III. Dunia modern di bawah
pengaruh modernisme dan sekularisme
Untuk dapat melakukan karya evangelisasi di tengah
dunia modern ini, maka kita harus mengerti apa yang menjadi pergulatan dan
tantangan di dunia pada saat ini, yang sering bertentangan dengan nilai-nilai
Kristiani. Dunia tempat kita tinggal dipenuhi dengan begitu banyak tipu daya,
sehingga banyak orang yang terseret masuk ke dalamnya. Rasul Yohanes mengatakan
“…manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan
mereka jahat.” (Yoh 3:19). Bahaya paling besar yang dihadapi oleh dunia
modern adalah modernisme dan juga sekularisme.
1. Modernisme
Modernisme dikatakan oleh Paus Pius X sebagai “sintesis
dari semua bidaah”/ gabungan dari semua ajaran sesat[2], yang kemudian ditegaskan oleh Paus Benediktus XV[3]. Dapat dikatakan
bahwa modernisme menggabungkan semua ajaran bidaah karena modernisme ingin
menghilangkan semua hal yang berhubungan dengan Tuhan dari seluruh sendi
kehidupan. Prinsip dari modernisme ini dapat disarikan sebagai: (a)Prinsip
emansipasi, yang menghendaki kebebasan ilmu pengetahuan, tata negara dan
hati nurani, yang terpisah dari Gereja; (b) Prinsip perubahan, yang
mempercayai bahwa satu-satunya yang statis di dunia ini adalah perubahan dan
menolak sesuatu yang tetap, yang terstruktur, yang pada akhirnya akan melawan
otoritas Gereja, karena dipandang sebagai organisasi yang terlalu kaku dan
terstruktur; (c) Prinsip rekonsiliasi, yang mencoba untuk
menyatukan semua perbedaan berdasarkan perasaan hati. Dengan demikian, tidak
diperlukan doktrin-doktrin dan kebenaran-kebenaran absolut, karena
doktrin-doktrin hanyalah memecah belah rekonsiliasi.
Kita melihat contoh-contoh ada cukup banyak situs,
facebook, twitter, maupun bbm, yang sering mengungkapkan semua agama sama saja;
yang penting adalah ajaran kasih; Gereja Katolik terlalu kaku dan tidak
membumi; Gereja Katolik dan dogma dan doktrinnya hanyalah bikinan manusia
semata; tidak perlu terlalu fanatik, dll.
Dan sering perkataan-perkataan seperti di atas
dituliskan oleh umat Gereja Katolik dan bahkan para katekis! Inilah sebabnya
para Paus menyebutkan bahwa modernisme merupakan sintesis dari semua bidaah
atau kesesatan, karena bukan hanya melawan salah satu pengajaran dari Gereja
Katolik, namun melawan semua pengajaran Gereja Katolik sampai kepada
akar-akarnya. Seorang tidak dapat menjadi Katolik dan sekaligus menjadi penganut
modernisme.
2. Sekularisme
3. Pemisahan antara iman dan kehidupan sehari-hari
Keadaan di atas diperparah dengan apa yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari umat beriman, termasuk umat Gereja Katolik. Ada
sebagian umat Katolik, yang mengaku diri Katolik namun hidupnya tidak
mencerminkan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah mengenal Tuhan dan
telah diselamatkan. Orang-orang ini, yang walaupun adalah umat beragama –
termasuk umat Katolik – namun hidupnya seolah-olah tidak mengenal Tuhan. Paus
Yohanes Paulus II menyebut kelompok ini sebagai “practical atheism“
karena mereka hidup seolah-olah tidak mengenal Tuhan. Mereka menolak
adanya kebenaran absolut, dan menganggap berbagai pandangan di dunia ini
-bahkan yang bertentangan dengan ajaran Kristus sekalipun- sebagai sama-sama
benar (ini disebut relativisme). Dalam dunia digital ini, iman seolah-olah
hanyalah urusan hari Minggu, selebihnya pornografi dalam internet tidak
dipandang sebagai dosa.
Kita tahu bahwa sesuatu yang buruk atau salah akan
cepat sekali menyebar. Dan di dunia yang serba cepat dan serta serba digital,
mempermudah penyebaran informasi, termasuk informasi akan paham-paham yang
salah. Dengan masuknya dan berkembangnya ajaran-ajaran tersebut, maka
sebenarnya umat Kristen hidup di zaman yang penuh dinamika dan tantangan yang
besar. Namun, apakah kemudian kita hanya menyesali nasib dan membiarkan semua
penyesatan ini terjadi? Kalau Rasul Paulus hidup di zaman ini, apakah kita
berfikir bahwa dia hanya duduk diam dan berpangku tangan serta hanya menyesali
nasib dan menyalahkan masyarakat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar