Menuju Gereja yang Berdialog, Inklusif dan
Transformatif demi Memancarkan Kasih Allah di Kalimantan Selatan
Gereja
Gereja Keuskupan
Banjarmasin berarti paguyuban umat beriman Katolik di Kalimantan Selatan.
Gereja harus menghasilkan buah-buah
kehidupan.
Gereja yang Berdialog
Gereja yang
berdialog merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap umat beriman Katolik
di Keuskupan Banjarmasin yang merupakan kawanan kecil dan berada di tengah
hidup beragama yang majemuk di Provinsi Kalimantan Selatan.
Dalam dialog itu
Gereja menghormati dan tidak menolak apapun yang benar dan suci dalam
agama-agama itu.
Gereja yang Inklusif
Gereja yang inklusif
berarti Gereja yang terbuka. Gereja tak hendak menutup pintu untuk keanekaragaman budaya, bahasa, suku,
bangsa dan ideologi. Terutama dalam konteks masyarakat Kalimantan Selatan,
Gereja harus tetap terbuka dengan umat beragama lain dan menerima mereka
sebagai saudara dalam perziarahan menuju Allah yang sama. Pegangan kita adalah
Yesus senddiri, yang menunjukkan Diri-Nya sebagai pribadi yang terbuka dan
bdergaul dengan semua orang sebagai tanda universalitas Kerajaan Allah.
Gereja yang Transformatif
Gereja yang
transformatif berarti Gereja yang memiliki daya ubah dari dalam dirinya sendiri.
Daya ubah itu mengacu kepada Yesus sendiri, yang tergantung di kayu salib,
dikerumuni orang-orang yang mengolok-olok dan mempermalukan-Nya. Dia menerima
penderitaan dan siksaan yang berpuncak pada wafat di kayu salib. Namun melalui
wafat-Nya, Yesus bangkit dengan cemerlang, dosa dan maut dikalahkan.
Kebangkitan-Nya telah mengubah (mentransformasi) umat manusia yang semula suram
dan menuju kebinasaan menjadi penuh kehidupan (Yoh 10:10).
Gereja yang
transformatif berarti Gereja yang ikut menderita bagi dunia yang penuh masalah
ini, sekaligus mengambil tindakan untuk menyembuhkannya.
Gereja Yang
Memancarkan Kasih Allah di Kalimantan Selatan.
Iman adalah jawaban
terhadap panggilan dan pilihan Allah. Yesus memanggil orang-orang yang
dikehendaki-Nya. Beriman berarti menyerahkan hidup seluruhnya ke tangan Allah
yang mengasihi kita dalam Yesus Kristus, sebab “Deus Caritas Est”—Allah adalah Kasih (1 Yoh 4:16). Tema sentral
dalam hidup Yesus adalah keberpihakan kepada orang miskin. Puncak ibadat yang
sesungguhnya adalah cinta kasih kepada sesama. Yesusu menunjukkan sikap
“berbelakasih” atau “rahim”. Sidang Sinode merefleksikan bahwa tanda kehadiran
Gereja dalam Masyarakat Kalimantan Selatan adalah mampu menjadi saksi kasih
Allah.
Sidang Sinode
menyepakati bahwa tujuan pokok umat Katolik di Kalimantan Selatan adalah “Umat Katolik Banjarmasin mempunyai
pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan perwujudan iman dalam hidup menggereja
dan bermasyarakat: suatu sikap pastoral yang perlu terus diperbarui.”
Umat mencapai tujuan
pokok tersebut maka perlu pewartaan iman sampai kepada umat (kerygma), bahwa Ekaristi menjadi sumber
dan puncak hidup kristiani (leitourgia),
bahwa Umat Katolik memiliki solidaritas dan belarasa kepada sesama dan
lingkungan yang memerlukan perhatian dan pertolongan (diakonia), bahwa Umat Katolik semakin terlibat aktif dalam hidup
persekutuan (koinonia) dan bahwa Umat
Katolik berani bersaksi dalam hidup menggereja dan bermasyarakat (martyria).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar