Senin, 30 Maret 2015

MENGAPA KITA SELALU MENEMPATKAN SALIB DI ALTAR? MENGAPA UMAT KATOLIK MERAYAKAN WAFAT KRISTUS LEBIH SERING DARIPADA MERAYAKAN KEBANGKITAN-NYA?

Pedoman Umum Misale Romawi menyatakan. “Juga di atas atau di dekat altar hendaknya dipajang sebuah salib dengan sosok Kristus tersalib. Salib itu harus mudah dilihat oleh seluruh umat” (no. 308). Bahasa Latin dari `salib' adalah `crux' yang bagi umat Kristen Katolik berarti salib dengan `corpus' atau tubuh Juruselamat kita yang tersalib di atasnya.

Gereja Katolik menempatkan corpus di atas salib bukan karena kita menyembah Kristus yang wafat atau pun merayakan wafat Kristus lebih sering daripada merayakan kebangkitan-Nya, melainkan sebagai peringatan akan apa yang telah Ia lakukan bagi kita. Melalui wafat Kristus di salib itulah kita beroleh keselamatan. Dalam spiritualitas Katolik, salib dan kebangkitan Kristus tak dapat dipisahkan, demikian juga bagi mereka yang hendak menjadi pengikut-Nya. Memperoleh terang kebangkitan tanpa melalui salib adalah tidak mungkin bagi Kristus dan kita semua dipanggil untuk mengikuti teladan-Nya. Kita semua diminta untuk memikul salib kita serta mengikuti-Nya (Mat 10:38, 16:24; Mrk 8:34; Luk 9:23). Kurban, kita diingatkan akan kurban Kristus melalui kehadiran corpus, adalah apa yang Ia lakukan bagi kita dan untuk itulah kita dipanggil jika hendak menjadi pengikut-Nya yang sejati.

“Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” (Roma 8:16-17)

Kurban-Nya di atas salib itulah yang kita hadirkan kembali kepada Allah Bapa dalam setiap Misa, sementara kita bersatu dengan Kristus dalam mempersembahkan Kurban-Nya yang abadi di surga seperti dilihat oleh St. Yohanes: “Maka aku melihat di tengah-tengah takhta berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih.” (Why 5:6). Singkat kata, Yesus tidak dapat memisahkan antara Wafat-Nya disalib dan Kebangkitan-Nya, dan oleh sebab itu, demikian juga kita. Menggunakan kata-kata St. Yohanes dan St. Paulus:

“Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:14-15)
“tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan.” (1Kor 1:23)

sumber : "I'm Glad You Asked", Questions from the parishioners of St. Charles Borromeo Catholic Church Picayune, Mississippi; by Fr. John Noone; Copyright © 1999; www.scborromeo.org

Tidak ada komentar: