Senin, 20 April 2015

Menjadi Berkah untuk Orang Lain

“Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu.” (Kis 3, 14)
BEGITULAH  kata-kata Petrus dan Yohanes di depan orang banyak. Mereka telah menolak Yesus, seorang Pribadi yang Kudus dan Benar dan telah menyalibkan-Nya. Mereka malahan meminta agar Pilatus melepaskan Barabas, seorang pemberontak, penyamun, perampok dan pembunuh. Mereka menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiah.
Pribadi pembunuh tentu tidak hanya terbatas dalam diri Barabas, tetapi juga terwujud dalam pribadi yang lain. Bulan yang lalu telah terjadi peristiwa pembunuhan di Ajibarang dengan tembakan. Sampai sekarang belum diketahui siapa pembunuh orang itu.
Pembunuhan tidak hanya terjadi pada zaman dahulu, tetapi juga banyak terjadi pada zaman ini.

Sabda Hidup: Senin, 20 April 2015

HARI biasa Pekan III Paskah
warna liturgi Putih
Bacaan: Kis. 6:8-15; Mzm. 119:23-24,26-27,29-30; Yoh. 6:22-29 BcO Why. 7:1-17
Bacaan Injil Yoh. 6:22-29.
22 Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. 23 Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya.
24 Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. 25 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?”
26 Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. 27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.”
28 Lalu kata mereka kepada-Nya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” 29 Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”
Renungan:
Dalam beberapa berita kita melihat bahwa saat ada pembagian zakat atau sembako banyak orang datang. Mereka rela antri bahkan berdesak-desakan agar mendapat jatah itu. Tidak jarang ada yang sampai terluka bahkan meninggal. Dan sering yang datang bukan hanya orang yang tak mampu, mereka yang berada pun sering ikut bergabung.
Di masa Yesus begitu juga. Orang-orang berusaha mencari Dia karena, “..kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang” (Yoh 6:26). Mereka mengejar Dia karena roti yang telah digandakan Yesus. Mereka mau nyaman dengan apa yang dilakukan Yesus. Yesus mengajak mereka untuk bekerja demi makanan yang bertahan sampai hidup kekal yaitu percaya pada Dia yang diutus Allah (Bdk Yoh 6:27.29).
Percaya pada Dia yang diutus Allah mewujud dalam keseriusan kita dalam bekerja. Pekerjaan yang kita lakukan di bawah semangat perutusanNya akan bertahan sampai hidup kekal. Kita tidak hanya mengejar pembagian zakat dan sembako. Kita patut bekerja dengan sungguh-sungguh dan selaras dengan perutusanNya.
Kontemplasi: Bayangkan orang berdesak-desakan menanti pembagian zakat dan sembako. Telusurilah kata hatimu dengan pemandangan itu.
Refleksi: Apa artinya percaya pada Dia yang diutus Allah dalam kaitannya dengan pekerjaanmu?
Doa: Tuhan semoga aku hidup selaras dengan perutusan PuteraMu dan sungguh-sungguh berjuang, bukan hanya mengharapkan uluran kasih orang. Amin.
Perutusan: Aku akan menegaskan pilihanku mendatangiNya.

BERITA GEREJA 18 & 19 APRIL 2015 Hari Minggu Paskah III

I. Pesta Santo–Santa Minggu ini:

II. Misa Harian dalam pekan ini seperti biasa 06:00 AM
Hari Senin, 17:30PM Misa dan Devosi Keluarga Kudus

Petugas Misa Minggu yang akan datang:

Hari Sabtu 25 April 17:30 PM
Koor: Komunitas Martha & Paulus
Organis : Bpk Riwi
Lektor: Sdri. Christa Inggriani, Bpk. Kristian Teguh
Pemazmur: Bpk. Kalveryanus T
Kolkt & Persmb: Komunitas Martha & Paulus
Putra-Putri Altar: Vincensius Ama, Arsenius P, Maria Caecilia, Veronica Gheorgzenia

Hari Minggu, 26 April 08:00 AM
Koor: Komunitas Agustinus
Organis : Sdri. Grace Dwi Arganita Pasaribu
Lektor: Bpk & Ibu Hasmar Tarigan
Pemazmur: Sdri. Yulita Juliani
Kolkt & Persmb: Komunitas Agustinus
Putra-Putri Altar: Damian P, David Vincent, Alodia Diasmara, Verena Septriani

III. Sakramen Perkawinan
Akan Menikah Menurut Tata Cara Gereja Katolik
1.      Pasangan Ignatius Yosep Aditya Widyasmara Putra Bapak Albertus Siddik Wienarso dan Ibu Elisabeth Lilik Margiati dengan Katharina Herlin Tyassari Putri Bapak Suripto dan Ibu Kristiana Endang Trismiati, keduanya dari Paroki Bunda Maria Banjarbaru. Pengumuman Kedua.
Barang siapa mengetahui adanya halangan-halangan bagi pasangan di ats harap melapor kepada Pastor Paroki.

IV. Pengumuman Tambahan
1.   Pengumuman Kursus Persiapan Perkawinan bagi pasangan-pasangan yang akan menikah di Gereja harap mengikuti KPP di Paroki Bunda Maria Banjarbaru. Yang akan diadakan pada Hari Jumat-Minggu, 24-26 April 2015. Tempat: Ruang Rapat Pastoran
Jumat: 17:00-19:00PM
Sabtu: 17:00-21:00PM
Minggu: 10:00-12:00AM
2.   Bulan Mei 2015 merupakan bulan Maria/Bulan Liturgi Nasional. Selama 4 minggu dalam bulan Mei, umat di komunitas, stasi, kelompok kategorial dimohon agar terlibat dan ikut serta dalam pendalaman iman yang membahas ARDAS Keuskupan Banjarmasin. Adapun tema dari pertemuan sebagai berikut:
Pertemuan I: Gereja yang bervisi
Pertemuan II: Gereja yang bermisi
Pertemuan III: Gereja yang berstrategi
Pertemuan IV: Gereja yang berproses
3.      Pendaftaran Siswa Baru TK, SD, SMP Sanjaya untuk Gelombang I dimulai tanggal 20-23 April 2015 (Pembelian formulir pendaftaran). Untuk ketentuan-ketentuan lain dapat ditanyakan langsung di tempat pendaftaran sekolah TK, SD, SMP Sanjaya.
4.      Telah terbit majalah Ventimiglia edisi terbaru dimohon Bapak/Ibu Ketua Komunitas dapat mengambil di depan Gereja setelah Misa.

5.      Pertemuan WKRI Banjarbaru akan diadakan pada Hari Selasa, 21 April 2015 pkl 16:00PM di ruang serba guna Paroki, dimohon kehadiran segenap anggota.

Senin, 13 April 2015

Sabda Hidup: Senin, 13 April 2015


PERINGATAN St. Martinus
warna liturgi Putih

Bacaan: Kis. 4:23-31; Mzm. 2:1-3,4-6,7-9; Yoh. 3:1-8. BcO Why. 1:1-20

Bacaan Injil Yoh. 3:1-8.
1 Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. 2 Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.”
3 Yesus menjawab, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” 4 Kata Nikodemus kepada-Nya: “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?”
5 Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. 6 Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. 7 Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. 8 Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.”

Renungan:
Nikodemus adalah seorang yang berpengalaman dalam ajaran iman. Ketika bertemu dengan Yesus ia mendapat pengajaran tentang kelahiran kembali, kelahiran dari air dan Roh. Sering teks ini untuk menerangkan soal baptis. Saya mencoba menangkap makna kelahiran itu.
Seseorang yang baru lahir adalah pribadi yang masih kosong dan murni. Selain sebagai warga baru di dunia, pengetahuan dan segala sesuatu dari dirinya sama sekali kosong. Isi akan sangat tergantung pada orang-orang di sekitarnya yang akan mengisi dia. Maka rasa saya kelahiran baru adalah proses pengosongan diri agar mampu menerima isian.
Nikodemus yang telah penuh dengan pengetahuan dan pengalaman perlu mengosongkan diri agar bisa menerima ajaran Yesus Kristus. Bersama dengan ajaranNya ia mengenal dan mungkin untuk memasuki Kerajaan Allah. Kita pun perlu sering mengosongkan diri kita agar sanggup menerima masukan dari Allah.

Kontemplasi
Bayangkan dirimu hadir di hadapan Yesus. Yesus mengajakmu untuk menerima kelahiran baru.

Refleksi:
Apa arti kelahiran baru bagimu?

Doa:
Tuhan, semoga aku mampu lahir secara baru dari air dan RohMu. Semoga aku pun layak memasuki gerbang kerajaanMu. Amin.

Perutusan:
Aku akan mengosongkan diri untuk menangkap ajaranNya. -nasp-

Ketakutan


“Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, ‘Damai sejahtera bagi kamu!” (YOH 20, 19)
PARA murid merasa takut, sehingga mereka berkumpul dalam satu ruang dengan pintu yang terkunci. Mereka takut kepada orang Yahudi. Jangan-jangan mereka juga akan ditangkap dan mengalami penderitaan seperti halnya dialami oleh Guru mereka.
Ketakutan membuat mereka bersembunyi, tertutup dan menghindar dari banyak orang. Ketakutan telah membatasi ruang gerak seseorang dan perjumpaan dengan orang lain. Ketakutan sesungguhnya tidak hanya dialami oleh para murid, tetapi juga menjadi pengalaman banyak orang. Anak-anak takut ditinggalkan orang tuanya.
Para siswa takut saat menghadapi ujian akhir atau ujian nasional. Orang muda takut diputus dan ditinggalkan pacarnya. Orang tua takut tidak mampu memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anaknya. Sekelompok masyarakat takut terhadap ancaman tanah longsor, banjir atau angin puting beliung.
Para pejalan takut dengan maraknya begal di jalanan. Ketakutan telah membuat seseorang defensif, membentengi diri dengan berbagai senjata, pagar atau tembok rumah yang tinggi-tinggi. Banyak orang memelihara anjing untuk menjaga rumah atau mengupah seseorang untuk menjaga keamanan.
Ketakutan dirasakan oleh anggota keluarga atau dirasakan oleh para karyawan di tempat kerja. Orang takut usahanya gagal, pekerjaannya tertunda atau proyeknya diambil alih orang lain. Banyak orang takut terhadap orang lain, rekan kerjanya dan bahkan teman atau sahabatnya. Banyak orang takut terhadap hal-hal yang terjadi pada hari ini; ada pula orang yang takut akan masa lalunya.
Masa lalu yang selalu datang menghantui, mengejar dan membuat gelisah. Ada pula orang yang takut akan masa depannya yang suram dan tidak jelas. Ketakutan dialami banyak orang pada zaman ini.
Ketakutan menjauhkan rasa aman, tenteram dan damai. Ketakutan telah menghilangkan kegembiraan dan sukacita dalam diri banyak orang. Ketakutan macam apa yang pernah dan sedang aku alami saat ini?

Lahir Baru dalam Roh Kudus


Senin, 13 April 2015: Pekan Paskah II
Kis 4:23-31; Mzm 2:1-3,4-6,7-9; Yoh 3:1-8
KATA Yesus kepada Nikodemus, “Sesungguhnya, jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah”.
Kita sering menilai negatif Nikodemus yang menjumpai Yesus pada waktu malam. Bagiku, semua yang dilakukan Nikodemus justru positif dan istimewa. Ia mempunyai iman yang reflektif dan devotif kepada Yesus sebagai Sabda Allah di keheningan malam.
Nikodemus tak bisa tidur karena Yesus begitu ia mendengar tentang mujizat Yesus dan ajaran-Nya yang istimewa. Itulah sebabnya, ia putuskan untuk menjumpai Yesus secara pribadi, jauh dari keramaian dan sorotan publik. Nikodemus sebagai pemimpin rohani Yahudi dan anggota Sanhedrin tahu, apa yang harus dia lakukan. Ia seorang guru bangsa Israel. Ia juga seorang Farisi yang saleh yang mengikuti hukum Musa secara sempurna.
Mengapa ia datang menjumpai Yesus pada waktu malam? Dalam refleksiku kusadari ternyata, oh, ternyata, aku bisa belajar darinya tentang ini. Ia melakukan itu karena ia tahu bahwa waktu malam merupakan waktu terbaik untuk bercakap-cakap dengan Yesus, waktu terbaik untuk belajar dari Yesus secara privat tanpa gangguan. Para rabi Yahudi juga menyatakan bahwa waktu terbaik untuk belajar hukum adalah malam hari setelah kesibukan karya selesai dan semua orang beristirahat. Ketika Nikodemus berjumpa Yesus, ia menyapa-Nya sebagai Rabi Yahudi, seorang Guru Sabda dan Hukum Allah dan ia percaya bahwa semua tindakan dan perkataan-Nya pasti berasal dari Allah.
Dalam percakapannya dengan Yesus, Nikodemus mengungkapkan pertanyaan mendasar dan pokok tentang hukum Musa. Ia bertanya, bagaimana orang bisa mengalami Alla dan masuk dalam Kerajaan-Nya? Yesus menjawab, “Untuk itu, orang harus dilahirkan kembali, agar dapat melihat Allah!” Bagi Yesus, lahir baru tidaklah bersifat fisik melainkan bersifat rohani yang harus terjadi secara sempurna, seakar-akarnya, dan itu datang dari Allah, anugerah Allah.
Yesus berkata kepada Nikodemus bahwa kelahiran baru ini sangat penting jika orang mau masuk dalam Kerajaan Allah. Yesus menerangkan bahwa perubahan itu hanya dapat terjadi melalui karya dan daya Roh Kudus. Kelahiran baru dalam Roh Kudus ini sangat nyata dan bisa kita alami dalam kehidupan ini, laksana angin yang dapat dirasakan dan didengar meski kita tidak bisa melihatnya dengan mata telanjang.
Menurut Yesus, kelahiran baru itu bersifat rohani yakni masuk dalam kehidupan yang diubah oleh daya kuasa Allah. Kelahiran itu membawa kita masuk ke dalam pengalaman relasional dengan Allah sendiri, kita sebagai putri-putra angkat Allah sendiri (bdk. Rom 6:4; 8:10-11). Itu hanya mungkin bagi kita bila kita dibaptis dalam Kristus dan menerima anugerah Roh Kudus. Kelahiran itu membawa kita pada Kerajaan Alla yang penuh kebenaran, damai sejahtera dan sukacita (lih Rom 14:17).
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi, kita dilahirkan kembali dalam Roh Kudus yang membuat kita masuk dalam komunitas yang menyembah, menghormati dan menaati Yesus Kristus. Kita masuk dalam kehidupan baru yang dari dari Yesus Kristus sendiri, kehidupan, kasih, damai, sukacita, dan kemerdekaan kita yang abadi dari segala dosa, penindasan dan kehancuran.
Tuhan Yesus Kristus, Engkau menawarkan kepada kami hidup baru yang berlimpah dan daya untuk hidup sebagai putri-putra Bapa Surgawi. Anugerahilah kami sukacita dan kebebasan berkat kelahiran baru dan hidup berlimpah yang telah Kau menangkan bagi kami melalui sakramen baptis. Baharuilah pula iman kami untuk menerima, taat, dan menyembah Dikau dalam Adorasi Ekaristi Abadi, kini dan selamanya. Amin.

Kebangkitan Orang Mati


Pada Hari Raya Paskah, kita merayakan kebangkitan Yesus dari antara orang mati. Dalam Syahadat Para Rasul, kita menyatakan percaya akan “kebangkitan badan.” Dapatkah anda menjelaskannya?
~ seorang pembaca di Franconia

Dalam Injil, Yesus telah menubuatkan tiga kali bahwa Ia akan ditangkap oleh imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, menderita sengsara, dijatuhi hukuman mati dan disalibkan; namun demikian, Ia juga menubuatkan bahwa Ia akan “bangkit” pada “hari ketiga” (bdk. Mat 16:21, 17:22-23, 20:17-19). Nubuatnya itu terbukti menjadi kenyatakan. Pagi-pagi benar pada hari Minggu Paskah, ketika Maria Magdalena dan wanita-wanita lain, St. Petrus dan St. Yohanes pergi ke makam, mereka mendapati makam kosong. Malaikat mewartakan, “Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini.” Yesus telah bangkit tubuh dan jiwa-Nya dari kematian.

Kemudian, Yesus menampakkan diri kepada para rasul dan mereka yang lainnya. Ia muncul dan menghilang secara tiba-tiba. Ia dapat dipeluk (Mat 28:9). Ia menunjukkan bekas luka-luka di tangan-Nya dan di lambung-Nya kepada para rasul, Ia mempersilakan St. Thomas untuk mencucukkan jari-jarinya. (Yoh 20:19 dst). Ia tidak selalu dapat dikenali dengan mudah, seperti dalam penampakkan-Nya kepada Maria Magdalena (Yoh 20:11 dst) ataupun dalam penampakkan-Nya kepada para rasul di danau Tiberias (Yoh 21:1 dst). Yesus juga makan bersama para rasul-Nya (Yoh 21:9 dst, Luk 24:36 dst) dan juga bersama murid-murid yang lain (Luk 23:13). Dalam semua penampakan itu, Yesus menegaskan bahwa Ia bukanlah hantu. Yesus mengatakan, “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” (Luk 24:39).

Karena itu, melalui kebangkitan, Kristus memiliki eksistensi yang sama sekali telah diubah atau dimuliakan. Dimuliakan artinya bahwa tubuh Yesus sepenuhnya dan secara sempurna telah diubah ke dalam rupa tubuh yang mulia, ke dalam tubuh rohani tanpa kehilangan kemanusiaan-Nya.

Kita percaya bahwa kita juga akan beroleh bagian dalam kemuliaan ini. Ketika kita meninggal dunia, jiwa kita berdiri di hadapan Tuhan dalam pengadilan khusus, dan kita harus mempertanggung-jawabkan hidup kita - baik dan jahat, hukuman dan ganjaran. Tuhan kemudian akan menjadi hakim apakah jiwa kita layak ke surga, neraka atau api penyucian.

Pada akhir zaman - pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kalinya dan pengadilan umum - kita juga akan beroleh bagian dalam kebangkitan badan. Pada saat itu, Kristus akan mengubah tubuh orang-orang benar dan menjadikannya serupa dengan Tubuh-Nya Sendiri yang mulia. Mengenai hal ini, St. Paulus mengatakan, “Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: 'Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?' Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah.” (1 Kor 15:35-36, 42-44).

Tubuh kaum beriman akan diubah serupa dengan Tubuh Kristus yang bangkit. Menurut tradisi, teologi menggambarkan tubuh yang mulia dan sempurna ini memiliki karakteristik: identitas, keutuhan dan keabadian. Lagipula, tubuh yang mulia dan sempurna ini juga memiliki empat “kualitas transenden” : “tak dapat rusak”, atau bebas dari kerusakan fisik, kematian, penyakit, dan rasa sakit; “semarak” atau bebas dari cacat dan dikaruniai keindahan dan cahaya; “leluasa” di mana jiwa menggerakkan tubuh dan adanya kebebasan gerak; dan “halus”, di mana tubuh sepenuhnya dirohanikan di bawah kuasa jiwa. Katekismus mengajarkan, “Sesudah pengadilan umum, semua orang yang benar, yang dimuliakan dengan jiwa dan badannya, akan memerintah bersama Kristus sampai selama-lamanya.” (no. 1042).

Bagaimana dengan tubuh dari jiwa-jiwa yang dikutuk di neraka? Tubuh-tubuh mereka akan memiliki identitas, keutuhan dan keabadian, tetapi tidak memiliki keempat kualitas transenden. Mereka memiliki kondisi yang memungkinkan mereka menderita hukuman abadi di neraka, tetapi tidak memiliki kemuliaan Kristus yang dikaruniakan bagi mereka yang ada di surga.
Namun demikian, haruslah kita mengakui bahwa hal “kemuliaan” ini jauh melampaui pengertian dan bahkan bayangan kita. Kita percaya akan hal ini karena Kristus menjanjikan kebangkitan badan: “Saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.” (Yoh 5:28-29). Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College in Alexandria and pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls.

Kebangkitan Berarti Kehidupan yang Mulia


Dalam Syahadat Para Rasul kita mendaraskan, “Aku percaya akan kebangkitan badan”. Saya tidak pernah sungguh mengerti apa itu artinya. Apakah kita akan memiliki tubuh yang sama? Mohon penjelasan.
~ seorang pembaca di Burke

Pertanyaan ini segera membawa saya kepada kenangan ketika saya masih di SMP Washington Irving dan seorang teman menunjukkan kepada saya sebuah majalah rohani dari gerejanya yang menggambarkan akhir dunia dan kebangkitan orang mati. Dalam bentuk “buku komik”, majalah tersebut melukiskan orang-orang keluar dari kubur dan makam - sekurangnya, suatu gambar yang cukup mengerikan, khususnya dari sudut pandang seorang siswa sekolah menengah. Seturut berjalannya waktu dan berkembangnya pemahaman teologis saya, sekarang saya lebih berharap bahwa jika saya bangkit dari mati, Tuhan membuat sedikit perbaikan atau penyempurnaan terhadap tubuh saya ini sebelum saya melewatkan sepanjang kekekalan hidup saya dengan tubuh ini.

Kita percaya teguh akan kebangkitan badan. Dengan perayaan Paskah yang baru saja lewat, kita ingat bahwa Tuhan kia Yesus Kristus bangkit tubuh dan jiwa-Nya dari kematian. Makam-Nya kosong. Namun demikian, Yesus mengalami suatu “perubahan” melalui kebangkitan: Yesus menampakkan diri kepada dua orang dari antara para murid “dalam rupa yang lain” (Mrk 16:12).Ketika Ia menampakkan diri, terkadang para rasul menyangka bahwa mereka melihat hantu (Luk 24:37) atau pada mulanya mereka tidak mengenali-Nya (Yoh 21:1 dst) hingga Ia menyatakan DiriNya. Walau begitu, Tuhan kita dapat dipegang: para perempuan memeluk kaki-Nya (Mat 28:9), Yesus mempersilakan Tomas untuk mencucukkan jarinya pada bekas paku di tangan dan pada luka di lambung-Nya (Yoh 20:24, dst), dan Ia menyuruh para rasul yang lain untuk meraba-Nya guna memastikan bahwa Ia memiliki “daging dan tulang”, tidak seperti hantu (Luk 24:39). Yesus dapat menyantap makanan (Luk 24:30, 24:42-43; Yoh 21:12 dst). Tetapi, Ia juga menampakkan diri sekonyong-konyong kepada para rasul (Mrk 16:14; Luk 24:13 dst), bahkan meski pintu-pintu terkunci (Yoh 20:19 dst), dan Ia lenyap tiba-tiba (Luk 24:31).      

Pada pokoknya, Yesus bukanlah semacam mayat hidup. Tetapi, melalui kebangkitan, Yesus telah mengalami suatu perubahan radikal atas baik tubuh dan jiwa. Ia masuk ke dalam suatu kehidupan yang mulia, yang “manusiawi” dan “ilahi” secara sempurna. Katekismus Gereja Katolik (no. 645) memaklumkan, “Yesus yang telah bangkit berhubungan langsung dengan murid-murid-Nya: Ia membiarkan diri-Nya diraba dan Ia makan bersama mereka. Ia mengajak mereka untuk memastikan bahwa Ia bukan hantu, sebaliknya untuk membenarkan bahwa tubuh yang baru bangkit sebagaimana Ia berdiri di depan mereka, adalah benar-benar tubuh yang sama dengan yang disiksa dan disalibkan, karena Ia masih menunjukkan bekas-bekas kesengsaraan-Nya. Tetapi tubuh yang benar dan sungguh-sungguh ini sertentak pula memiliki sifat-sifat tubuh baru yang sudah dimuliakan: Yesus tidak lagi terikat pada tempat dan waktu, tetapi dapat ada sesuai dengan kehendak-Nya, di mana dan bilamana Ia kehendaki. Kodrat manusiawi-Nya tidak dapat ditahan lagi di dunia dan sudah termasuk dunia ilahi Bapanya.”

Berawal dari pembaptisan kita, kita ambil bagian dalam sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus, dan berjuang untuk mengamalkan hidup bersama-Nya seperti yang Ia kehendaki bagaimana hidup itu diamalkan. Setiap kali kita menyambut Komuni Kudus, kita ingat akan kata-kata Tuhan kita, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” (Yoh 6:54). Santo Paulus dalam surat pertamanya kepada umat di Korintus juga mengingatkan kita, “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” (1 Kor 15:12-14). Sebab itu, kita merindukan kehidupan tubuh dan jiwa bersama Tuhan kita di surga.

Sekarang, membahas pertanyaan-pertanyaan dasar: Apakah yang akan terjadi sehubungan dengan kebangkitan ini? Kita percaya bahwa ketika kita meninggal, jiwa kita meninggalkan tubuh kita dan menghadapi pengadilan khusus. Tubuh dimakamkan (atau dikremasi). Namun demikian, kita sebagai pribadi merupakan kesatuan antara tubuh dan jiwa. Sebab itu, di akhir masa, tubuh dan jiwa akan dipersatukan kembali dalam kehidupan yang mulia, yang sudah diubah, dan yang sempurna.

Bilamanakah “akhir masa” ini? Hari terakhir ini akan terjadi pada akhir dunia, ketika Kristus datang kembali dalam kemuliaan.

Dan apakah tubuh yang mulia ini? Sesungguhnya, jawaban bagaimanapun tidak akan sempurna, sebab perkara ini melampaui tidak hanya pengertian kita, melainkan juga bayangan kita. Melihat kembali peristiwa-peristiwa kebangkitan di atas, kebangkitan tubuh akan mendatangkan kehidupan yang dimuliakan. Para teolog ilmu agama dan filsafat membedakan empat karunia atau sifat-sifat dari tubuh orang benar yang telah dibangkitkan: “tak dapat rusak” (bebas dari penderitaan), artinya bahwa kita tidak akan lagi menderita gangguan-gangguan fisik seperti sedih, sakit atau maut; “halus” artinya bahwa kita akan memiliki kodrat yang dirohanikan dalam arti tubuh rohani seperti Tuhan kita; “leluasa” artinya bahwa tubuh tunduk pada jiwa dengan teramat mudah dan memiliki kecepatan gerak; dan “semarak” artinya tubuh ini akan bebas dari segala cacat dan akan dipenuhi dengan keindahan dan cahaya. Keempat karunia ini berusaha menangkap kemuliaan yang dinikmati jiwa di surga dan yang sekarang akan ikut pula dinikmati oleh tubuh.

St Thomas Aquinas menguraikan, “Jiwa yang bersukacita dalam Tuhan akan bersatu erat dengan-Nya dengan cara yang paling sempurna, dan dengan caranya sendiri akan ikut ambil bagian dalam kebaikan-Nya hingga ke tingkat yang tertinggi; dan dengan demikian tubuh akan sepenuhnya berada dalam kuasa jiwa dan akan ikut ambil bagian dalam apa yang menjadi karakteristik jiwa itu sendiri sejauh mungkin - dalam kejelasan arti pengetahuan, dalam mengendalikan hasrat tubuh, dan dalam segala kesempurnaan kodrat; sebab semakin sempurna sesuatu dalam kodratnya semakin materianya dikuasai oleh bentuknya… seperti jiwa manusia akan diangkat ke kemuliaan roh surgawi untuk melihat Tuhan dalam hakekat-Nya... demikian pula tubuhnya akan diangkat ke karekteristik tubuh surgawi - tubuh akan semarak, bebas dari penderitaan, tanpa kesulitan dan susah payah dalam bergerak, dan disempurnakan dengan cara yang paling sempurna oleh bentuknya. Sebab itulah Rasul berbicara mengenai tubuh yang dibangkitkan sebagai surgawi, bukan merujuk pada kodratnya, melainkan pada kemuliaannya (Contra Gentiles, 4:86).

Kebangkitan tubuh adalah misteri iman, sesuatu yang kita - makhluk ciptaan yang terbatas - tak mampu memahami sepenuhnya. Namun demikian, keyakinan ini diperteguh melalui diangkatnya Bunda Maria ke surga. Ia, yang sepenuhnya mengamalkan iman yang hidup di dunia ini dan dalam dimensi waktu ini, diangkat tubuh dan jiwanya ke surga di akhir hidupnya. Sebab itu, kita dapat melihat teladannya dan mempersatukan tubuh dan jiwa kita sendiri dengan Tuhan dalam hidup ini, sembari merindukan kehidupan yang mulia, yang diubah dan yang sempurna dalam kerajaan surgawi di akhir masa. Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College and pastor of Queen of Apostles Parish, both in Alexandria

BERITA GEREJA 11 & 12 APRIL 2015 Hari Minggu Paskah II

I. Pesta Santo–Santa Minggu ini:

II. Misa Harian dalam pekan ini seperti biasa 06:00 AM
Hari Senin, 17:30PM Misa dan Devosi Keluarga Kudus

Petugas Misa Minggu yang akan datang:

Hari Sabtu 17:30 PM
Koor: Komunitas Yoseph & Yohanes
Organis : Sdr. Rudi
Lektor: Sdri. Vincencia Andra Silvianti, Bpk. Hari Pranoto
Pemazmur: Bpk. Nicolas Naga
Kolkt & Persmb: Komunitas Yoseph & Yohanes
Putra-Putri Altar: Nicolas Andre, Francisco Edward,Angela Mesya, Maria Maykelena

Hari Minggu, 08:00 AM
Koor: Komunitas AVE
Organis : Sdri. Grace Dwi Arganita Pasaribu
Lektor: Bpk & Ibu Agustinus Gunawan
Pemazmur: Sdri. Sandra Marius
Kolkt & Persmb: WKRI Banjarbaru
Putra-Putri Altar: Pratama Bagus, Ignation Chriesma, Gerald Ergi, Obed Gamaliel

III. Sakramen Perkawinan
Akan Menikah Menurut Tata Cara Gereja Katolik
1.      Pasangan Ignatius Yosep Aditya Widyasmara Putra Bapak Albertus Siddik Wienarso dan Ibu Elisabeth Lilik Margiati dengan Katharina Herlin Tyassari Putri Bapak Suripto dan Ibu Kristiana Endang Trismiati, keduanya dari Paroki Bunda Maria Banjarbaru. Pengumuman Pertama.
Barang siapa mengetahui adanya halangan-halangan bagi pasangan di ats harap melapor kepada Pastor Paroki.

IV. Pengumuman Tambahan
  1. 1.    Pesta Agape diselenggarakan hari Minggu Tanggal 12 April 2015 jam 10:00AM.
  2. 2.  Sebagai tindak lanjut pembahasan dan pelaksanaan Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin di Paroki Bunda Maria, dimohon kehadiran para Suster, Pengurus Dewan Paroki, Perwakilan Komunitas, Kategorial dan WKRI pada hari Selasa Tanggal 14 April 2015 jam 18:00 PM di Gedung Gaudium.
  3. 3.   Pengumuman Kursus Persiapan Perkawinan bagi pasangan-pasangan yang akan menikah di Gereja harap mengikuti KPP di Paroki Bunda Maria Banjarbaru. Yang akan diadakan pada Hari Jumat-Minggu, 24-26 April 2015. Tempat: Ruang Rapat Pastoran

Jumat: 17:00-19:00PM
Sabtu: 17:00-21:00PM
Minggu: 10:00-12:00AM



Senin, 06 April 2015

Kristus Telah Bangkit


Kristus bangkit, Kristus mulia, mari kita wartakan. Yang jahat dikalahkan-Nya, mari kita wartakan. Maut dihancurkan-Nya, Kristus pemenang jaya!” 
SEPENGGAL lagu Kristus Bangkit di atas memang cukup easy listening dan banyak dinyanyikan kaum kristiani pada hari Paskah ini, khususnya di seluruh Nusantara. Jika dicermati dengan seksama, liriknya mengandung makna yang luar biasa.
“Kristus Bangkit…Kristus pemenang jaya” dalam kutipan lagu di atas, sungguh menggambarkan apa yang kita rasakan pada hari Paskah ini. Seperti yang dituliskan dalam Alkitab pada Markus 16:6 Tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus, orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia.”
Teriak kegirangan
Mari beranjak sejenak dari lagu tersebut.
Dalam homili kali ini, “Ada dua hal yang menjadi bahan permenungan bagi kaum kristiani” ujar seorang Pastur. Pertama, ketika menyanyikan lagu Kristus Bangkit mengapa tidak ada ekspresi kegembiraan pada hari ini? Padahal seperti yang kita ketahui, Kristus telah bangkit! Kristus telah menang, tapi kok seperti ada yang kurang? Pastur tersebut pun memberikan analogi singkat tentang seseorang yang menonton pertandingan sepak bola dan ketika gol, spontan penonton bergembira dan berteriak “GOOOLLL.”
Sekalipun penonton ini tidak mengenal akrab sang pemain dan bahkan mereka hanya menonton dan tidak bermain langsung. Namun ada hal dalam pertandingan itu yang menyatakan kepemilikan daripada penonton tersebut yang membuat kegembiraan pemain menjadi kegembiraan penonton.
Dalam analogi ini sama halnya dengan kebangkitan Tuhan kita, Yesus Kristus. Kristus telah bangkit, Kristus pemenang jaya, namun mengapa tidak ada kegembiraan di hati? Harusnya kita merenungi segala pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib demi menebus dosa umat manusia dan bersuka ketika Yesus bangkit.
Lalu untuk analogi kedua, Pastur ini menceritakan tentang seorang anak lulusan terbaik dari kampus terbaik di luar negeri dengan nilai yang memuaskan. Namun ketika kembali ke Indonesia, anak ini tidak bekerja.
Suatu hari datang ayahnya menanyakan kepada anaknya “kamu itukan lulusan terbaik dari luar negeri, tapi kok kamu belum bekerja sampai sekarang?” dengan termenung anaknya menjawab “Aku ga punya modal pak”.
Mendengar hal itu, sang ayah menanyakan suatu hal yang sungguh di luar perkiraan sang anak.
“Kalau gitu, ayah beli dengkulmu seharga 1 milyar ya, gimana? Kamu kasih ga?” dengan lantang anaknya menjawab “Wah enak aja, Pa. Dengkulku ini ga cukup dibeli dengan harga 1M, lebih mahal harganya.’ Sang ayah tersenyum dan berkata “Itu kamu tau, kamu punya modal yang lebih dari 1M kan? Kenapa kamu masih bilang ga punya modal?”
Dua analogi di atas dapat kita jadikan sebagai bahan permenungan dalam memaknai Paskah pada kali ini. Hal inilah yang diminta kepada kita, untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan berbekal semangat Paskah.
Kelak, dengan semangat Paskah ini kita dapat menjadi pribadi yang lebih bersyukur dan lebih peduli terhadap sesama.
Selamat berefleksi.
Selamat Paskah, semoga semangat Paskah menjadikan kita pribadi yang lebih peduli dan lebih bersyukur dalam menjalani kehidupan sehari-hari. (sesawi)

Kebangkitan Kristus, Pesta Iman

YOHANES, murid yang dikasihi Yesus, selalu menyimak setiap perkataan yang diungkapkan Yesus semasa hidupNya.
Maka saat Yohanes melihat makam yang kosong, tanpa perlu bukti nyata, ia percaya bahwa Yesus telah bangkit.
Sebagai murid Kristus yang hidup pada masa kini, dibutuhkan iman untuk percaya kepada kebangkitanNya, karena kebangkitan merupakan suatu peristiwa di luar jangkauan logika manusia.
Dengan iman kita percaya, bahwa kelak kitapun akan dibangkitkan bersamaNya untuk masuk ke dalam perjamuan surgawi.
Paskah merupakan pesta iman.
Mari kita bersuka cita menyambut kemenanganNya dengan menjadi saksi kebangkitanNya.
Ungkapkan iman kita dengan berani menanggalkan manusia lama dan memulai hidup baru yang selalu berorientasi pada kehendakNya dalam menjalankan karya dan pelayanan kita sehari-hari.

Sukacita karena Kebangkitan Kristus

Oktaf Paskah
Kis 2:14,122-32; Mzm 16:1-2a,5.7-11; Mat 28:8-15
… (Perempuan-perempuan itu) diliputi rasa takut dan sukacita yang besar. Mereka berlari cepat-cepat untuk memberitakan kepada para murid bahwa Yesus telah bangkit…
KITA rayakan Paskah dengan sukacita. Maka, mari kita persiapkan hati dan hidup kita untuk berjumpa dengan Yesus Kristus yang bangkit. Mari belajar dari pengalaman para murid Yesus.
Injil hari ini mewartakan pengalaman itu. Para perempuan itu diliputi dua perasaan sekaligus pada saat yang sama: takut dan sukacita. Apa artinya? Tampaknya, mereka tidak siap mengalami kebangkitan Yesus sama seperti mereka tidak siap mengalami kematian-Nya.
Karenanya, makam kosong membuat mereka takut sekaligus bersukacita. Ya, sesungguhnya Yesus sudah mengatakan kepada mereka bahwa Ia akan wafat dan bangkit. Namun mereka belum juga paham.
Kita bertanya, apakah dasar iman kita akan kebangkitan Kristus? Kitab Suci menyatakan kepada kita bahwa “iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat ” (Ibr 11:1). Iman akan kebangkitan Kristus merupakan anugerah semata dari Allah bagi kita. Iman itu pasti karena iman berdasarkan pada sabda Allah yang tidak mungkin menipu kita.
St. Paulus berkata bahwa Ia menjadikan mata hati kita terang agar kita mengerti pengaharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya (bdk. Ef 1:18). Juga, St. Petrus berkata bahwa rahmat-Nya telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati kepada suatu hidup yang penuh pengharapan (1 Ptr 1:3).
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi, kita mohon kepada Allah anugerah iman yang menyatakan Allah sendiri kepada kita yang percaya pada sabda-Nya. Ia memenuhi kita dengan kehidupan baru dalam Roh Kudus-Nya. Di sana kita belajar untuk mengenal kehadiran Kristus yang bangkit dalam dan melalui Sakramen Mahakudus. Kita belajar hidup dalam sukacita dan pengharapan akan kebangkitan Kristus.
Tuhan Yesus Kristus, semoga kami selalu hidup dalam sukacita dan pengharapan pada kebangkitan-Mu dan tidak pernah kehilangan makna kebenaran itu bagi hidup kami kini dan selamanya. Amin.

Paskah Berarti Bergerak

PASKAH identik dengan kata bangkit. Semua orang berharap paskah membawa perubahan dalam hidup beriman, bermasyarakat, dan diri sendiri. Kita ingin merenungkan paskah dari pengalaman para murid.
para murid setelah mendengar Yesus tidak ada di makam tidak percaya dan berlari ke makam Yesus. Kebangkitan Yesus membuat para murid keluar dari rasa takut. Para murid meninggalkan rasa takut untuk bergerak ke makam Yesus. Itulah paskah. Paskah membuat orang terus bergerak dan meninggalkan kebiasaan lama. Para murid harus terus bergerak untuk mewartakan kabar sukacita tanpa Yesus.
Paskah setiap tahun kita rayakan. Namun apakah kita sudah bergerak dan berubah? Atau kita masih diam seperti dulu? Renungan paskah di Kompas tanggal 4 Maret 2015 Mgr. Anton dan Mgr. Situmorang merefleksikan hidup bernegara kita. Menurut saya, para uskup menangkap bahwa negara kita sedang tidak berkembang dalam moralitas, keadilan, penghayatan Pancasila, dan nasionalitas negara. Apa yang bisa kita buat?
Seperti para murid, saya mengajak anda bergerak untuk perubahan kecil. Suatu perubahan kecil asal dilakukan dengan setia merupakan suatu perubahan besar. Daripada kita buat program besar tetapi tidak dilaksanakan sama saja nol.
Paskah berarti bergerak dan berubah. Mari kita bergerak untuk suatu perubahan meski kecil. Seperti para murid yang berani untuk terus bergerak demi kemuliaan Allah yang semakin besar.
Feel free untuk bergerak dan berubah meski itu kecil.

Jadi Saksi Kebenaran Di Dalam Hidup Sehari-hari

PARA pemimpin Yahudi melakukan politik kotor demi menjaga kewibawaan dan kedudukan mereka.
Sejumlah uang diberikan kepada para prajurit agar mereka meniupkan kabar bohong mengenai kebangkitan Yesus.
Sama halnya dengan para pemimpin Yahudi, dewasa ini banyak orang yang menghalalkan segala cara demi meraih ambisi pribadi.
Mereka tak segan-segan memutarbalikkan fakta untuk menutupi kebenaran agar kepentingan dan kenyamanan mereka tetap terjaga.
Yesus meminta kita untuk tidak gentar dan tetap setia mewartakan kebenaran di dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam keluarga, lingkungan, gereja maupun di dalam masyarakat.
Jauhkan diri dari segala macam bentuk kejahatan dengan alasan apapun.
Sadari bahwa kebenaran tidak dapat dibungkam, karena pada akhirnya kebenaran akan terungkap.
Mari jalani hidup ini dengan baik, jujur dan penuh kasih, sesuai firmanNya.
Tetap semangat, walau hambatan menghadang di depan kita.
Ingatlah, Yesus selalu setia menemani perjalanan hidup kita.

Sabtu, 04 April 2015

Kebangkitan Kristus adalah Sukacita Kita

Minggu, 5 April 2015: Hari Raya Paskah
Kis 10:34a.37-43; Mzm 118:1-2.16ab-17.22-23; Kol 3:1-4; Yoh 20:1-9
… Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu; ia melihatnya dan percaya….
DARI Injil hari ini kita membaca, Yohanes dan Petrus berlari menuju makam setelah diberitahu Maria Magdalena bahwa makam Yesus dan “Tuhan telah diambil orang…” Mereka ke makam di Minggu Paskah pagi. Seperti Maria Magdalena dan yang lainnya, Yohanes tidak siap melihat makam kosong dan meski mendengar pesan dari Malaikat toh mereka belum mengerti juga yang tertulis dalam Kitab Suci bahwa Yesus harus bangkit dari maut.
Ijinkan saya mengutip yang dikatakan Malaikat seperti dicatat St. Lukas, “Mengapa kalian mencari yang hidup di antara orang mati?” (Luk 24:5). Di makam Yesus, Maria Magdalena, Yohanes dan Petrus tidak melihat jenazah Yesus melainkan Yesus Kristus yang bangkit yang membawa mereka sampai pada iman akan kebangkitan Yesus.
Kita dapat belajar dari St. Yohanes. Ketika melihat makam kosong ia teringat segala yang disampaikan Yesus bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga. Ia menyadari bahwa tak ada makam di bumi yang dapat menampung Tuhan dan pemberi kehidupan. Maka, Ia melihat dan percaya (Yoh 20:8).
Dalam Injilnya, St. Yohanes menyatakan diri sebagai saksi mata atas hidup, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Itulah sebabnya, ia bersaksi dalam suratnya: Apa yang kami lihat, dengar, dan raba, itulah yang kami wartakan sebagai sabda kehidupan kekal yang sudah ada sejak semula (1Yoh 1:1-4). St. Yohanes bersaksi tentang yang sudah ada sejak semula dan kekal.
Realitas kebangkitan merupakan pusat dari iman Kristiani kita. Melalui anugerah Roh Kudus, Yesus Kristus, Tuhan memberikan kepada kita mata iman untuk mengenal-Nya dan mengalami daya kebangkitan-Nya.
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi, kita menemukan sukacita terbesar karena kita dapat berjumpa dengan Kristus yang hidup dan mengenal-Nya secara personal sebagai Tuhan dan Penyelamat. Dengan menyembah-Nya, kita menerima kabar gembira wafat dan kebangkitan Kristus dengan iman yang hidup dan sukacita melimpah.
Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah mengalahkan maut dan memenangkan kehidupan baru serta daya kebangkitan bagi kami. Berilah kami mata iman untuk melihat Dikau dalam kemuliaan-Mu dan menyembah-Mu dengan penuh cinta. Bantulah kami untuk kian dekat dengan-Mu dan bertumbuh dalam pengetahuan akan kasih-Mu yang besar bagi kami dan kemenangan-Mu atas dosa dan maut. Semoga kami selalu bersukacita dan mewujudkan sukacita itu dalam pelayanan kepada sesama kini dan selamanya. Amin.

APAKAH YOHANES PEMBAPTIS MAKAN SERANGGA?

Yesaya bukanlah satu-satunya nabi yang menubuatkan kedatangan Sang Mesias. Yohanes Pembaptis - sepupu Yesus - juga berkhotbah tentang-Nya. Penampilan Yohanes membuat orang takjub. Dikatakan bahwa Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan.

Kita dapat maklum Yohanes makan madu, tetapi “belalang?” Sebenarnya yang dikatakan dalam Kitab Suci adalah Yohanes makan “locusts” yang bentuknya serupa dengan belalang yang besar. Memang benar bahwa suku-suku tertentu di Afrika memakan serangga seperti semut atau pun kumbang, tetapi sungguhlah sulit membayangkan Yohanes memakannya.

Jawabannya ternyata amat sederhana. Di Timur Tengah terdapat sejenis tumbuhan yang disebut “locust bean” (kacang belalang), karena bentuknya mirip dengan locust atau belalang. Rasa manisnya amat khas. Kita menyebutnya carob. Carob digunakan sebagai coklat tiruan bagi orang yang alergi terhadap coklat. Jadi, Yohanes Pembaptis sungguh-sungguh seorang choco-holic alias gila coklat! Di Israel, kacang belalang hingga kini masih disebut sebagai “Roti St. Yohanes”.

APA ITU ROTI TAK BERAGI?

Pada Perjamuan Malam Terakhir Yesus merayakan hari raya bangsa Yahudi yang disebut Paskah. Perayaan tersebut untuk mengenangkan saat Musa membebaskan nenek moyang mereka. Bangsa Yahudi telah dijadikan budak di Mesir. Tuhan mengutus Musa untuk menyelamatkan mereka. Pada malam sebelum mereka meninggalkan Mesir, Musa memerintahkan mereka untuk makan dengan terburu-buru dan dalam keadaan siap untuk berangkat segera begitu ada pemberitahuan. Perjamuan Paskah itu terdiri dari anak domba panggang, roti tak beragi dan sayuran pahit.

Ragi adalah bahan yang membuat roti mengembang. Ragi berkembang dalam adonan roti yang hangat. Sementara ia berkembang, ragi mengeluarkan gas karbon dioksida. Gas itulah yang membuat roti mengembang. Perlu waktu agar roti dapat mengembang. Oleh karenanya, bangsa Israel yang sedang tergesa-gesa itu membuat roti tanpa ragi. Roti tak beragi bentuknya bundar dan rasanya seperti crackers - biskuit yang tidak manis.

Bangsa Yahudi makan “crackers” tersebut pada Perjamuan Paskah mereka. Sebagian imam Yahudi menyebut biskuit itu “roti sederhana” sebab roti itu tidak mengembang seperti roti pada umumnya. Ketika kita merasa bangga atau besar kepala, sesungguhnya kita meninggikan diri kita sendiri. Komuni yang kita terima dalam Misa adalah roti tak beragi. Yesus dengan rendah hati membagikan diri-Nya kepada kita dalam rupa roti.  

APA YANG MENARIK DARI MAKAM YUSUF ARIMATEA?

Yusuf dari Arimatea adalah seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang telah menjadi murid Yesus. Ia mempersiapkan jenasah Yesus untuk pemakaman dan membaringkannya di dalam kuburnya yang baru. Oleh karena peristiwa itu, Gereja mengangkat Yusuf sebagai santo pelindung Pemimpin Pemakaman.

Menurut tradisi, Yusuf menyimpan cawan yang digunakan Yesus pada Perjamuan Terakhir - The Holy Grail (Cawan Kudus) - dan membawanya ke Inggris. Kelak, setelah Yusuf wafat, ia dikuburkan di sebuah makam di belakang makam Yesus. KUBUR ITU PUN KEMUDIAN JUGA KOSONG!

APA MAKNA KAIN PELUH SI TUKANG KAYU?

"Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung." (Yohanes 20:6-7)

Di jaman Yesus ada suatu cara bagaimana seorang tukang kayu memberitahukan kepada pemborongnya bahwa pekerjaannya telah selesai. Apakah itu berupa tanda tangan, yah simak saja tulisan berikut ini.

Bayangkanlah suatu siang yang terik di Galilea. Yesus baru saja selesai mengerjakan bagian-bagian terakhir dari pekerjaan yang telah dilakukan-Nya beberapa hari itu. Tangan-Nya yang kuat dan kekar itu kotor oleh serbuk-serbuk kayu dan keringat. Wajah-Nya mengkilat karena keringat. Ia meneguk minuman dingin dari kantong kulit-Nya. Kemudian, berdiri di samping pekerjaannya, Ia mengucurkan air ke wajah dan dada-Nya, memercikkannya ke lengan-Nya untuk membersihkan tubuh-Nya sebelum Ia pulang ke rumah. Dengan kain peluh diseka-Nya wajah dan lengan-Nya hingga kering.

Sesudah itu Yesus melipat kain peluh-Nya dengan rapi menjadi dua, lalu melipatnya lagi menjadi dua. Diletakkan handuk-Nya itu di atas pekerjaan yang telah diselesaikan-Nya dan Ia pun pergilah. Kemudian, siapa pun yang datang untuk memeriksa pekerjaan-Nya akan melihat kain peluh itu dan mengerti pesan sederhana yang disampaikannya. Pekerjaannya sudah selesai.

Murid-murid Kristus, tentu saja, mengerti kebiasaan tukang kayu ini. Pada suatu hari Minggu, tiga tahun setelah Yesus meninggalkan perkakas tukang kayu-Nya, Petrus menjenguk ke dalam makam yang kosong. Ia hanya melihat kain linen yang telah ditinggalkan Tuhan yang Bangkit.

Sebuah senyum tersungging di bibir Petrus karena kesedihan hatinya telah berganti dengan pengharapan, karena ia melihat kain peluh yang tadinya digunakan untuk menutup wajah Yesus itu kini telah tertata rapi dan diletakkan di lantai makam. Petrus mengerti. Tukang Kayu itu telah meninggalkan pesan-Nya yang sederhana. Pekerjaan-Nya sudah selesai.