Sabtu, 06 Februari 2016

Kaum Muda, Pergilah Keluar!

Kaum Muda, Pergilah Keluar!
[NN/Dok.Pribadi]
Pergilah Keluar: Paus Fransiskus dan kaum muda di WYD 2013.

Paus Fransiskus mengharapkan kaum muda Katolik jangan takut terjun ke berbagai bidang kehidupan di masyarakat. Bidang sosial politik, kemasyarakatan, bisnis, professional, dan kehidupan menggereja tersaji di depan mereka.

Pergilah, jangan takut, dan layanilah!” Seruan Paus Fransiskus kepada tiga jutaan orang muda Katolik dari seluruh dunia dalam World Youth Day di Rio de Janeiro, 28 Juli 2013, ini sesungguhnya merupakan perintah bagi segenap kaum muda dimana saja. Bapa Suci mendesak kaum muda agar tidak takut membawa Kristus ke dalam setiap bidang kehidupan, kepada kelompok-kelompok marginal, bahkan kepada mereka yang tampak sangat tidak peduli.

Paus membangkitkan semangat kaum muda untuk mewartakan Kristus kepada dunia. “Gereja membutuhkan kalian, semangat kalian, kreativitas kalian, dan sukacita kalian yang begitu khas,” kata Bapa Suci. “Maka, janganlah takut untuk bermurah hati bersama Kristus. Dia mengandalkan kalian! Gereja mengandalkan kalian! Paus mengandalkan kalian!”

Seruan senada disampaikan Paus Fransiskus tatkala bersua dengan kaum muda peserta Asian Youth Day, di Korea Selatan, 2014. “Tuhan meminta Anda dan saya untuk pergi keluar ke jalan besar dan jalan kecil dunia ini, mengetuk pintu hati orang lain, mengundang mereka untuk menyambut-Nya ke dalam kehidupan mereka,” katanya.

Seratus Persen Indonesia
Bagaimana dengan kaum muda Indonesia? Gereja pasti tidak hanya menyiapkan mereka untuk meyambut, setidaknya, dua peristiwa besar bagi orang muda yakni Indonesian Youth Day di Manado 2016 dan menjadi tuan rumah Asian Youth Day di
Yogyakarta, 2017. Yang lebih penting adalah bagaimana mereka bisa mempersiapkan diri menyambut masa depan untuk hidup di masyarakat Indonesia yang plural agar mereka sungguh-sungguh menjadi “100 per sen Katolik dan 100 persen Indonesia”. Seperti seruan Bapa Suci, kaum muda Indonesia pun dituntut untuk tidak takut keluar dan terjun ke masyarakat, hidup bersama mereka dan menjadi bagian dari dunia nyata Indonesia. Setidaknya ada tiga bidang yang mesti disasar dan digeluti oleh kaum muda Katolik untuk bisa menjadi “100 persen Katolik, 100 persen Indonesia”.

Pertama, dunia sosial politik dan kemasyarakatan. Paus mengharapkan kaum muda tidak takut terjun ke bidang itu. Tujuan bergerak di dunia sosial politik dan kemasyarakatan adalah untuk mencapai kesejahteraan umum atau bonum commune. Hal itu sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja. “Umat Katolik tidak boleh acuh tak acuh terhadap politik, tetapi harus memberikan nasehat serta doa-doa mereka agar para pemimpin mereka dapat memberikan yang terbaik dengan rendah hati dan cinta,” kata Paus dalam suatu homili 16 September 2014 di wisma Santa Martha Vatikan. Ia menolak gagasan bahwa orang Katolik yang baik tidak ikut campur dalam politik. “Itu tidak benar. Itu bukan jalan yang baik,” kata Bapa Suci seperti dilaporkan Radio Vatikan (16/09/2014). “Seorang Katolik yang baik hendaknya ikut terlibat dalam bidang politik, dengan memberikan yang terbaik dari dirinya sendiri. Berpolitik, sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja, merupakan salah satu bentuk tertinggi dari karya amal, karena melayani kepentingan umum,” katanya.

Terjun di bidang sosial politik bukan berarti hanya menjadi anggota parlemen, partai politik, duduk di pemerintahan, lembaga peradilan, dan lain-lain. Masih banyak peluang untuk berperanserta dalam berbagai posisi publik. Misalnya menjadi anggota komisi negara yang jumlahnya sangat banyak, dan lain-lain. Juga ada peluang masuk ke jajaran pegawai negeri, menjadi anggota TNI/ Polri, dan sebagainya. Semua itu layak dipertimbangkan oleh kaum muda sebagai gantungan cita-citanya agar bisa berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keterlibatan orang Katolik di berbagai posisi publik akan memberikan sumbangan dan nilai tertentu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Untuk itu, tentu perlu bekal yang memadai. Selain pendidikan formal, seseorang perlu memiliki kemampuan dan tekad yang besar. Sejak dini mereka harus berani keluar untuk terlibat dalam aneka kegiatan di bidang sosial politik dan kemasyarakatan bersama dengan kaum muda lain. Misalnya, mereka bisa melibatkan diri dalam organisasi partai dari tingkat dasar, aktif di lembaga swadaya masyarakat, lembaga studi dan kegiatan sosial kemasyarakatan, institusi pendidikan, dan lain-lain. Keterlibatan dalam bidang ini merupakan proses kaderisasi yang paling tepat untuk mewujudkan cita-cita berperanserta pada jabatan publik. Setidaknya, seseorang sudah memiliki ketrampilan untuk bersaing, berkompetisi atau siap ikut seleksi dan pemilihan untuk menuju tempat “pelayanan”.

Kedua, bidang bisnis, kewirausahaan, dan profesi. Cakupan bidang ini sangat luas. Pendidikan memang diperlukan sebagai modal awal. Namun keterampilan yang dipupuk baik lewat pendidikan formal maupun keterlibatan dalam bidang pekerjaan yang digeluti menjadi bekal seseorang menggapai cita-cita di dunia bisnis, entrepreunership dan professional.

Kini, bidang ini paling terbuka bagi kaum muda kita. Namun persaingan untuk menjadi yang terbaik juga tidak mudah. Hanya orang yang punya mimpi, drive untuk maju dan tahan banting, bisa berhasil. Untuk mereka yang akan bergulat dalam bidang itu, Bapa Suci pernah berpesan kepada kaum muda agar mereka tidak terlibat dalam kehidupan yang materialistis dan hedonistis atau “penyembahan berhala kekayaan” yang akhirnya mengorbankan pihak yang tidak mampu menjadi tetap miskin.

Dunia professional seperti pengacara, broker, analis, akuntan, dokter, konsultan, psikolog, dan lain-lain terbuka sangat lebar.
Namun perlu kegigihan untuk mampu memenangkan persaingan. Dengan kegigihan dan kemampuan yang memadai, kaum muda di masa datang bisa menjadi yang terbaik di bidangnya.

Dipilih karena Hebat
Di dalam dunia yang semakin terbuka itu, orang terbaik akan menjadi pilihan masyarakat sebagai pemimpin. Orang yang banyak inisiatif, memiliki jaringan dan mampu bekerjasama dalam tim, hebat dan kreatif di bidang bisnis atau professional pun bisa dilirik untuk menjadi pejabat publik di lingkaran kekuasaan.

Jalur kekekuasaan bukan hanya dari bidang sosial politik. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, misalnya. Ia adalah Managing Director Citibank/ Citigroup sebelum direkrut menjadi Dirut PT Kereta Api Indonesia. Begitu pula Tomas Lembong yang ditunjuk menjadi Menteri Perdagangan. Ia adalah salah satu pendiri provate equity fund, Quvat Management (Quvat).

Di masa lalu, memang ada sejumlah aktivis mahasiswa Katolik yang giat melancarkan demo untuk menumbangkan Orde Lama (1966). Nama-nama seperti Cosmas Batubara, Moerdopo, P. Krissantono, dan lain-lain pernah meraih jabatan publik baik di DPR maupun pemerintah. Periode 1970-1980, beberapa akademisi Katolik, utamanya para ahli ekonomi dan keuangan seperti J.B. Soemarlin, B.S. Mulyana, J. Soedradjad Djiwandono dan lain-lain ditarik menjadi teknokrat di dalam Kabinet Orde Baru.

Tiap zaman melahirkan anak-anaknya sendiri. Sejarah Angkatan 66 atau para teknokrat tahun 1970-1980 tidak akan terulang. Namun pola mereka ketika muda gigih “pergi keluar” ikut pergerakan politik atau tekun menempuh studi serta membangun jaringan, layak dijadikan acuan oleh kaum muda Katolik masa kini.

Ketiga adalah bidang kehidupan menggereja. Kaum muda dipanggil untuk menjadi tulang punggung kehidupan menggereja di masa depan. Baik sebagai aktivis maupun pengurus kegiatan di sekitar Gereja. Aktivitas dan pengenalan semasa muda akan menjadi modal untuk pelayanan di masa depan. Selain itu, kaum muda juga diharapkan menjawab panggilan untuk hidup bakti, sebagai imam, suster, dan bruder. Mereka ini pula yang akan menjadi pelayan dan roh dalam kehidupan menggereja.

Misi Kristus, “pergilah dan jadikanlah semua bangsa menjadi muridku” bisa dilakukan oleh kaum muda lewat tiga bidang itu. Mereka diajak untuk menentukan bidang apa saja yang akan menjadi tambatan cita-citanya. Itulah panggilan bagi kaum muda untuk “berani keluar” agar tidak hanya berkutat di sekitar altar atau asyik dengan smartphone-nya. Ingat, seruan Bapa Suci: “Pergilah, jangan takut, dan layanilah”.A. Margana

Tidak ada komentar: