Senin, 27 Juli 2015

Pewartaan Kristus di Zaman Digital dengan Semangat Rasul Paulus bagian V dan VI

V. Langkah-langkah konkret untuk mewartakan
Setelah kita melihat apa yang dilakukan oleh Rasul Paulus, kondisi dunia ini, dukungan Gereja terhadap penggunaan media, serta beberapa pedoman yang diberikan Gereja, maka mari sekarang kita melihat beberapa langkah konkret yang dapat kita lakukan. Didorong ingin cepat bertindak dan mengedepankan kepraktisan, banyak orang memikirkan program-program atau aktivitas-aktivitas yang harus segera dijalankan. Namun, Yesus mengingatkan kita bahwa jika badai menerjang, rumah yang didirikan di atas pasir akan hancur berantakan, dan sebaliknya rumah yang didirikan di atas batu akan tetap berdiri kokoh. (lih. Mat 7:24-27) Demikian juga dapat pewartaan lewat dunia digital, langkah pertama adalah membuat pondasi yang kokoh. Pondasi yang kokoh adalah pondasi spiritual. Pondasi spiritual ini adalah merupakan jiwa dari karya kerasulan di dalam media digital.
1. Pondasi spiritual
a. Pertobatan: Kita mungkin bertanya-tanya, mengapa untuk melakukan pewartaan, kita harus bertobat terlebih dahulu. Kita dapat belajar dari rasul Paulus, yang menunjukkan bahwa setelah pertobatannya yang luar biasa dalam perjalanan ke Damsyik, dia dapat mewartakan Tuhan dengan luar biasa (lih. Kis 9:1-22). Sebagian dari kita, mungkin telah mengalami pertobatan pertama, yaitu pertobatan yang menuntun kita pada Sakramen Pembaptisan. Namun, pertobatan yang kedua (KGK, 1428) atau pertobatan secara terus menerus diperlukan sehingga kita senantiasa dalam kondisi rahmat. Dan dalam hubungan yang baik dengan Tuhan, maka kita menyampaikan kebaikan Tuhan dengan lebih benar dan indah.
b. Kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama: Dua perintah utama ini harus menjadi dasar dari karya kerasulan ini. Jangan pernah berfikir bahwa karya kerasulan adalah merupakan tujuan (end). Semua karya kerasulan hanyalah cara (means) untuk mengasihi Kristus dan Gereja-Nya, yang diwujudkan dengan mengasihi sesama. Kecintaan kita kepada Kristus dan Gereja-Nya merupakan perwujudan bahwa kita mengasihi Kristus secara keseluruhan. Karena Kristus sebagai Mempelai Pria mengasihi Mempelai wanita-Nya, yaitu Gereja, maka kita juga harus mengasihi Gereja-Nya, yaitu Gereja Katolik. Di sisi lain, kita mengasihi sesama, karena Kristuslah yang terlebih dahulu mengasihi mereka, yang menginginkan agar semua orang diselamatkan (lih. 1Tim 2:3-4). Kita dapat belajar bagaimana Rasul Paulus sungguh-sungguh mengasihi Kristus namun pada saat yang bersamaan dia bersedia melakukan apa saja demi keselamatan umat Allah (lih. Flp 1:23-24)).
c. Berakar pada Sakramen, Sabda Allah, doa: Kalau kita benar-benar mengasihi Allah, maka kita senantiasa mendalami Allah, seperti yang dinyatakan-Nya dalam Kitab Suci. Dan kalau kita mengasihi Allah, maka kita akan menimba rahmat-Nya yang mengalir melalui sakramen- sakramen – terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat – serta bercakap-cakap dengan Allah dalam doa-doa pribadi. Kita harus belajar dari Rasul Paulus untuk mengucap syukur senantiasa dalam segala hal, terutama dalam Perjamuan Suci (lih. 1 Kor 10:16; Ef 5:4). Kalau sampai hal-hal ini dilupakan dan waktu yang ada hanya digunakan untuk melakukan karya kerasulan di dunia digital, maka lama kelamaan, kita akan menjadi lemah, karena kehilangan jiwa dan alasan utama untuk melakukan semua ini.
d. Mohon rahmat kerendahan hati dan kebijaksanaan: Dalam melakukan karya kerasulan, kita perlu meminta rahmat agar diberikan kerendahan hati. Kerendahan hati memungkinkan kita untuk menempatkan kebenaran yang diajarkan oleh Magisterium Gereja Katolik di atas pengertian kita sendiri; dan pada saat yang bersamaan mencoba dengan segala kekuatan untuk menerima kebenaran tersebut – walaupun mungkin sulit – dengan sukacita dan menjalankannya dalam hidup sehari-hari. Mengetahui kebenaran adalah satu hal, namun menyampaikan kebenaran adalah hal yang berbeda. Kita harus meminta rahmat kebijaksanaan, sehingga kita dapat menyampaikan kebenaran dengan tepat, hormat dan lemah lembut, tanpa mengorbankan kebenaran, namun justru memperkuat kebenaran yang disampaikan.
2. Pondasi intelektual
Mempelajari iman Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium Gereja: Kalau kita menyadari bahwa karya kerasulan dalam dunia digital adalah untuk mewartakan Kristus dan Gereja-Nya, maka kita juga harus menggali sumber-sumber yang menjadi pilar kebenaran, baik Kitab Suci, Tradisi Suci maupun Magisterium Gereja. Dengan menggali dasar kebenaran tersebut secara terus-menerus, maka kita akan dapat mewartakan kebenaran sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Gereja. Kita minta karunia Roh Kudus, yaitu karunia pengertian, sehingga kita dapat masuk lebih dalam misteri iman.
Mengikuti keputusan Magisterium: Sangat penting kita benar-benar mempelajari apa yang sebenarnya diajarkan oleh Magisterium Gereja. Semakin kita mengetahui apa yang diajarkan oleh Magisterium Gereja Katolik – yang mendasarkan dogma dan doktrin berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi Suci – maka kita akan semakin mewartakan apa yang sesungguhnya diajarkan oleh Gereja Katolik. Dan dengan kerendahan hati, kita harus menerima, bahwa apa yang telah diputuskan oleh Magisterium Gereja sesungguhnya merupakan kebenaran, yang tentu saja harus kita ikuti.
3. Metode pewartaan
Setelah kita mengetahui pondasi spiritual dan intelektual, maka kita dapat mulai memikirkan tentang metode yang dapat kita lakukan. Dari sikap Gereja Katolik tentang media yang telah dipaparkan di atas, serta meneladani semangat Rasul Paulus yang menggunakan segala cara agar dapat memperkenalkan Kristus kepada segala bangsa, kita harus melihat kesempatan dan keadaan di mana Tuhan menempatkan kita sebagai peluang. Sebab penggunaan media komunikasi dapat menghubungkan orang- orang di dalam keluarga, sekolah, pergaulan, pekerjaan, dan kehidupan sehari- hari lainnya, dan ini merupakan kesempatan yang baik untuk menaburkan benih Injil. Hal tersebut dapat kita lakukan melalui beberapa cara:
Telpon, BBM, SMS, E-mail dan Milis: Hal yang paling sederhana yang dapat dilakukan oleh hampir semua orang adalah menelpon teman yang membutuhkan penghiburan, mengirim e-mail, SMS atau BBM ayat- ayat maupun permenungan Kitab Suci. Dalam kategori ini, kita dapat juga membuat milis. Sebagai contoh dalam kelas katekumen, baik juga jika kita sebagai katekis dapat meminta alamat e-mail para katekumen, sehingga tiap- tiap hari/ secara berkala katekis dapat mengirimkan ayat- ayat Kitab Suci atau renungan harian, ataupun penjelasan tentang pokok-pokok iman Katolik.
Facebook, Twitter: Mulai membuat facebook atau twitter dan menceritakan bagaimana Kristus hidup dalam kejadian sehari-hari, serta bagaimana merefleksikan bacaan Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Lihat contoh twitter dari Vatikan: https://twitter.com/news_va_en
Membuat website atau blog: Dewasa ini, membuat website atau blog pribadi, entah dengan Blogger, WordPress, Joomla, dll sangatlah mudah dan tidak memerlukan biaya banyak. Semua umat Katolik dapat mulai dengan menceritakan pengalaman- pengalaman iman, sehubungan dengan apa yang dialaminya sehari-hari. Dan bagi yang mempunyai pengetahuan yang lebih di bidang iman – baik awam maupun klerus – dapat mulai untuk memaparkan iman Katolik secara lebih mendalam. Silakan melihat website Vatikan: http://vatican.va
Membuat forum: Membuat forum Katolik juga menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan Kristus dan Gereja-Nya. Di satu sisi, forum dapat memberikan daya tarik bagi pengunjung untuk memberikan opini dan membangun dialog. Namun, di sisi yang lain, tanpa moderator forum yang baik, maka diskusi dapat menjadi liar dan tidak terarah.
Youtube: Salah satu media komunikasi adalah film. Dan dalam era internet ini, kita semua dapat menampilkan video melalui youtube. Isilah dengan kesaksian iman, pendalaman iman, kegiatan anak-anak muda dalam paroki maupun dalam tingkat keuskupan. Lebih jauh media ini juga dapat dimanfaatkan untuk merekam tahap-tahap dalam melakukan katekese, baik secara terstruktur atau per topik bahasan. Vatikan sendiri mempunyai channel youtube: http://www.youtube.com/user/vatican
Applikasi mobile: Dewasa ini telepon pintar (smartphone), seperti iphone, blackberry, telepon dengan OS Android telah merajalela di Indonesia. Oleh karena itu perlu dipikirkan untuk membuat applikasi mobile, sehingga umat Katolik dapat mengakses informasi tentang iman Katolik di mana saja, termasuk pada waktu menghadapi kemacetan.
VI. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, kita dapat melihat bahwa kondisi dunia ini penuh dengan arus informasi dan teknologi untuk berkomunikasi. Gereja mempunyai tugas untuk menggunakan kesempatan ini untuk mewartakan Kristus. Teknologi saja tidaklah cukup. Kita perlu meniru Rasul Paulus yang dipenuhi dengan kasih Allah; dan yang mempunyai kerinduan besar untuk membagikannya bagi semua orang, bukan hanya umat Yahudi namun kepada seluruh umat manusia. Demikianlah kita dipanggil untuk mewartakan Kristus, tidak saja kepada umat Katolik, tetapi juga kepada semua orang yang  berkehendak baik. Pengorbanan yang kita lakukan tidaklah sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan oleh Rasul Paulus. Namun demikian, sebagai umat Allah yang telah menerima Sakramen Baptis, kita mengemban tugas yang sama untuk mewartakan Kristus, walaupun dengan cara dan porsi yang berbeda-beda. Akhirnya, biarlah kata-kata dari Paus Yohanes Paulus II dapat memberikan inspirasi di dalam hati kita untuk melakukan pewartaan di dunia digital ini.
“Semoga umat Katolik yang terlibat di dunia komunikasi sosial mewartakan kebenaran akan Yesus dengan lebih berani dari atap- atap rumah, sehingga semua orang dapat mendengar tentang kasih yang adalah jantung hati komunikasi Allah sendiri di dalam Yesus Kristus, yang tetap sama kemarin, dan hari ini, dan selamanya.”

Tidak ada komentar: