Senin, 06 Juli 2015

Mengapa sebaiknya pasutri Katolik dihimbau untuk ikut ME?

Pasutri harus dapat mengenali kebutuhan-kebutuhan kita, ada kebutuhan pokok; yaitu kebutuhan fisik kita seperti makan, tidur, kehangatan, gaya hidup, dan sebagainya. Pada saat kebutuhan pokok ini tidak terpenuhi, kita mengalami ketidakpuasan, lapar, lelah, dingin, kesepian dan putus asa. Dengan mudah kita dapat menyadari hal ini dalam kehidupan kita.

Selanjutnya adalah kebutuhan Emosionil, ini terkait dengan relasi kita. Setiap orang mempunyai kebutuhan emosionil yang utama; yang pertama adalah harga diri. Di dalam diri kita ada kekuatan untuk menjadikan kita berharga, unik, dapat melihat diri kita sebagai seseorang yang mempunyai nilai dalam kemampuan kita untuk menghargai dan menerima diri sebagaimana adanya. Ini adalah kebutuhan harga diri: 


mempunyai nilai di mata kita sendiri dan di mata orang lain. Yang kedua adalah dicintai: dalam diri kita ada kekuatan untuk mencintai dan dicintai, untuk dapat diterima dan mempunyai tempat di hati orang lain, untuk mengalami kelemah lembutan, keakraban dan kehangatan. Kebutuhan dicintai, mempunyai makna dalam pandangan mata orang lain.Yang ketiga adalah keterlibatan: Bila kita telah membuat suatu komitmen dan setelah kita tahu bahwa kita tidak dapat memenuhinya, kita mungkin akan merasa tertekan saat berusaha untuk tidak mengecewakan teman-teman kita, keluarga kita. Mungkin setelah itu kita akan ditinggalkan. Saat kita ditinggalkan mereka, kita akan merasa kecewa dan kesepian. Yang terakhir adalah kebebasan: bila seseorang memberitahukan kita bagaimana melakukan sesuatu yang seharusnya dapat kita lakukan sendiri, akhirnya kita merasa didikte, timbul kejengkelan, dongkol. Perasaan ini menunjukkan kebutuhan menjadi diri sendiri hilang. Kemampuan untuk mengekspresikan diri hilang.


Cara mengatasi semua ini adalah dengan berdialog, bagaimana mengungkapkan keinginan dan kebutuhan kita agar pasangan kita, keluarga kita, teman-teman kita mengerti dan memahami akan kebutuhan kita. Hidup menurut rencana Allah, dengan dialog sebagai cara hidup kita, dengan menghayati sedemikian rupa, sehingga kita dapat meminta kepada pasangan-pasangan lain untuk dapat mengikuti langkah kami. Hidup menurut rencana Allah, berarti menghayati relasi yang intim, terbuka, percaya penuh dan bertanggung jawab. Coba kita ingat apa saja yang kita lakukan selama 24 jam dalam hidup kita – bicara, diskusi, membuat keputusan, bertengkar, makan, minum, bekerja, belanja, belajar, jalan-jalan, berjudi, seks, dan lain lain. Dengan dialog yang baik, mengajak kita mengungkapkan perasaan, sehingga kita mencapai relasi yang intim dengan pasangan kita. Dalam weekend ME, kita belajar mengenal dan mengungkapkan perasaan, dan kalau kita mampu mengungkapkan perasaan kita dengan baik kepada pasangan, dan mendengarkan ungkapan perasaan pasangan kita dengan baik, maka kita akan menjalin relasi yang intim. Kita merasa amat dekat, mendapat kehangatan yang mesra dengan pasangan kita. 

Tidak ada komentar: