I. Kristus hidup di dalam aku
Jika membaca riwayat hidup Rasul Paulus, kita akan
terinspirasi dengan betapa besar kasihnya kepada Kristus. Ia benar- benar
mempersembahkan seluruh hidupnya untuk mengabarkan Injil. Ia rela di penjara
dan dianiaya, rela melakukan perjalanan yang berbahaya, demi mewartakan Kabar
Gembira kepada segala bangsa. Semangatnya tak surut bahkan setelah beberapa
kali didera, dan diterpa bahaya maut (lih. 2Kor 11:23, 25; Kis 27:27). Namun
sesungguhnya, ia dapat mengasihi Kristus sedemikian rupa karena Tuhan Yesuslah
yang terlebih dahulu mengasihi dan mengampuni dia. Perjumpaannya dengan Kristus
di perjalanan menuju Damsyik mengubah seluruh hidupnya, dan melalui sentuhan
kasih Kristus ia menjadi manusia baru. Paulus tidak lagi hidup menurut
pengertian dan kehendaknya sendiri, namun menurut ajaran dan kehendak Kristus.
Keseluruhan jiwa dan kehendaknya begitu terarah kepada Kristus, sehingga ia
dapat mengatakan, “…. namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang
hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi
sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah
mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20).
Kristus yang hidup di dalam diri Rasul Paulus juga
hidup di dalam diri kita umat Allah yang telah menerima Sakramen Baptis.
Semangat Rasul Paulus untuk mewartakan Kristus, dapat menjadi inspirasi bagi
kita semua untuk juga melakukan tugas pewartaan – yang memang telah kita terima
pada saat kita menerima Sakramen Baptis. Tugas pewartaan yang dulu dilakukan
oleh Rasul Paulus dengan berjalan kaki, menjelajahi samudra luas, mengalami
penghinaan dan penderitaan, sampai akhirnya menyerahkan nyawa demi Kristus yang
tersalib, kini menjadi tugas yang harus kita emban bersama. Hanya seja sekarang
jaman dan keadaannya berbeda. Dengan kehidupan yang diwarnai dengan informasi
digital, cyberspace, maka tugas mewartakan Kristus menjadi lebih
mudah bagi kita. Kita dapat melakukan semuanya dari rumah, asal terhubung
dengan kabel internet. Terima kasih kepada teknologi. Selanjutnya,
pertanyaannya, apakah kita mempunyai semangat dan spiritualitas seperti Rasul
Paulus untuk memberitakan Kristus?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar