Senin, 18 Januari 2016

Sengat Lebah

Sebuah keluarga yang sedang pergi berlibur mengendarai mobil mereka dengan kaca-kaca jendela dibiarkan terbuka, menikmati hangatnya angin sepoi-sepoi musim panas di hari yang cerah.

Sekonyong-konyong, seekor lebah hitam yang besar masuk melalui jendela dan mulai terbang mendengung kian kemari dalam mobil.



Si gadis kecil, yang alergi berat terhadap sengat lebah, meringkuk ketakutan di kursi belakang. Jika lebah itu menyengat, ia dapat mati dalam satu jam!

“Oh, Papa,” ia menjerit ketakutan. “Ada lebah! Ia akan menyengatku!”

Sang ayah menghentikan mobilnya, tangannya menggapai berusaha untuk menangkap si lebah. Serangga itu terbang mendengung sekelilingnya, dan akhirnya menabrak kaca depan mobil di mana ayah menangkapnya masuk ke dalam genggamannya. Dengan menggenggam lebah dalam kepalannya, si ayah menantikan sengatan lebah yang tak terhindarkan. Lebah menyengat tangan ayah dan dalam kesakitan, sang ayah melepaskan lebah.

Lebah bebas terbang kembali dalam mobil. Si gadis kecil kembali panik, “Papa, ia akan menyengatku!” Dengan lembut sang ayah menenangkannya, “Tidak, anakku, ia tidak lagi dapat menyengatmu sekarang. Lihatlah tangan Papa.” Sengat lebah itu ada di sana, di tangannya.



1 Kor 15:55: “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?”


Yesus mengatakan kepada kita,
“Lihatlah tangan-Ku.”
Di tangan-Nya ada sengat setan,
sengat maut,
sengat dosa,
sengat dusta,
sengat ketakberdayaan.    

Semua sengat itu ada di tangan Yesus. Apabila kalian melihat tangan-tangan-Nya yang berlubang ngeri bekas paku, sadarilah bahwa, demi kalian, Yesus mengenakan kepada DiriNya Sendiri segala sengsara yang dapat ditimpakan setan. Dengan demikian, Ia menjadikan setan seekor lebah hitam besar yang telah kehilangan sengatnya - sekarang, yang dapat dilakukan setan hanyalah mendengung. Itulah kemenangan yang Yesus menangkan bagi kalian!

Tidak ada komentar: