Rabu, 20 Mei 2015

Ketulusan, Perhatian, dan Dukungan Layanan CU

Sri Darwati, Pemilik Gendis Collection, Sawojajar, Malang
Ini adalah sebuah kisah pengalaman anggota CU yang dapat menginspirasi kita. Bertemu dengan Mbak Atik Dar, panggilan akrab Ibu Sri Darwati ini langsung terasa keakraban yang muncul di butik miliknya. Gendis, adalah toko yang menyediakan busana untuk wanita, tas, dan busana muslim dan lokasinya pun berada di ruko yang sama dengan CU.
“Ini adalah suatu kebetulan”, katanya. Mengapa? Karena Mbak Atik sudah mengenal CU sejak tahun 2006, sebelum CU hadir di Sawojajar. “Waktu itu masih ikut Dinoyo,” ceritanya. 
“ Saya mendaftar hanya karena sungkan sudah diajak oleh seorang teman.” Maka dia membuka rekening sibuhar dengan jumlah minimum, hanya Rp. 25.000 saja, dan tidak lagi menyetor maupun mengambilnya. “Saya pikir, biarkan sajalah, paling-paling beberapa bulan lagi saldonya sudah habis karena terpotong biaya administrasi.
Namun tak disangkanya, ketika bertemu lagi dengan CU di Sawojajar, dan ia mengecek rekening miliknya, ternyata masih terdaftar. “Dan yang membuat saya terkejut, jumlahnya tidak berkurang, malah bertambah.”
Maka didorong oleh rasa penasaran, ia pun mencari informasi tentang produk dan layanan CU. Merasa yakin, maka ia pun kemudian bergabung menjadi anggota. “Saya merasa memperoleh banyak keuntungan,” tuturnya.
Berdirinya Gendis Collection juga merupakan hasil dari salah satu keuntungan menjadi anggota. Pada mulanya ibu yang pernah bekerja pada salah satu perusahaan asing ini terkena PHK. Gelisah karena tidak bisa berpangku tangan, maka ketika berlibur ke pulau Bali bersama keluarganya, bakatnya untuk berwirausaha pun muncul.
“Bermula dari titipan tetangga yang ingin mendapatkan oleh-oleh khas Bali,”ceritanya,”saya membeli sembilan buah selimut khas Bali untuk dijual kembali, dan langsung laris manis.”
Berawal dari situ, ia pun membeli lagi sejumlah 20, 30 bahkan 50 selimut khas Bali dan dalam hitungan hari juga ludes diserbu pembeli. Sejak itu berapapun selimut yang ia beli, selalu saja habis. Maka ia pun menambahkan dengan sprei, sarung bantal, dan bed cover khas Bali, dan tanpa diduga memperoleh peminat yang luar biasa.
Namun ia menyadari bahwa usaha tersebut hanya sementara saja, karena meskipun permintaan selimut dan bedcover cukup tinggi, namun order tersebut suatu saat akan berhenti karena pasar sudah jenuh, maka ia memutuskan untuk focus pada penjualan busana wanita. “karena jenisnya sangat beragam dan mengikuti mode yang sedang berkembang, maka usaha ini tidak akan pernah mati.”
Mbak Atik yang ternyata sudah mempunyai bakat berdagang sejak bangku SMA, kembali menelusuri jalur-jalur distribusi yang sudah dikenalnya untukmemperoleh produk yang bagus dan mengikuti mode yang sedang diminati. “Mahal nggak sih harganya,” tanya metro, ingin tahu. “Nggak kok, meskipun selalu mengikuti mode, harganya sangat terjangkau, dari Rp. 50.000an sampai paling mahal Rp. 200.000.
Tidak hanya menjual busana di butiknya, namun Mbak Atik juga memberikan pelayanan lebih dengan saran-saran secara personal tentang dan membantu memadu padan aksesoris yang sesuai dengan karakter serta kepribadian pelanggan.

“Karena pelayanan dengan tulus akan memberikan kesan tersendiri kepada pelanggan,” tambahnya sembari tersenyum, “Seperti yang diberikan CU kepada anggotanya, ketulusan, perhatian, dan dukungan.”

Tidak ada komentar: