Senin, 06 April 2015

Kristus Telah Bangkit


Kristus bangkit, Kristus mulia, mari kita wartakan. Yang jahat dikalahkan-Nya, mari kita wartakan. Maut dihancurkan-Nya, Kristus pemenang jaya!” 
SEPENGGAL lagu Kristus Bangkit di atas memang cukup easy listening dan banyak dinyanyikan kaum kristiani pada hari Paskah ini, khususnya di seluruh Nusantara. Jika dicermati dengan seksama, liriknya mengandung makna yang luar biasa.
“Kristus Bangkit…Kristus pemenang jaya” dalam kutipan lagu di atas, sungguh menggambarkan apa yang kita rasakan pada hari Paskah ini. Seperti yang dituliskan dalam Alkitab pada Markus 16:6 Tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus, orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia.”
Teriak kegirangan
Mari beranjak sejenak dari lagu tersebut.
Dalam homili kali ini, “Ada dua hal yang menjadi bahan permenungan bagi kaum kristiani” ujar seorang Pastur. Pertama, ketika menyanyikan lagu Kristus Bangkit mengapa tidak ada ekspresi kegembiraan pada hari ini? Padahal seperti yang kita ketahui, Kristus telah bangkit! Kristus telah menang, tapi kok seperti ada yang kurang? Pastur tersebut pun memberikan analogi singkat tentang seseorang yang menonton pertandingan sepak bola dan ketika gol, spontan penonton bergembira dan berteriak “GOOOLLL.”
Sekalipun penonton ini tidak mengenal akrab sang pemain dan bahkan mereka hanya menonton dan tidak bermain langsung. Namun ada hal dalam pertandingan itu yang menyatakan kepemilikan daripada penonton tersebut yang membuat kegembiraan pemain menjadi kegembiraan penonton.
Dalam analogi ini sama halnya dengan kebangkitan Tuhan kita, Yesus Kristus. Kristus telah bangkit, Kristus pemenang jaya, namun mengapa tidak ada kegembiraan di hati? Harusnya kita merenungi segala pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib demi menebus dosa umat manusia dan bersuka ketika Yesus bangkit.
Lalu untuk analogi kedua, Pastur ini menceritakan tentang seorang anak lulusan terbaik dari kampus terbaik di luar negeri dengan nilai yang memuaskan. Namun ketika kembali ke Indonesia, anak ini tidak bekerja.
Suatu hari datang ayahnya menanyakan kepada anaknya “kamu itukan lulusan terbaik dari luar negeri, tapi kok kamu belum bekerja sampai sekarang?” dengan termenung anaknya menjawab “Aku ga punya modal pak”.
Mendengar hal itu, sang ayah menanyakan suatu hal yang sungguh di luar perkiraan sang anak.
“Kalau gitu, ayah beli dengkulmu seharga 1 milyar ya, gimana? Kamu kasih ga?” dengan lantang anaknya menjawab “Wah enak aja, Pa. Dengkulku ini ga cukup dibeli dengan harga 1M, lebih mahal harganya.’ Sang ayah tersenyum dan berkata “Itu kamu tau, kamu punya modal yang lebih dari 1M kan? Kenapa kamu masih bilang ga punya modal?”
Dua analogi di atas dapat kita jadikan sebagai bahan permenungan dalam memaknai Paskah pada kali ini. Hal inilah yang diminta kepada kita, untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan berbekal semangat Paskah.
Kelak, dengan semangat Paskah ini kita dapat menjadi pribadi yang lebih bersyukur dan lebih peduli terhadap sesama.
Selamat berefleksi.
Selamat Paskah, semoga semangat Paskah menjadikan kita pribadi yang lebih peduli dan lebih bersyukur dalam menjalani kehidupan sehari-hari. (sesawi)

Tidak ada komentar: