YESUS Kristus telah menganugerahkan kepada persekutuan gerejawi, utamanya persekutuan keluarga, perintah baru yaitu anugerah cintakasih. Keluarga merupakan sekolah awal dari komunikasi, di mana terdapat bahasa tubuh yang sangat manusiawi.
Dengan belajar mengasihi dalam keluarga, kita membangun suatu peradaban baru, yaitu budaya kasih yang senantiasa baru dan menjiwai perjalanan hidup keluarga di mana dan kapan saja. Sayang akan hidup mulai bermekar dalam hidup keluarga, karena di dalam keluarga komunikasi “Rahim” menjadi dasarnya.
Komunikasi ini tidak memerlukan teknologi komunikasi, karena secara biologis sudah tertancap dalam hubungan ibu-anak: suiatu kegirangan yang luar biasa dan tak tergantikan. Bahasa tubuh ini masuk dalam peredaran darah bersama dan pada gilirannya mengikat kebersamaan dalam persaudaraan genealogis yang tak terhapuskan.
Komunikasi dalam keluarga menurut gaya ini adalah bentuk perjanjian “abadi” di antara kaum keluarga, biarpun sekarang ini, menurut Monsinyur Turang, hubungan demikian semakin memasuki tahap pemalsuan akibat individualisme dan materialisme di tengah pengaruh konsumeristik masyarakat semasa.
Tuntutan materialistik semakin menggerogoti hidup keluarga, sehingga kesadaran bersesama semakin menjadi miskin dan mengakibatkan keterasingan hidup dalam keluarga. Lingkungan bermain untuk berkembang menjadi dewasa semakin hilang dan jejaring sosial pun dalam keluarga nyatanya menumpukkan ketegangan-ketegangan baru, yang belum pernah hadir sebelumnya, seperti komunikasi orangtua-anak hanya dengan peralatan dunia digital.
“Dalam dunia digital “virtus” kebajikan digantikan oleh “virtual” maya. Fungsi komunikasinya ada, tetapi relasi berwajah manusiawi memudar dan menghilang sementara. Dalam konteks ini, baiklah kita ingat apa yang dititahkan Yesus: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka”(Mt 7:12),”tegas Mgr. Turang. AS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar