Masa Adven dan Prapaskah menggunakan warna liturgi yang sama, yaitu ungu. Mengapa dalam Masa Prapaskah dilakukan puasa dan pantang, sedangkan pada masa Adven tidak? Mengapa Masa Adven hanya empat minggu, sedangkan Masa Prapaskah 40 hari?
Pertama, warna ungu berarti pertobatan. Secara tradisional, Gereja selalu mendahului hari-hari pesta agung dengan hari-hari pertobatan. Jadi, memang ada persamaan antara Masa Adven dan Masa Prapaskah, yaitu sebagai masa pertobatan. “Direktorium tentang Kesalehan Umat dan Liturgi” (2002) menyatakan bahwa Adven adalah masa “pertobatan yang sering dimunculkan oleh liturgi masa ini dengan mengutip para nabi, khususnya Yohanes Pembaptis, ‘Bertobatlah karena kerajaan surga sudah dekat’ (Mat 3:20)” (No 96). Pertobatan di sini diartikan penyesalan atas dosa, pertobatan hati, dan pertobatan perilaku dilakukan sebagai persiapan untuk merayakan pesta-pesta besar. Lewat pertobatan, termasuk Sakramen Rekonsiliasi, kita mempersiapkan palungan hati kita untuk menerima kelahiran Yesus sekali lagi di dalam diri kita.
Kedua, ada juga perbedaan antara Masa Adven dan Masa Prapaskah. Pertobatan Adven tidak seketat pertobatan Prapaskah, karena Masa Adven juga adalah “suatu masa penantian yang saleh dan penuh sukacita” (Pedoman Umum Tahun Liturgi dan Penanggalan Liturgi, 1969). Sukacita ini mengalir dari kenyataan bahwa Penyelamat yang dinanti-nantikan itu telah datang sepenuhnya dalam diri Yesus dari Nazaret. Hadirnya sukacita dinampakkan pada Minggu Adven ketiga yang disebut Minggu Gaudete atau “bersukacitalah”, yaitu dalam warna liturgi yang boleh diganti dengan warna merah muda. Hadirnya sukacita inilah yang menyebabkan bahwa pada Masa Adven tidak dilakukan ulah pertobatan seperti puasa dan pantang.
Jadi, semangat dasar Adven ialah sikap siap siaga menanti dengan gembira, optimis dalam pengharapan, disertai dengan sikap tobat untuk menyambut kedatangan Tuhan. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan: “Dengan merayakan kelahiran dan mati syahid Sang Perintis, Gereja menyatukan diri dengan kerinduannya: ‘Ia harus makin besar dan aku harus makin kecil’ (Yoh 3:30)” (KGK 524).
Ketiga, Masa Adven dimulai empat hari Minggu sebelum Natal. Panjangnya Masa Adven tidak sama, karena tergantung jumlah hari biasa terkait dengan kapan jatuhnya hari Natal. Tradisi Adven mulai dirayakan di Spanyol dan Prancis sekitar akhir abad IV, dan di Roma sekitar tahun 550-an.
Pada awalnya Masa Adven berlangsung lebih lama, yaitu enam hari Minggu, tetapi kemudian dipersingkat oleh Paus Gregorius Agung (591-604) menjadi empat hari Minggu seperti sekarang. Masa Adven hendak dibedakan dari Masa Prapaskah karena unsur sukacita dan pengharapan dari penantian Adven, berjaga-jaga dengan penuh kegembiraan dan pengharapan.
Namun demikian, Gereja-gereja Ortodoks Timur masih merayakan Masa Adven sama seperti Masa Prapaskah, yaitu selama 40 hari dengan semangat tobat, meskipun pertobatan yang dituntut tidak sekeras Masa Prapaskah. Di Gereja-gereja ini, Masa Adven dipandang sebagai masa pertobatan dan selalu memulai tanggal 15 November, sesudah pesta Santo Filipus, Rasul.
Dr Petrus Maria Handoko CM - HidupKatolik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar