Selasa, 09 Februari 2016

Doa ibu besar kuasanya



Sumber gambar: http://www.canadiancatechist.com/wp-content/uploads/2015/12/00-00-vasili-nesterenko-the-marriage-feast-at-cana-in-gallilee-2001.jpg
[Minggu Biasa II: Yes 62:1-5; Mzm 96:1-10; 1Kor 12:4-11; Yoh 2:1-11]
Sebagai intensi Misa Kudus hari ini, kita turut bersyukur bersama dengan salah seorang saudara kita yang mengucap syukur atas terkabulnya permohonan melalui doa novena Tiga Salam Maria…,” demikian ucap Romo Paroki kami di salah satu perayaan Ekaristi. Mungkin ungkapan syukur semacam ini telah sering kita dengar, atau malah kitapun pernah mengajukannya. Tak bisa dipungkiri, besar kuasa doa Bunda Maria, yang memang bukan baru terjadi di masa ini, tetapi juga di masa ketika ia masih hidup di dunia. Bacaan Injil hari ini menyatakannya, yaitu di pesta perkawinan di Kana. Ketika itu, Bunda Maria melihat bahwa pasangan itu kekurangan anggur. Ia lalu berkata kepada Yesus, “Mereka kehabisan anggur.” Suatu kalimat sederhana, tanpa meminta, tanpa mendesak. Tetapi selanjutnya seolah ada seruan tanpa kata, yang mungkin hanya dipahami oleh Tuhan Yesus, “Tetapi aku percaya kepadaMu, Anakku. Aku menaruh harap kepadaMu. Yesus, aku tak meminta apapun untuk diriku sendiri, tetapi ini untuk mereka.” Dan kita semua mengetahui bagaimana kisah selanjutnya. Yesus menanggapi permohonan ibu-Nya, dan melakukan mukjizat-Nya yang pertama.


Dari perikop Injil Yohanes ini, kita mengetahui bahwa Bunda Maria adalah seorang ibu yang peka akan kebutuhan sesamanya. Dan Tuhan menghendaki bahwa mukjizat Yesus yang pertama itu didahului oleh permohonan ibu-Nya, yang tertuang dalam kalimat pendek, “Mereka kehabisan anggur”. Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa kalimat singkat semacam itu menjadi doa yang begitu besar kuasanya? St. Alfonsus Liguori dalam salah satu khotbahnya mengatakan, “Mengapa doa-doa Maria begitu berdaya guna di hadapan Tuhan? [Sebab] doa-doa para orang kudus [yang lain] adalah doa-doa dari para hamba, tetapi doa-doa Maria adalah doa dari seorang Ibu, yang dengan demikian berdaya guna dan besar kuasanya. Karena kasih Yesus kepada ibu-Nya tidaklah terbatas, maka permohonan ibu-Nya tidaklah mungkin tidak didengarkan… Tak ada seorang pun yang meminta Bunda Maria untuk memohon kepada Puteranya atas nama pasangan yang bermasalah itu. Di atas semua itu, hati Maria, yang tak pernah gagal untuk berbelas kasih kepada orang yang tidak beruntung… mendorongnya untuk mengambil bagi dirinya sendiri, tugas untuk memohon mukjizat kepada Puteranya, meskipun tidak diminta…. Jika Bunda Maria bertindak demikian tanpa diminta, apa yang akan terjadi, jika mereka memintanya?” (St. Alphonsus Liguori, Abbreviated Sermons, 48: On Trust in the Mother of God).
Ya, apa yang terjadi, jika kita sebagai umat beriman mau memohon kepada Bunda Maria untuk mendoakan kita? Tentu, ia akan bersegera membawa permohonan kita ke hadapan Kristus Puteranya. Memang yang mengabulkan permohonan kita tetaplah Tuhan saja, tetapi alangkah beruntungnya kita, jika bunda-Nya turut menjadikan ujud doa kita sebagai permohonannya sendiri, sebagaimana yang dilakukannya di pesta di Kana itu. Sebab walau bisa saja kita tidak “kekurangan anggur”, tetapi adakalanya kita kekurangan cinta kasih, dan manisnya kehidupan. Mungkin ada saatnya hidup kita terasa rutin dan hambar, entah dalam perkawinan, keluarga maupun di tempat kerja, di sekolah, ataupun di gereja. Sejujurnya, hanya Tuhan yang dapat mengubah hal yang biasa-biasa saja menjadi sesuatu yang sungguh berarti dan mendatangkan kebahagiaan. Hanya Tuhan yang dapat mengubah duka menjadi suka, pahit getir kehidupan menjadi pengalaman yang memperkaya iman. Bunda Maria telah sejak awal memahami pergumulan hidup di dunia. Kini di Surga ia terus menerus mendoakan kita, dan doa syafaatnya menjadi pelayanannya yang tertinggi yang diberikannya kepada Allah. Itulah karunia yang diberikan Allah kepada Bunda Maria, dan juga kepada para kudus-Nya. Bunda Maria menjadi pendoa bagi kita, yaitu anak-anaknya yang masih berziarah di dunia ini. Sebab Tuhan Yesus memang membagi-bagikan karunia-Nya untuk kepentingan bersama (lih. 1Kor 12:4-7). Ia mengikutsertakan  anggota-anggota Tubuh-Nya untuk turut melaksanakan karya keselamatan-Nya. Ia memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya (1Kor 12:11), demi kemuliaan nama-Nya. Dan seperti Bunda Maria, jika kita telah mengalami penyertaan dan pertolongan Tuhan, kitapun dipanggil untuk menjadi pendoa bagi mereka yang membutuhkan, supaya mereka pun mengalami belas kasih-Nya.
Maka marilah kita mensyukuri karya agung Tuhan untuk menyelamatkan kita. Kita bersyukur atas berbagai karunia yang diberikan-Nya kepada anggota-anggota Gereja demi kebaikan bersama. Termasuk di dalamnya, kita bersyukur untuk karunia-Nya kepada Bunda Maria, yang menjadikannya pendoa syafaat bagi kita semua. Dengan melihat kepada Bunda Maria, yang telah menerima penggenapan janji keselamatan Allah, kita pun terdorong untuk mengikuti teladan imannya. Teladan iman ini, dimulai dengan ketaatan dan kesediaan untuk melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan. Bukankah Bunda Maria telah lebih dahulu menunjukkan ketaatan imannya ketika ia menerima sabda Allah yang disampaikan oleh malaikat itu? Kini, Bunda Maria mendorong kita untuk taat kepada Tuhan, dengan berpesan, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh 2:5) Dan dengan demikian, kita berharap bahwa Tuhan Yesus akan mengubah apa yang hambar dalam hidup kita menjadi apa yang manis bagi kemuliaan nama Tuhan!
Kami mohon ya, Tuhan, semoga kami dapat memperoleh pertolongan dari doa-doa syafaat Bunda Maria. Agar kami, yang diperkaya oleh bantuannya, dapat dilepaskan dari segala marabahaya dan memperoleh rahmat kasih dan kesatuan di dalam Engkau, Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.

Tidak ada komentar: