Senin, 30 November 2015

Mengapa Gereja Katolik Memiliki Masa Adven?


Mengapa kita orang Katolik mempunyai Masa Adven, sedangkan saudara-saudari Protestan tidak? Mengapa secara liturgis dibedakan antara persiapan Adven dari Minggu I sampai tanggal 16 Desember dan mulai tanggal 17 Desember sampai 24 Desember? Apa alasan di balik pemisahan itu? Mengapa bacaan pertama selalu diambil dari Kitab Nabi Yesaya, padahal ada banyak nabi lainnya? 

Pertama, sejak abad-abad pertama sejarah Gereja, bisa dibuktikan bahwa selalu ada masa persiapan untuk menyongsong perayaan kelahiran Yesus di Betlehem. Persiapan itu dilakukan baik dalam perayaan-perayaan liturgis maupun dalam hidup rohani pribadi. Persiapan perayaan itu diarahkan kepada dua tujuan, yaitu persiapan untuk menyongsong pesta Natal tanggal 25 Desember dan perwujudan masa penantian kedatangan Yesus Kristus yang kedua sebagai Hakim Akhir Zaman. Dua arti Masa Adven ini diketahui dari catatan-catatan historis abad IV. Dua arti inilah yang juga dipertahankan oleh Konsili Vatikan II dalam pembaruan liturgi. Sangat mungkin Gereja-gereja Protestan tidak memiliki Masa Adven karena mereka kurang memperhatikan latar belakang sejarah dan ingin tampil berbeda dari Gereja induknya, yaitu Gereja Katolik.

Kedua, Masa Adven terdiri atas empat minggu dengan tema utama ”penantian”. Dua arti Adven di atas itulah yang melatarbelakangi pembedaan perayaan liturgis. Liturgi dari Minggu pertama sampai dengan tanggal 16 Desember lebih diarahkan kepada penantian eskatologis, yaitu kedatangan Yesus Kristus yang kedua, yaitu sebagai Hakim Akhir Zaman. Bacaan-bacaan liturgis diarahkan kepada tema ini. Sedangkan liturgi dari tanggal 17 Desember sampai dengan 24 Desember, baik dalam Perayaan Ekaristi maupun dalam Ibadat Harian, semua rumusan diarahkan secara lebih jelas kepada persiapan menyambut perayaan kelahiran Yesus di Betlehem. Bisa dikatakan bahwa bagian kedua ini adalah persiapan intensif jangka pendek untuk merayakan pesta kelahiran Tuhan.

Dua arti Adven di atas menunjukkan bahwa Masa Adven merangkum keseluruhan kekayaan teologis misteri kedatangan Tuhan di dalam sejarah sampai pada pemenuhannya. Kita bisa membedakan dua dimensi kehidupan para pengikut Kristus, yaitu dimensi eskatologis dan dimensi historis-sakramental.

Ketiga, dimensi eskatologis Masa Adven menunjukkan bahwa keselamatan yang telah kita terima dari Allah akan dibawa ke kesempurnaan pada akhir zaman (1 Ptr 1:5). Seluruh hidup manusia adalah wadah pelaksanaan janji-janji Allah yang akan terpenuhi pada ”hari Tuhan” (1 Kor 1:8; 5:5). Dimensi eskatologis ini mengingatkan kita akan tugas misioner Gereja untuk mewujudkan keselamatan itu sepenuhnya sampai kedatangan Kristus sekali lagi sebagai Hakim dan Penyelamat. Dimensi historis-sakramental Masa Adven merujuk pada Yesus sebagai perwujudan konkret keselamatan yang dinantikan. Tuhan yang dinantikan adalah Tuhan yang telah datang sepenuhnya dalam diri Yesus dari Nazaret. Hal ini menunjukkan betapa konkretnya penyelamatan manusia. Penyelamatan ini menyangkut manusia dalam keseluruhan dirinya dan juga seluruh umat manusia. Kristus sungguh datang dalam daging kita dan Kristus inilah yang akan menampakkan diri-Nya pada akhir zaman (Kis 1:11).

Keempat, kurang tepat kalau dikatakan bahwa bacaan pertama selalu diambil dari Kitab Nabi Yesaya. Yang benar ialah bahwa sebagian besar bacaan pertama dari periode pertama dan khususnya selama sepuluh hari pada awal Masa Adven, diambil dari Kitab Nabi Yesaya. Alasannya ialah karena Kitab Nabi Yesaya secara kuat menampilkan pengharapan besar akan kedatangan Mesias. Kitab Nabi Yesaya sungguh meneguhkan hati dan memberikan penghiburan bagi bangsa terpilih selama berabad-abad ketika mereka berjuang untuk tetap setia menantikan janji Allah. Pada sepuluh hari pada awal Masa Adven ini, bacaan pertama dari Yesaya menentukan tema Injil yang diambil. Ini adalah kebalikan dari praktik biasanya, yaitu bahwa bacaan Injil-lah yang dijadikan rujukan untuk menentukan bacaan pertama. Dengan mengambil bacaan dari Kitab Nabi Yesaya, Gereja membentuk kesatuan warta pengharapan abadi bagi manusia dari segala zaman.

Tidak ada komentar: