Bar 5:1-9 Fil 1:4-6.8-11 Luk 3:1-6
PENGANTAR
Ketiga Bacaan Kitab Suci Hari Minggu Adven II ini, yakni Kitab Barukh, Surat Paulus kepada umat di Filipi, dan Injil Lukas menyampaikan kabar gembira keselamatan yang diberikan Allah kepada kita. Namun disertai tiga pesan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi, apabila kita sungguh ingin diselamatkan.
HOMILI
Nabi Barukh mewartakan kabar gembira tentang damai-sejahtera, karena Allah akan datang. Paulus berseru kepada umat di Filipi: “Usahakanlah supaya kamu suci dan tak bercatat menjelang hari Kristus”. Dan Johanes Pembaptis dalam Injil Lukas berseru : “ Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis. Maka Allah akan mengampuni dosamu. Siapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya”. Inilah kabar gembira yang kita dengarkan dalam masa Adven ini.
Apa yang disampaikan Yohanes Pembaptis duapuluh abad yang lalu, kinipun juga ditujukan kepada kita. Yohanes menyampaikan tiga syarat yang harus kita penuhi agar kita dapat diselamatkan, yaitu baptis, pertobatan dan pengampunan dosa. Tiga syarat itu berkaitan sangat erat satu sama lain.
Baptis adalah suatu tanda panggilan yang kita terima untuk memasuki suatu hidup bersama dengan Yesus. Baptis adalah pembersihan diri dari segala cacat hidup. Namun baptis bukanlah suatu tanda/saran yang bekerja secara otomatis, ataupun seakan-akan semua akan berjalan dengan sendirinya. Secara simbolis, niat dan tekad baik seseorang yang mau berdamai dengan Allah itu, dahulu dibuktikan dengan menerjunkan diri ke dalam sungai Yordan, agar segala kekotoran dirinya terhapuskan. Bagi kita sekarang ini pembaptisan itu terlaksana dalam menuangkan air di kepala/dahi kita. Sebab kepala kita adalah sumber kebaikan, tetapi juga sumber kejahatan kita.
Pertobatan dan pengakuan dosa merupakan syarat pengampunan. Pertobatan merupakan suatu perubahan keadaan hati/batin yang buruk. Bukan sekadar untuk sementara, melaikan harus mempengaruhi corak dan arah hidup dan perbuatan kita selanjutnya. Itulah yang disebut perubahan total: suatu metanoia. Bukan sekadar penyesalan atas dosa-dosa yang sudah kita lakukan, melainkan suatu perubahan mendasar dan radikal seluruh hati nurani kita! Bukan hanya berarti tidak berbuat jahat, melainkan lebih positif, yaitu berupa berbuat baik. Metanoia atau perubahan total inilah yang dapat mendatangkan pengampunan yang sebenarnya.
Pengampunan hanya diberikan Tuhan di mana ada pertobatan. Dengan demikian pengampunan dari segala dosa berarti pembebasan diri dari beban berat hidup kita. Pengampunan mendatangkan rekonsiliasi, pendamaian kembali dengan Allah, tetapi juga sekaligus pendamaian dengan sesama kita. Dengan demikian pertobatan dan pengampunan merupakan suatu penyembuhan dan pemulihan kembali hidup kita sehingga dapat menjadi tenang dan penuh damai.
Pesan yang kita peroleh dalam Kitab Suci tidak pernah ketinggalan zaman, bahkan selalu relevan dan aktual. Dan pesan keagamaan/kerohanian alkitabiah tidak boleh dipisahkan dari hidup dan perbuatan kita sehari-hari, baik dalam hubungan kita dengan Allah maupun dengan sesama. Sebab kebenaran dan kesungguhan perbuatan yang kita lakukan secara lahiriah, ditentukan oleh keadaan rohaniah/batin kita! Hubungan kita dengan Allah hanya benar, apabila hubungan kita dengan sesama adalah baik. Tiada hubungan yang baik dengan Allah, apabila hubungan kita dengan sesama kita tidak baik!
Tanggal 8 Desember 2015, pada Hari Raya Santa Perawan Maria dikandung tanpa noda, Paus Fransiskus membuka Tahun Yubileum Kerahiman, yang akan berlangsung sampai dengan tanggal 20 November 2016. Seri Paus menekankan bahwa Gereja Kristus harus makin dikenal dunia sebagai pewarta dan pelaksana kerahiman atau belas kasih Allah. Beliau berkata: “Saudara-Saudari terkasih, kerapkali saya memikirkan bagaimana caranya Gereja dapat membuktikan secara lebih nyata misinya untuk menjadi saksi kerahiman. Ini adalah suatu jalan yang dimulai dengan pertobatan rohani. Untuk itulah saya memutuskan supaya Gereja merayakan Yubileum Luar Biasa, yang berpusat pada kerahiman Allah. Tahun itu akan menjadi Tahun Yubileum Kerahiman, yang akan kita lalui di bawah terang Sabda Tuhan berikut ini: <Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati>”. Murah hati atau rahim terhadap sesama, itulah sebenarnya pertobatan sejati. Bila orang hanya hidup saleh, ataupun mempunyai devosi betapa pun intensifnya, tetapi tidak disertai perbuatan kerahiman nyata kepada sesama, maka orang itu melakukan pertobatan palsu. Bersikap dan berbuat murah hati kepada sesama seperti Allah, seperti dilakukan Yesus, itulah pertobatan sejati! Itulah tanda kasih kita kepada Allah yang benar!
Dari pesan yang kita dengar dari Kitab Suci (Barukh, Paulus, Johanes Pembandi) dan akhirnya dari pesan Yesus sendiri, yang melaksanakan perutusan yang diterima-Nya dari Allah Bapa, yang murah hati atau rahim, kita masing-masing sebagai pengikut Kristus, dan bersama-sama sebagai Gereja kristiani yang otentik atau sejati, harus bertobat untuk diselamatkan. Dan pertobatan kita yang sejati serta berkenan kepada Allah ialah, apabila kita murah hati kepada sesama seperti Bapa kita adalah murah hati. Marilah khususnya selama masa Adven ini dan sekali dalam menghayati Tahun Yubileum kerahiman, kita berusaha memiliki sikap dasar pertobatan yang dimiliki oleh Johannes Pembaptis, yaitu memiliki dan menghayati transformasi diri atau metanoia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar