“Tetapi Tuhan menjawabnya, ‘Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara.’” (Luk 10, 41)
SEORANG imam curhat panjang lebar lewat bbm tentang rekan komunitasnya yang nampak sibuk sekali dengan berbagai macam hal, sehingga jarang sekali berada di tempat. Dalam satu Minggu, rekan tersebut paling hanya dua hari berada di rumah. Hari-hari lain pergi dengan berbagai macam agenda, entah rekoleksi umat atau religius, kunjungan keluarga, weekend kelompok orang muda, pendampingan komunitas religius, menikahkan pasangan di luar keuskupan dan banyak kegiatan lain. Dalam satu hari, rekan tersebut tidak lebih dari dua jam duduk di kantor. Jam-jam lain diisi dengan acara keluar rumah. Rekan tersebut sungguh sibuk, bahkan super sibuk. Mungkin inilah salah satu hal yang oleh Paus disebut sebagai salah satu dari lima belas penyakit rohani para murid pada jaman ini, yakni “The disease of excessive activity (Penyakit Super Sibuk).”
Penginjil Lukas menyebut Marta sebagai seorang yang sungguh sibuk dengan berbagai macam hal. Marta sibuk melayani Yesus beserta rombongan yang mampir di rumahnya. Memang tidak diperinci, apa saja yang dilakukan oleh Marta. Sebagai tuan rumah, Marta mungkin menyiapkan berbagai jenis makanan dan minuman untuk menjamu para tamu. Hal yang sama sering dilakukan oleh umat beriman, pada saat mereka mendapatkan kunjungan dari gembalanya. Dengan segera ibu pergi ke dapur, membuat minuman, menyiapkan makanan yang bisa dihidangkan.
Tentu baik bahwa seseorang masih mempunyai pekerjaan, tugas, kesibukan dan berbagai macam kegiatan di dalam hidup sehari-hari. Banyak pensiunan dan lansia masih suka terlibat dalam berbagai macam kegiatan dan kesibukan, agar mereka tidak nganggur dan bengong; agar fungsi-fungsi indera tidak cepat rusak.
Menjadi tidak baik, kalau berbagai macam kesibukan itu membuat seseorang lupa terhadap sesuatu hal yang ‘perlu dan penting’ atau tidak berkaitan dengan tugas pokoknya. Bahkan tugas yang utama diabaikan atau ditinggalkan. Larut dalam berbagai macam aktivitas tanpa arah yang jelas akan membuat seseorang tetap kering kehidupan rohaninya dan tidak mampu masuk ke tempat yang dalam. Kata-kata yang disampaikan selalu sama, dengan tambahan ilustrasi atau lucu-lucu, agar audiens tersenyum atau tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar