Senin, 16 November 2015

Makna Natal 2015

Kelahiran Yesus lebih dari 2000 tahun lalu membawa sukacita bagi para malaikat, para gembala dan tiga raja dari timur, yang kemudian bergegas menyambutNya dengan cara mereka sendiri. Pesta kelahiran Yesus kita rayakan sebagai kabar gembira di tengah-tengah dunia yang keras dan kejam. Di dalamnya kita merayakan persekutuan dengan Tuhan yang datang menyapa kita dan memberi arti bagi hidup kita. Kelahiran Yesus, sebagaimana kelahiran manusia pada umumnya, merupakan momen awal baginya untuk kemudian tumbuh menjadi seorang pria dewasa. Ia pada akhirnya menyadari panggilan hidup-Nya sebagai utusan Allah untuk menebus dosa manusia dengan mati di salib.


Hal yang sama berlaku juga bagi umat Kristiani. Natal adalah momen pertumbuhan iman, yang tidak boleh berhenti pas setelah tanggal 25 Desember. Makna Natal seharusnya menggema sepanjang tahun dan menjiwai setiap aksi pribadi maupun kelompok. Dalam cara yang sama, cinta kita kepada Tuhan harus diwujudkan secara nyata dalam perbuatan kasih kepada sesama dan ciptaan Tuhan lainnya.
Bentuk-bentuk lahiriah dari cinta harus nyata dalam kehidupan sehari-hari, tanpa membuat perbedaan, dalam keluarga, lingkungan kerja, dan bentuk interaksi sosial lain, bahkan di dunia maya sekalipun. Cinta akan Allah tidak mengambang seperti sesuatu yang diterbang angin, tapi sesuatu yang nyata, yang kasat mata berupa mencintai sesama manusia dan alam tempat kita berpijak.
Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa mencintai sesama yang kelihatan. Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (1 Yoh 4:20-21).
Bukti mengasihi sesama bisa tampak dalam wujud keterlibatan aktif dalam usaha memerangi kemiskinan, melawan korupsi, serta dalam mengatasi berbagai persoalan sosial, seperti konflik kemanusiaan, menguatnya sikap intoleran, serta perilaku atau tindakan yang membuat persaudaraan antar sesama warga menjadi retak.
Demikian pula, sebagai kaki dan tangan Allah di dunia ini, manusia diserahkan kepercayaan untuk memelihara dan memanfaatkan alam semesta yang “diciptakan baik adanya” secara bertanggungjawab. Manusia dipanggil untuk melestarikan dan menjaga keutuhan ciptaan-Nya dari perilaku sewenang-wenang dalam mengelola alam.

Makna Natal bukan hanya sekedar persiapan dekorasi rumah atau gereja. Natal adalah momen untuk perubahan dan peneguhan atas komitmen kita sebagai pengikut Kristus untuk mencintai sesama dalam suka dan senang serta peneguhan panggilan kita sebagai orang-orang yang dipercayakan Tuhan mengelola dan merawat ciptaan-Nya.

Tidak ada komentar: