Senin, 13 April 2015

Kebangkitan Orang Mati


Pada Hari Raya Paskah, kita merayakan kebangkitan Yesus dari antara orang mati. Dalam Syahadat Para Rasul, kita menyatakan percaya akan “kebangkitan badan.” Dapatkah anda menjelaskannya?
~ seorang pembaca di Franconia

Dalam Injil, Yesus telah menubuatkan tiga kali bahwa Ia akan ditangkap oleh imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, menderita sengsara, dijatuhi hukuman mati dan disalibkan; namun demikian, Ia juga menubuatkan bahwa Ia akan “bangkit” pada “hari ketiga” (bdk. Mat 16:21, 17:22-23, 20:17-19). Nubuatnya itu terbukti menjadi kenyatakan. Pagi-pagi benar pada hari Minggu Paskah, ketika Maria Magdalena dan wanita-wanita lain, St. Petrus dan St. Yohanes pergi ke makam, mereka mendapati makam kosong. Malaikat mewartakan, “Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini.” Yesus telah bangkit tubuh dan jiwa-Nya dari kematian.

Kemudian, Yesus menampakkan diri kepada para rasul dan mereka yang lainnya. Ia muncul dan menghilang secara tiba-tiba. Ia dapat dipeluk (Mat 28:9). Ia menunjukkan bekas luka-luka di tangan-Nya dan di lambung-Nya kepada para rasul, Ia mempersilakan St. Thomas untuk mencucukkan jari-jarinya. (Yoh 20:19 dst). Ia tidak selalu dapat dikenali dengan mudah, seperti dalam penampakkan-Nya kepada Maria Magdalena (Yoh 20:11 dst) ataupun dalam penampakkan-Nya kepada para rasul di danau Tiberias (Yoh 21:1 dst). Yesus juga makan bersama para rasul-Nya (Yoh 21:9 dst, Luk 24:36 dst) dan juga bersama murid-murid yang lain (Luk 23:13). Dalam semua penampakan itu, Yesus menegaskan bahwa Ia bukanlah hantu. Yesus mengatakan, “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” (Luk 24:39).

Karena itu, melalui kebangkitan, Kristus memiliki eksistensi yang sama sekali telah diubah atau dimuliakan. Dimuliakan artinya bahwa tubuh Yesus sepenuhnya dan secara sempurna telah diubah ke dalam rupa tubuh yang mulia, ke dalam tubuh rohani tanpa kehilangan kemanusiaan-Nya.

Kita percaya bahwa kita juga akan beroleh bagian dalam kemuliaan ini. Ketika kita meninggal dunia, jiwa kita berdiri di hadapan Tuhan dalam pengadilan khusus, dan kita harus mempertanggung-jawabkan hidup kita - baik dan jahat, hukuman dan ganjaran. Tuhan kemudian akan menjadi hakim apakah jiwa kita layak ke surga, neraka atau api penyucian.

Pada akhir zaman - pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kalinya dan pengadilan umum - kita juga akan beroleh bagian dalam kebangkitan badan. Pada saat itu, Kristus akan mengubah tubuh orang-orang benar dan menjadikannya serupa dengan Tubuh-Nya Sendiri yang mulia. Mengenai hal ini, St. Paulus mengatakan, “Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: 'Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?' Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah.” (1 Kor 15:35-36, 42-44).

Tubuh kaum beriman akan diubah serupa dengan Tubuh Kristus yang bangkit. Menurut tradisi, teologi menggambarkan tubuh yang mulia dan sempurna ini memiliki karakteristik: identitas, keutuhan dan keabadian. Lagipula, tubuh yang mulia dan sempurna ini juga memiliki empat “kualitas transenden” : “tak dapat rusak”, atau bebas dari kerusakan fisik, kematian, penyakit, dan rasa sakit; “semarak” atau bebas dari cacat dan dikaruniai keindahan dan cahaya; “leluasa” di mana jiwa menggerakkan tubuh dan adanya kebebasan gerak; dan “halus”, di mana tubuh sepenuhnya dirohanikan di bawah kuasa jiwa. Katekismus mengajarkan, “Sesudah pengadilan umum, semua orang yang benar, yang dimuliakan dengan jiwa dan badannya, akan memerintah bersama Kristus sampai selama-lamanya.” (no. 1042).

Bagaimana dengan tubuh dari jiwa-jiwa yang dikutuk di neraka? Tubuh-tubuh mereka akan memiliki identitas, keutuhan dan keabadian, tetapi tidak memiliki keempat kualitas transenden. Mereka memiliki kondisi yang memungkinkan mereka menderita hukuman abadi di neraka, tetapi tidak memiliki kemuliaan Kristus yang dikaruniakan bagi mereka yang ada di surga.
Namun demikian, haruslah kita mengakui bahwa hal “kemuliaan” ini jauh melampaui pengertian dan bahkan bayangan kita. Kita percaya akan hal ini karena Kristus menjanjikan kebangkitan badan: “Saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.” (Yoh 5:28-29). Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College in Alexandria and pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls.

Tidak ada komentar: