Rabu, 30 Desember 2015

Tuhan Yesus, Engkaulah Rajaku!

[Hari Raya Kristus Raja: Dan 7:13-14; Mzm 93:1-5; Why 1:5-8; Yoh 18:33-37]
Belakangan ini ramai diberitakan rupa-rupa kejahatan manusia yang membuat kita terpana. Penembakan oleh para teroris, pembunuhan dengan penganiayaan yang kejam, korupsi para elit, penyimpangan seksual yang dilegalkan, … dan seterusnya, seolah berlomba-lomba meyakinkan kita akan betapa ‘rusaknya’ dunia. Nampaknya hal-hal tersebut telah menjadi bagian dari dunia, terutama di abad-abad belakangan ini. Itulah sebabnya Paus Pius XI menuliskan surat ensikliknya Quas Primas di tahun 1925, saat pertama kalinya ia menetapkan Perayaan Kristus Raja untuk menutup kalender liturgi Gereja. 

Yesus benar-benar bekerja saat Misa

Kebenaran ini kusadari ketika aku mengikuti misa di luar, di suatu daerah pegunungan di Amerika Latin. Sangat banyak orang miskin menghadiri misa itu. Imam menggunakan meja yang sudah sangat jelek sebagai altar. Seorang anak kecil yang menderita luka bakar yang parah dibawa ikut dalam misa itu. Aku ingat waktu itu aku berpikir, "Ah, apa yang dapat dilakukan? Keadaannya begitu buruk. Tidak ada dokter, tidak ada obat." Aku kagum pada imam itu. Imannya akan Yesus mengajar aku bahwa aku harus membiarkan Yesus melakukan yang hanya dapat dilakukan oleh-Nya dalam dan melalui Ekaristi - mengubah hidup kita.

Menjamah Yesus dalam Ekaristi

Aku berjumpa dengan Yesus melalui dua cara itu. Dan aku ingat sekali lagi akan kisah wanita yang menyentuh jumbai jubah Yesus. Sekarang aku ingin menceritakan beberapa peristiwa yang dapat menjelaskan gagasan Injil ini.
Salah satunya ialah kisah mengenai seorang imam muda. Ia menelepon aku. Dari nadanya tampak bahwa ia sangat cemas dan takut. Ia baru saja tahu bahwa selaput suaranya kena kanker dan dalam tiga minggu ia harus menjalani operasi mengangkat selaput itu. Ia berkata bahwa ia putus asa. Baru enam tahun yang lalu ia ditahbiskan.
Ketika aku berdoa bersamanya, aku merasa Tuhan mau agar aku berbicara dengannya mengenai Ekaristi. Aku berkata, "Pastor, aku dapat berdoa bersama Pastor sekarang melalui telepon. Tetapi tadi pagi bukankah Pastor berjumpa dengan Yesus?
Bukankah Pastor berjumpa dengan-Nya setiap pagi?" Waktu itu aku tidak tahu bahwa pastor itu tidak merayakan Ekaristi setiap hari.

Kekuatan Penyembuhan Ekaristi

Luk 8:40-48 berkisah mengenai seorang wanita di antara orang banyak yang dengan penuh harapan in gin berjumpa dengan Yesus. Sudah bertahun-tahun ia mengharapkan kesembuhan. Tidak ada orang yang dapat menyembuhkan dia. Ia mendengar tentang Yesus dan ia percaya. Ia berkata kepada dirinya sendiri, "Seandainya saya dapat menjamah Yesus, saya yakin pasti akan sembuh."
Wanita itu berada di antara kerumunan orang, berusaha maju dan menjamah jumbai jubah Yesus. Menurut Kitab Suci banyak orang berdesak-desakan di sekeliling Yesus. Semua orang ingin melihat Dia dan menyentuh-Nya. Namun wanita ini mempunyai sesuatu dalam pikirannya. Ia percaya, kalau dapat menjamah-Nya ia akan sembuh. Wanita itu menjamah-Nya, lalu Yesus segera berpaling dan bertanya, "Siapa yang menjamah AIm?" Para rasul bertanya, "Guru orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau dan Engkau bertanyasiapa menjamahAku?' Namun Yesus tahu bahwa ada orang yang tidak hanya menjamah secarajasmani. Ada seseorang yang menyimpan harapan, menyimpan keinginan hati yang kita semua punyai kalau kita pergi kepada Yesus - iman yang penuh harapan. Lalu Yesus memandang wanita itu dan berkata kepadanya, "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Kalau membaca kisah dari Kitab Suci ini, banyak orang akan berkata, "Seandainya saya dapat menjamah Yesus! Sungguh akan sangat membahagiakan seandainya dapat berkontak dengan Yesus." Orang lain akan berkata, "Alangkah bahagianya seandainya kita hidup pada zaman Yesus hidup; dapat berjumpa dengan Dia! Kalau demikian saya akan menjamah-Nya dengan iman seperti wanita itu!"

Siapakah Diantara Kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian. Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu! Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya? Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain? Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya! Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu. (Luk 12:22-31)

Santo-Santa 30 Desember

Santo Sabinus, Uskup dan Martir
Sabinus adalah uskup kota Asisi. Bersama beberapa orang imamnya, ia ditangkap dan dipenjarakan di kala Kaisar Diokletianus dan Maksimianus melancarkan penganiayaan terhadap umat Kristen pada tahun 303. Pengadilan atas diri Sabinus bersama imam-imamnya dan seluruh umatnya ditangani langsung oleh Gubernur Venustian di kota Umbria. Mengikuti kebiasaan yang berlaku pada setiap pengadilan terhadap orang-orang Kristen, Venustian memerintahkan Sabinus bersama imam-imam dan seluruh umatnya menyembah sujud patung dewa Yupiter, dewa tertinggi bangsa Romawi. Mereka harus menyembah Yupiter karena Yupiterlah yang menurunkan hujan dan memberikan cahaya matahari kepada manusia, terutama karena Yupiter adalah pembela ulung kekuasaan Romawi di seluruh dunia.
Mendengar perintah sang Gubernur Venustian, Sabinus tampil ke depan seolah-olah hendak menyembah patung dewa Yupiter. Ia menyentuh patung itu dengan jarinya dan patung itu sekonyong-konyong hancur berkeping-keping dan berserakan di atas tanah. Semua orang yang hadir di situ tercengang keheranan. Melihat keajaiban itu, Venustian marah dan segera memerintahkan agar tangan Sabinus dipotong. Sementara itu imam-imamnya disiksa hingga mati.
Para serdadu yang diperintahkan memotong tangan Sabinus menggiring Sabinus ke hadapan Venustian untuk dihukum. Ketika berada di hadapan Venustian, Sabinus tergerak hatinya oleh belaskasihan atas Venustian yang sudah lama menderita penyakit mata yang membahayakan. Ia berdoa kepada Yesus lalu menyentuh mata Venustian. Seketika itu juga sembuhlah mata Venustian.
Mengalami kebaikan hati Sabinus, Venustian terharu dan melepaskan Sabinus. Ia sendiri pun kemudian bertobat dan minta dipermandikan. Tak lama kemudian Venustian yang sudah menjadi Kristen itu ditangkap dan dipenggal kepalanya oleh kaki tangan gubernur Asisi yang baru. Hal yang sama dilakukan pula atas diri Uskup Sabinus.


DAFTAR NAMA PASTOR, DPP, TIM ARDAS & KETUA KOMUNITAS/STASI BESERTA NO HANDPHONE PAROKI BUNDA MARIA BANJARBARU

NO
NAMA
KOMUNITAS/STASI
NO HP
1
P. Gregorius Syamsuddin, MSF
Pastor Paroki
081347974637
2.
P. Teddy Aer, MSF
Pastor Rekan
0811585636
3.
Yohanes Joko Supriyadi
Ketua DP
08125020938
4.
Dr. Hugo T Nani
Ketua Tim Ardas
08125034326
5.
Petrus B Kolin
Wakil Ketua Tim Ardas
081251192382
6.
Linawaty
Sekretaris Ardas
081349774098
7.
Maria Jusni H (Ibu Ferry)
Bendahara/Kom. Elisabeth I
081383733603
8.
Y Nono Dwi Santoso
Komunitas Santo Paulus
081348156905
9.
Agustinus Priharto
Komunitas Martha
081349464947
10.
R. Sumarno
Komunitas Elisabeth II
081348942387
11.
Budi Susilo
Komunitas Elisabeth III
081351896959
13.
Antonius Sumitro
Komunitas Maria
082159630090
14.
Pinardhi Prawito
Komunitas Agustinus I
082148380390
15.
Renny Farida Hans Killis
Komunitas Agustinus II
081351283000
16.
Paulus Mursito
Komunitas Elia
081528280279
17.
Suparjo
Komunitas Anastasia
081253956605
18
Leo Mamuru
Komunitas Veronika
085249445518
19.
Anton Suharyanyo
Komunitas Theresia L Ulin
081348383595
20.
PC Sudiyono
Kom. Frans Xaverius L Uin

21
Basilius Sugiran
Komunitas Stepanus L Ulin

22.
Suryadi
Komunitas Pius X   L. Ulin
081254444901
23
Anselmus Bobby
Ketua Stasi  L. Uin
08125198012
24.
Mulyono
Ketua Stasi Danau Salak

25.
Niko
Ketua Stasi Binuang

26.
Kamidi
Ketua Stasi Loksado

27
Maria Margaretha S (Ibu Muji)
Ketua Komunitas Yohanes
085249716692
28.
Johanes Djohari Sitorus
Ketua Komunitas Yoseph
08125022312
29.
Suster Maria Rikhardi, SND
Suster SND L Ulin
081331400324
30.
Suster Marsiana, SPC
Suster SPC B.Baru
081315997106
31
Anthonius Junianto Karsudjono
Komunitas Agustinus I
081953705789













Kenakan Kacamata Iman

PENANTIAN Simeon selama bertahun-tahun berakhir sudah, saat ia berjumpa dengan bayi Yesus dan mengenali Dia sebagai Sang Penyelamat Dunia. Diri Simeon diliputi oleh rasa damai sejahtera, karena Allah menggenapi janjiNya.
Mari belajar untuk mengenakan kacamata iman dalam memaknai setiap perjumpaan dengan sesama dan setiap peristiwa kehidupan yang kita alami, agar kita peka akan kehadiranNya. Dengan demikian kita akan mampu mengucap syukur atas penyertaan dan penyelenggaranNya di dalam seluruh hidup kita, serta menyambut gembira keselamatan yang ditawarkanNya.

Bandung Diocese Youth Day 2015: Komitmen Menolak Narkoba

PERGILAH, Kamu Diutus!”. Inilah tema yang diangkat dalam acara Bandung Diocese Youth Day (BDYD) yang diselenggarakan selama dua hari, tanggal 17-18 Oktober 2015 di Balarea Hall BTC dan Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Bandung.

Bandung Diocese Youth Day 2015: Kamu Mau Memberi?, Kamu Punya Apa?

Kenangan manis dari saudara-saudara kita di Bandung dapat menginspirasi OMK Banjarbaru yang di tahun 2016 ini Paroki yang kita cintai ini berulang tahun yang ke 40.

SAYA selalu percaya setiap perjumpaan adalah hadiah sederhana dari Tuhan, memperkenalkan saya pada orang-orang baru sekaligus dunia baru dan cara Tuhan membuka mata saya pada hal-hal yang tak terduga, penuh kejutan dan sejuta kebaikan di dalamnya. 

Senin, 28 Desember 2015

Tuhan Yesus, Engkaulah Rajaku!

Sumber gambar: http://fssp.com/press/wp-content/uploads/2014/10/Christ-the-King-Gallego-1492.jpg
[Hari Raya Kristus Raja: Dan 7:13-14; Mzm 93:1-5; Why 1:5-8; Yoh 18:33-37]
Belakangan ini ramai diberitakan rupa-rupa kejahatan manusia yang membuat kita terpana. Penembakan oleh para teroris, pembunuhan dengan penganiayaan yang kejam, korupsi para elit, penyimpangan seksual yang dilegalkan, … dan seterusnya, seolah berlomba-lomba meyakinkan kita akan betapa ‘rusaknya’ dunia. Nampaknya hal-hal tersebut telah menjadi bagian dari dunia, terutama di abad-abad belakangan ini. Itulah sebabnya Paus Pius XI menuliskan surat ensikliknya Quas Primas di tahun 1925, saat pertama kalinya ia menetapkan Perayaan Kristus Raja untuk menutup kalender liturgi Gereja. Di awal suratnya, Paus mengatakan, “…. bermacam kejahatan di dunia berhubungan dengan kenyataan bahwa kebanyakan orang telah menolak atau mengesampingkan Yesus Kristus dan hukum-Nya yang kudus dari kehidupan mereka; sehingga Ia dan hukum-Nya tidak mendapat tempat, baik di kehidupan pribadi maupun politik. Dan kami katakan lebih lanjut, bahwa sepanjang orang-orang secara pribadi atau sebagai negara menolak untuk tunduk kepada ketentuan Penyelamat kita, tak akan ada kemungkinan penuh harap yang sesungguhnya untuk damai sejahtera yang bertahan lama di antara bangsa-bangsa….” (Quas Primas 1). Dengan peringatan Hari Raya Kristus Raja yang dirayakan setiap tahun di ujung akhir kalender liturgi, kita diingatkan akan kemuliaan Kristus yang menjadi tujuan akhir kehidupan kita sebagai umat beriman. Dan bahwa kita pun dapat mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya itu, jika kita mau membiarkan diri kita dipimpin olehNya dan menaati perintah-perintah-Nya semasa kita hidup di dunia.

Mengatasi kesulitan: kasih, bukan perceraian

Sumber gambar: https://hmunro.files.wordpress.com/2011/07/i-do.jpg
[Hari Minggu Biasa ke XXVII: Kej 2:18-24; Mzm 128:1-6; Ibr 2:9-11; Mrk 10:2-16]
Belum lama ini Paus Fransiskus mengadakan kunjungan pastoral ke Amerika Serikat. Salah satu acara yang dihadiri Paus adalah the World Meeting of Families di Philadelphia, tanggal 26 September 2015 yang lalu.  Di tengah-tengah khotbahnya, Paus mengesampingkan teks yang sudah disiapkan, dan ia berbicara secara spontan tentang peran kasih dalam keluarga.
“Keluarga mempunyai kewarganegaraan yang ilahi. KTP-nya diberikan kepada mereka dari Tuhan supaya dari dalam jantung hati keluarga, dapat sungguh-sungguh bertumbuh lah kebenaran, kebaikan dan keindahan…. Beberapa dari kalian mungkin berkata, Bapa, Anda berbicara seperti itu, sebab Anda tidak menikah…” kata Paus. Ia melanjutkan, “Ya, keluarga-keluarga mempunyai kesulitan-kesulitan…. Dalam keluarga… kita bertengkar…, kadang piring-piring bisa terbang, dan anak-anak membuat sakit kepala. Saya tidak mau bicara tentang ibu mertua…,” perkataan ini langsung disambut tawa ribuan pendengarnya. “Namun demikian,” kata Paus, “dalam keluarga, selalu ada terang, oleh karena kasih dari Sang Putera Allah. Sebab dalam terang Kristus, kita melihat bahwa sebagaimana ada masalah-masalah dalam keluarga, demikianlah ada terang kebangkitan. Keluarga adalah pabrik harapan. Dalam keluarga memang ada kesulitan-kesulitan dan anak-anak membawa tantangan. Tetapi semua kesulitan itu dapat diatasi dengan kasih. Kebencian tidak dapat mengatasi kesulitan. Perpecahan hati tidak dapat mengatasi kesulitan. Hanya kasih yang dapat mengatasinya….” demikian kata Paus.

PESTA KELUARGA KUDUS, YESUS, MARIA, YUSUF

Sam 1:20-22. 24-28 1Yoh 3:1-2.21-24 Luk 2:41-52
PENGANTAR 
      Sesudah merayakan Hari Raya Natal, hari in Gereja mengajak kita merayakan Pesta Keluarga Kudus. Di dalam ceritera Injil Lukas tentang sikap dan kata-kata Yesus terhadap ayah dan ibu-Nya, di situ kita menemukan bahan pemikiran dan renungan yang sangat baik, aktual dan relevan juga bagi keluarga-keluarga kristiani yang hidup di zaman modern sekarang ini. Marilah kita mencoba mendengarkan dan memahami pesan yang disampaikan dalam ceritera itu kepada kita.

HOMILI
      Untuk memahami Injil Lukas hari ini, kita terutama jangan hanya berpikir secara rasional, melulu dengan otak sehat, melainkan juga dengan perspektif iman dan terutama dengan sikap rendah hati. Bahasa Kitab Suci atau bahasa alkitabiah memang bukan bahasa ilmiah atau secara matematis, melainkan merupakan bahasa sastra iman, yang harus digunakan secara tenang dan dengan hati terbuka.
      Sesudah selama tiga hari Yusuf dan Maria mencari dan akhirnya menemukan kembali Yesus, anak berumur 12 tahun itu, mereka berkata: “Nak, mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami? Lihatlah, Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau”? Jawaban Yesus: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”. Kata-kata Yesus itu kiranya dapat diterjemahkan demikian: “Aku harus selalu memusatkan pikiran-Ku kepada kehendak Bapa-Ku”. Artinya, Yesus menunjukkan Allah sebagai Bapa-Nya. Maka ketaatan kepada Bapa-Nya di surga harus diberi tempat utama, dan harus didahulukan!