembahkan seluruh hidupnya untuk mengabarkan Injil. Ia rela di penjara dan dianiaya, rela melakukan perjalanan yang berbahaya, demi mewartakan Kabar Gembira kepada segala bangsa. Semangatnya tak surut bahkan setelah beberapa kali didera, dan diterpa bahaya maut (lih. 2Kor 11:23, 25; Kis 27:27). Namun sesungguhnya, ia dapat mengasihi Kristus sedemikian rupa karena Tuhan Yesuslah yang terlebih dahulu mengasihi dan mengampuni dia. Perjumpaannya dengan Kristus di perjalanan menuju Damsyik mengubah seluruh hidupnya, dan melalui sentuhan kasih Kristus ia menjadi manusia baru. Paulus tidak lagi hidup menurut pengertian dan kehendaknya sendiri, namun menurut ajaran dan kehendak Kristus. Keseluruhan jiwa dan kehendaknya begitu terarah kepada Kristus, sehingga ia dapat mengatakan, “…. namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20).


Pewartaan Kristus di Zaman Digital dengan Semangat Rasul Paulus bagian II

II. Sudahkah perkataan Rasul Paulus itu menggema di dalam hati kita?
Jika kasih kita kepada Tuhan diukur dari sejauh mana kita telah melakukan perintah- perintah-Nya (lih. 1Yoh 5:3), dan sejauh mana kita mempunyai kehendak yang sama dengan kehendak Kristus, maka baik jika kita tanyakan kepada diri sendiri, sudahkah kita mempunyai kerinduan seperti Rasul Paulus,  yang melakukan apa saja untuk mewartakan Kristus? Berikut ini adalah beberapa prinsip ajaran Rasul Paulus yang mungkin dapat kita jadikan sebagai patokan dasar pewartaan kita:

1. Beritakanlah Injil!
“Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1 Kor 9:16) Rasul Paulus mempunyai kecintaan yang besar kepada Injil. Maka pewartaannya tentang Kristus juga merupakan pewartaan akan segala pengajaran dan perintah Kristus dalam Injil. Semangat Rasul Paulus ini harus mendorong kita untuk juga semakin bersemangat untuk membaca Kitab Suci, merenungkannya dan melaksanakannya; supaya Injil menjadi sungguh hidup di dalam keseharian kita. Dengan kata lain, Injil yang kita imani itu menentukan sikap hidup, pikiran dan tutur kata kita; inilah sesungguhnya bentuk pewartaan yang sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasul Paulus (Flp 1:27). Selanjutnya Injil inilah yang harus kita wartakan dalam tugas kerasulan kita sebagai katekis.

2. Berpegang pada pilar kebenaran: Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja

Pewartaan Kristus di Zaman Digital dengan Semangat Rasul Paulus bagian III

III. Dunia modern di bawah pengaruh modernisme dan sekularisme
Untuk dapat melakukan karya evangelisasi di tengah dunia modern ini, maka kita harus mengerti apa yang menjadi pergulatan dan tantangan di dunia pada saat ini, yang sering bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani. Dunia tempat kita tinggal dipenuhi dengan begitu banyak tipu daya, sehingga banyak orang yang terseret masuk ke dalamnya. Rasul Yohanes mengatakan “…manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.” (Yoh 3:19). Bahaya paling besar yang dihadapi oleh dunia modern adalah modernisme dan juga sekularisme.
1. Modernisme
Modernisme dikatakan oleh Paus Pius X sebagai “sintesis dari semua bidaah”/ gabungan dari semua ajaran sesat[2], yang kemudian ditegaskan oleh Paus Benediktus XV[3]. Dapat dikatakan bahwa modernisme menggabungkan semua ajaran bidaah karena modernisme ingin menghilangkan semua hal yang berhubungan dengan Tuhan dari seluruh sendi kehidupan. Prinsip dari modernisme ini dapat disarikan sebagai: (a)Prinsip emansipasi, yang menghendaki kebebasan ilmu pengetahuan, tata negara dan hati nurani, yang terpisah dari Gereja; (b) Prinsip perubahan, yang mempercayai bahwa satu-satunya yang statis di dunia ini adalah perubahan dan menolak sesuatu yang tetap, yang terstruktur, yang pada akhirnya akan melawan otoritas Gereja, karena dipandang sebagai organisasi yang terlalu kaku dan terstruktur; (c) Prinsip rekonsiliasi, yang mencoba untuk menyatukan semua perbedaan berdasarkan perasaan hati. Dengan demikian, tidak diperlukan doktrin-doktrin dan kebenaran-kebenaran absolut, karena doktrin-doktrin hanyalah memecah belah rekonsiliasi.
Kita melihat contoh-contoh ada cukup banyak situs, facebook, twitter, maupun bbm, yang sering mengungkapkan semua agama sama saja; yang penting adalah ajaran kasih; Gereja Katolik terlalu kaku dan tidak membumi; Gereja Katolik dan dogma dan doktrinnya hanyalah bikinan manusia semata; tidak perlu terlalu fanatik, dll.
Dan sering perkataan-perkataan seperti di atas dituliskan oleh umat Gereja Katolik dan bahkan para katekis! Inilah sebabnya para Paus menyebutkan bahwa modernisme merupakan sintesis dari semua bidaah atau kesesatan, karena bukan hanya melawan salah satu pengajaran dari Gereja Katolik, namun melawan semua pengajaran Gereja Katolik sampai  kepada akar-akarnya. Seorang tidak dapat menjadi Katolik dan sekaligus menjadi penganut modernisme.
2. Sekularisme

Pewartaan Kristus di Zaman Digital dengan Semangat Rasul Paulus bagian IV

IV. Peluang dan tantangan pewartaan di era digital
Kita bersama yakin, bahwa Rasul Paulus tidak akan berdiam diri menghadapi tantangan ini. Bahkan kita yakin, bahwa dia akan menjadikan media komunikasi sebagai satu peluang yang begitu luar biasa yang harus digunakan untuk mengkomunikasikan/ mewartakan Kristus yang adalah Sang Kebenaran yang sejati. Dalam salah satu dokumen Instruksi Pastoral yang dikeluarkan oleh Pontificum Consilium de Communicationibus Socialibus tentang Komunikasi Sosial, Aetatis Novae (1992), dijabarkannya pentingnya hal komunikasi di dalam Gereja, karena sesungguhnya hal ini mengambil model dari komunikasi yang terjadi di dalam Pribadi Allah Trinitas. Sebab di dalam Kristus yang adalah Sang Sabda yang menjadi manusia, komunikasi kasih antara Allah Bapa dan Allah Putera oleh kuasa Roh Kudus menjadi nyata. Komunikasi ini yang kemudian ditanggapi oleh manusia dalam iman mewujudkan dialog yang mendalam.[4] Komunikasi kasih inilah yang perlu dihadirkan di tengah kehidupan manusia, melalui media komunikasi sosial, dan orang- orang yang terlibat di dalam media ini mempunyai tanggungjawab untuk mewujudkan keselarasan antara Teladan yang dicontoh dan pelaksanaannya di lapangan, agar para pembacanya dapat melihat hubungan antara keduanya. Yaitu bahwa Kabar Gembira yang dikomunikasikan adalah Kasih Allah yang disampaikan di dalam Kristus.

Pewartaan Kristus di Zaman Digital dengan Semangat Rasul Paulus bagian V dan VI

V. Langkah-langkah konkret untuk mewartakan
Setelah kita melihat apa yang dilakukan oleh Rasul Paulus, kondisi dunia ini, dukungan Gereja terhadap penggunaan media, serta beberapa pedoman yang diberikan Gereja, maka mari sekarang kita melihat beberapa langkah konkret yang dapat kita lakukan. Didorong ingin cepat bertindak dan mengedepankan kepraktisan, banyak orang memikirkan program-program atau aktivitas-aktivitas yang harus segera dijalankan. Namun, Yesus mengingatkan kita bahwa jika badai menerjang, rumah yang didirikan di atas pasir akan hancur berantakan, dan sebaliknya rumah yang didirikan di atas batu akan tetap berdiri kokoh. (lih. Mat 7:24-27) Demikian juga dapat pewartaan lewat dunia digital, langkah pertama adalah membuat pondasi yang kokoh. Pondasi yang kokoh adalah pondasi spiritual. Pondasi spiritual ini adalah merupakan jiwa dari karya kerasulan di dalam media digital.
1. Pondasi spiritual
a. Pertobatan: Kita mungkin bertanya-tanya, mengapa untuk melakukan pewartaan, kita harus bertobat terlebih dahulu. Kita dapat belajar dari rasul Paulus, yang menunjukkan bahwa setelah pertobatannya yang luar biasa dalam perjalanan ke Damsyik, dia dapat mewartakan Tuhan dengan luar biasa (lih. Kis 9:1-22). Sebagian dari kita, mungkin telah mengalami pertobatan pertama, yaitu pertobatan yang menuntun kita pada Sakramen Pembaptisan. Namun, pertobatan yang kedua (KGK, 1428) atau pertobatan secara terus menerus diperlukan sehingga kita senantiasa dalam kondisi rahmat. Dan dalam hubungan yang baik dengan Tuhan, maka kita menyampaikan kebaikan Tuhan dengan lebih benar dan indah.

Humor Jesuit (16): ‘Kecik’ dalam Pengakuan Dosa

SUATU hari dalam masa Pra Paskah, seorang pastor Jesuit diminta oleh Suster untuk membantu dalam sesi pengakuan dosa di sebuah sekolah dasar, khusus anak laki-laki di Jawa Tengah. Sekolah dasar itu terletak di tepi sungai kecil dimana tampak beberapa pohon kecik (bahasa Jawa untuk biji buah sawo manila) tumbuh subur di pinggirnya.
Selama pengakuan, pastor itu merasa senang karena sebagian besar murid tidak melakukan kesalahan besar dan kenakalan mereka masih terhitung wajar untuk anak-anak.
Kemudian ada satu kelompok anak-anak berusia sekitar 9 tahun yang berturut-turut malah mengakukan dosa yang sama. “Romo, saya minta ampun karena telah melemparkan Kecik ke dalam sungai,” demikian anak yang pertama berkata.
Anak berikutnya yang masuk juga bilang hal yang sama,”Romo, ampunilah dosa saya. Saya kemarin melempar Kecik ke dalam sungai.”
Dua anak yang kena giliran berikutnya juga mengatakan hal yang persis sama.
Romo itu merasa janggal dan sedikit khawatir bahwa anak-anak kecil itu berlaku terlalu keras terhadap diri mereka sendiri.
“Melempar Kecik ke sungai tidak benar-benar termasuk dosa,” batinnya.
Ia lalu mengingatkan diri untuk bertanya kepada Suster Kepala Sekolah tentang apa yang telah diajakarn guru agama sekolahnya mereka kepada siswa tentang dosa asal. Lalu, sang pastor juga sekilas mengingat-ingat tentang kenakalan seorang murid, ketika seorang anak kecil dengan wajah montok yang cemberut tiba-tiba masuk ke ruang pengakuan.
Romo itu tersenyum dan langsung berkata kepada anak tersebut, “Jangan bilang bahwa kamu juga melempar Kecik ke dalam sungai.”
Anak itu terkejut dan memandang Romo dengan mata terbelalak, “Romo, Kecik itu saya!”

Bertransformasi .................

27 Juli KWI KMJANGAN mencoba untuk merombak hidup anda dalam semalam. Tapi, fokus untuk membuat perubahan kecil satu per satu. Seiring waktu, perubahan-perubahan kecil tersebut akan berakumulasi menjadi suatu transformasi yang besar. Jangan menyerah!

Renungan Harian: Senin, 27 Juli 2015 Pekan Biasa XVII-Hari Biasa

PEKAN BIASA XVII-HARI BIASA
Kel.32:15-24; 30-34; Mzm. 106: 19-20, 21-22, 23; Mat. 13: 31-35
AKU mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan”
Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi, www.odigitria.itKetika seseorang dipercayakan untuk berbicara di depan umum, entah itu dalam suasana formal maupun non formal, hal pertama yang akan terlintas dalam benaknya adalah kepada siapa ia berbicara dan apa pesan yang ingin ia sampaikan kepada para pendengarnya. Kedua hal ini menjadi sangat penting dalam proses komunikasi karena menentukan keberhasilan proses komunikasi. Hal serupa terjadi juga pada zaman Yesus. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa hampir sebagian besar pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah, ditampilkan dalam bentuk perumpamaan. Yesus menyampaikan pewartaanNya dalam bentuk perumpamaan dimaksudkan agar para pengikutnya dan umat yang percaya kepadaNya lebih mudah memahami apa yang ingin Ia sampaikan.
Dalam bacaan suci hari ini, kepada kita disajikan dua perumpamaan yakni tentang biji sesawi dan ragi. Ragi dan biji sesawi adalah dua jenis bahan yang biasa digunakan oleh masyarakat dalam hidup harian. Biji sesawi merupakan jenis biji terkecil dari semua jenis tumbuhan berbiji dan ragi juga adalah bahan pengawet makanan yang diperlukan secukupnya. Ragi dalam konteks masyarakat Yahudi, mempunyai unsure negative. Namun, dalam konteks bacaan hari, ragi yang dimaksudkan bukanlah dalam arti negative melainkan sebagai lambang Kuasa Allah. Dua perumpamaan ini menekankan bahwa Kebesaran dan Kekuasaan Allah dapat dilihat dalam aktivitas sehari-hari, asal yang biasa-biasa di pandang dari kaca mata iman.
Apa alasan Tuhan Yesus pada hari ini menggunakan biji sesawi dan ragi untuk menggambarkan Kerajaan Allah? Ragi dan biji sesawi secara fisik termasuk dalam kelompok benda-benda kecil. Namun keduanya mempunyai daya kemampuan yang sangat besar untuk mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Inti sari perumpamaan ini adalah kontras antara ukuran kecil dan hasil akhir. Hal ini menggambarkan karya Yesus yang tampak amat sederhana namun kita sebagai orang-orang beriman harus menampakkan kecermelangannya. Melalui kedua perumpamaan ini, Tuhan Yesus ingin agar kita mempunyai daya yang mampu mempengaruhi lingkungan di sekitar kita. Walaupun kecil, kita hendaknya menjadi pribadi yang bekualitas. Kita harus bisa menjadi biji sesawi yang mampu bertumbuh dan berkembang. Kita juga harus bisa menjadi ragi yang mampu mengawetkan dan memberi rasa enak dalam hidup bersama. Dengan demikian, nama kita akan tercatat di dua Loh Batu sebagai yang dilukiskan kitab keluaran pada hari ini, sebagai orang yang akan diselamatkan. ***

Perjumpaan Yang Meneguhkan dan Membawa Sukacita

22 Juli KWI RMARIA Magdalena merasakan kehilangan yang sangat besar saat Yesus wafat. Yesus adalah pribadi yang sangat ia kagumi; karena berkat kasihNya, haluan hidupnya berubah, dari seorang pendosa menjadi seorang pengikut Yesus yang setia.
Kerinduannya yang mendalam akan Yesus, membawanya untuk datang mengunjungi makamNya. Saat menemukan makam yang kosong, hatinya remuk redam dan ia terpuruk dalam kesedihan sehingga tidak mengenali kehadiran Yesus. Barulah ketika Yesus memanggil namanya secara pribadi, ia mengenali suaraNya. Duka berganti sukacita, dan dengan penuh semangat ia mewartakan kebangkitanNya kepada murid yang lain.
Dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan hambatan dan kesulitan, hendaknya kita senantiasa mengarahkan hati dan pandangan kita kepada Yesus. Cari Dia dengan penuh kerinduan, bina relasi yang akrab dan erat denganNya, agar kita peka terhadap sapaanNya dan mengalami kasihNya yang memberi kekuatan dan semangat baru sehingga kita tidak tenggelam ditelan gelombang kehidupan.
Walau badai mengamuk di sekitar kita, bersama Dia dan bersatu dengan Dia, kita akan menemukan sukacita dan kedamaian sejati. Mari wartakan kasihNya kepada setiap orang yang kita jumpai agar semakin banyak orang mengenalNya dan mengalami keselamatan.

ME: Relasi dengan komunikasi yang terbuka, penuh cinta, saling menerima

Komunikasi kita bisa mencakup:

·  Relasi kita dengan Tuhan, membagi tugas gereja atau tugas pelayanan dan keterlibatan keluarga dalam pelayanan itu
·     Bagaimana kita mengolah keuangan keluarga kita.
·     Bagaimana kita memelihara kesehatan dan jalan keluar bila ada salah satu keluarga yang sakit
·   Membagi waktu antara pekerjaan di kantor, di rumah, hobby dan untuk kebersamaan dalam keluarga
·   Waktu yang kupakai untuk pekerjaan, apalagi kalau anak kita masih kecil yang masih ingin dibawa jalan-jalan sore, bermain dengan teman-temannya, rekreasi keluarga
·     Kapan seks itu dilakukan tanpa ada perasaan pemaksaan, dilakukan dengan sepenuh hati
·     Bagaimana cara kita mengatasi kenakalan anak-anak, pengawasan, pendidikan, pergaulannya
·    Bagaimana relasi kita dengan anak dewasa, untuk memilih pasangan hidupnya yang bisa dia andalkan untuk mendampingi hidupnya, tidak mendikte, tetapi membuka hati dan pikirannya dalam memilih jodoh

Credit Union Scheme


Kamis, 23 Juli 2015

Doa Malam ... diinterupsi oleh Tuhan


Doa MalamBapa di surga …
Ya?

Jangan menyela. Aku sedang berdoa.
Tapi kamu memanggil-Ku.

Memanggil-Mu? Aku tidak memanggil-Mu. Aku sedang berdoa.
Bapa di surga….
Nah, ya'kan, kamu melakukannya lagi.

Melakukan apa?
Memanggil-Ku. Kamu bilang, “Bapa di surga.” Aku di sini. Apa yang ada dalam benakmu?

Lho, aku tidak bermaksud apa-apa, kok. Aku ini'kan cuma sekedar mengucapkan doa malamku. Aku selalu berdoa sebelum tidur. Itu merupakan kewajibanku.
Oh, baiklah. Teruskan.

Doa Persiapan Tahbisan Imam


Ya Allah, Bapa yang Mahakasih,
penuhilah Diakon Andreas Setyo Indroprojo,
yang dengan kerendahan hati hendak
Engkau angkat ke dalam martabat
imam dengan anugerah Roh Kudus,
supaya ia layak menampilkan Kristus
Sang Imam Agung satu-satunya
dan mampu meneruskan kasihMu
yang menyelamatkan.
Semoga Diakon Andreas Setyo Indroprojo
Dapat menjadi imam yang setia
Sepenuh hati:
Mewartakan Injil dengan gembira.
Menggembalakan umat beriman
dengan bijaksana.
Maria, Ibu para imam
dampingilah Diakon Andreas Setyo Indroprojo
agar pantas menerima
karunia imamat yang berkenan
di hati PutraMu Yesus Kristus
Imam Agung Abadi.
Demi Kristus, Tuhan dan
Pengantara kami
Amin

Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan
terjadilah padaku menurut kehendak-Mu” (Luk1:38)

IMAM, SIAPA DIA?
Anak manusia, yang rapuh dan papa,
Semata-mata karena kemurahan Allah
Dijadikan “alat” Nya, sehingga:
Matanya memancarkan kasihNya,
Telinganya menyatakan perhatianNya,
Mulutnya mewartakan Kabar Gembira dariNya,
Tangannya menebarkan berkatNya,
Kakinya melangkah menuju sesamanya
yang mendambakan kehadiranNya.

Anak manusia, yang dipanggil untuk
membawa Allah kepada manusia dan
menghantar manusia kepada Allahnya,
dijadikan Altar Kristus,
menghadirkan Kristus bagi sesamanya.

Anak manusia, yang bersama Maria, Ibunya,
dengan penuh kerendahan hati dan syukur
bermadah. ”Jiwaku memuliakan Tuhan
dan hatiku bergembira karena Allah,
Juruselamatku,
sebab Ia telah memperhatikan
kerendahan hambaNya”.

Mari kita dukung, doakan dan rayakan Tahbisan Imam
Diakon Andreas Setyo Indroprojo Pr.
Pada Jumat 28 Agustus 2015, pukul 17.00 Wita.
Di Paroki Keluarga Kudus Katedral.
Jl Lambung Mangkurat No. 40

Banjarmasin Kalimantan Selatan