Senin, 18 Mei 2015

Facebook Ubah Gaya Tatap Muka Manusia Zaman Sekarang yang Tak Lagi Face to Face

DUNIA kita sedang berada dalam perubahan dahsyat. Salah satu penyebabnya adalah kemajuan dalam teknologi informasi dan komunikasi. Sekarang ini, orang berbicara tentang “global village”, suatu desa atau kampong global, biarpun kenyataannya memang berbeda ! Di desa atau kampong, biasanya orang saling kenal dan saling menyapa dari muka ke muka, tetapi dalam “global village” nyatanya orang semakin terasing di tengah kemajuan teknologi dengan segala gadgetnya.
“Kenyataan ini juga menjadi pengalaman harian dalam keluarga-keluarga. Dunia digital menghadirkan perubahan atau hubungan komunikasi secara baru di dalam keluarga. Peralatan komunikasi yang merasuki keluarga-keluarga membangun perilaku khusus, yang belum pernah hadir selama ini,”ujar Ketua Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia dalam Misa Penutupan Pekan Komunikasi Sosial Nasional – Konferensi Waligereja Indonesia (PKSN-KWI) di Gereja Katedral Sorong, Papua, Minggu (17/5/2015).
Hubungan kekeluargaan zaman ini, menurut Monsinyur Turang sudah mulai berubah. Orangtua dan anak-anak semakin ditangkap basah oleh alat-alat komunikasi. Face to face semakin berubah menjadi “facebook” atau perangkat digital dengan pelbagai nama.


Kesejatian komunikasi dalam keluarga berkembang baik secara positif maupun negatif, biarpun tidak disadari sepenuhnya. Keluarga-keluarga nampaknya semakin mempercayakan diri pada alat-alat bantu komunikasi, yang pada gilirannya seringkali menjauhkan diri, bahkan membuat kita saling “terasing”.
Kepedulian akan sesama dalam keluarga, menurut Mgr. Turang berubah menjadi “angka” dalam teknologi komunikasi. “Apakah artinya ini bagi keluarga ? Keluarga masuk ke dalam gaya hidup baru dengan segala dampaknya, baik yang menyenangkan maupun tak menyenangkan,”tanya Mgr. Turang.
Dunia digital dalam keluarga semakin menjadi kehadiran jari yang saling menyapa secara pribadi. Jari manusia dalam keluarga semakin dikuasai oleh cara kerja baru, yaitu penghampiran dalam bentuk maya yang bermakna. Memang, maknanya memperluas jejaring komunikasi, biarpun kehadiran pribadi secara fisik berkurang atau bahkan hilang.
Anggota keluarga, kata Monsinyur dapat menjauh dari makan bersama akibat ketagihan dalam penggunaan alat komunikasi modern. Jadi, di samping kemajuan dalam membangun peradaban baru, keluarga-keluarga juga terperangkap dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak nyata melalui keinginan-keinginan yang dibentuk di luar kemauan kita akibat iklan atau fitur-fitur lain dalam teknologi komunikasi.
Pergerakan “on line” dalam keluarga nampaknya semakin menjadikan sesama anggota keluarga “orang lain”, sehingga komunikasi manusiawi memudar dan hubungan pribadi menjadi samar-samar.
Di tengah perubahan demikian, keluarga memang mengalami kegembiraan berjejaring, namun kemesraan keluarga harus berhadapan dengan senjata teknologi yang sangat ampuh menyodorkan gaya khusus yang berbeda.
Monsinyur mengingatkan bahwa dampak yang memukau dari teknologi komunikasi dapat menyebabkan keretakan dalam keluarga, persaingan kepemilikan gadget dalam keluarga, bahkan kecurigaan serta ketidakpercayaan satu sama lain.
Dapat muncul gossip dalam keluarga atau antar keluarga akibat pemakaian alat komunikasi yang tidak bertanggungjawab. “Pemberdayaan teknologi komunikasi tidak dengan sendirinya memberdayakan hubungan pribadi dalam keluarga: kebiasaan adat istiadat yang baik dan yang merukunkan dapat menjadi luntur akibat pengaruh konsumeristik media sosial digital,”tegas Mgr. Turang.

Tidak ada komentar: