Senin, 28 Desember 2015

Tuhan Menyapa Setiap Orang Dengan Cara Berbeda

“Lalu diucapkannyalah sanjaknya, katanya, ‘Tutur kata Bileam bin Beor, tutur kata orang yang terbuka matanya; tutur kata orang yang mendengar firman Allah, yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa sambil rebah, namun dengan mata tersingkap.’” (Bil 24, 3-4)
BEBERAPA waktu yang lalu ada umat yang sharing pengalaman bahwa dirinya telah ikut persekutuan doa beberapa kali. Dalam kesempatan itu banyak umat maju dan minta didoakan oleh tim persekutuan doa. Banyak peserta yang didoakan rebah atau terjatuh. Dirinya didoakan oleh tim dan kepalanya ditumpangi tangan dari muka dan belakang. Lama didoakan tapi kok tidak terjatuh. Bahkan dirinya merasa ditekan kepalanya dan didorong, tetapi tidak jatuh juga. Mengapa dirinya tidak rebah dan terjatuh seperti orang lain? Apanya yang salah: dirinya atau doanya?


Saya tidak bisa menjawab pertanyaan seperti ini. Saya kira tidak ada doa yang salah, kalau doa itu merupakan ungkapan hati yang jujur dan tulus kepada Tuhan. Tuhan tentu akan berkenan dengan doa orang yang dengan rendah hati, yang mau datang dan bersujud di hadapan-Nya. Rebah atau terjatuh kiranya bukan ukuran benar atau salahnya sebuah doa.
Orang memang bisa rebah atau terjatuh, ketika relasinya dengan Tuhan sungguh intens, seperti yang dialami oleh Bileam. Bileam rebah bukan karena pingsan atau tidak sadar; juga bukan karena kesurupan.
Bileam mendapatkan pengalaman rohani yang luar biasa, karena Roh Allah hadir dalam dirinya, dia mampu mendengarkan firman Tuhan dan matanya bisa menyaksikan kemuliaan Yang Mahakuasa. Bileam tetap sadar dan matanya tetap terbuka. Sebuah pengalaman rohani yang membuat Bileam penuh dengan Roh Allah dan mampu menyampaikan sanjak, tutur kata, nubuat atau kehendak Allah kepada bangsanya.
Karisma rohani setiap orang berbeda-beda. Pengalaman rohani setiap orang berbeda-beda. Tidak semua orang punya pengalaman seperti Bileam. Namun kita boleh percaya bahwa Tuhan terbuka pada semua orang dan menyapa mereka dengan cara-Nya sendiri.
Sejauh mana aku membuka hati terhadap sapaan Tuhan?

Tidak ada komentar: