PEKAN BIASA XVII-HARI BIASA
Kel.32:15-24; 30-34; Mzm. 106: 19-20, 21-22, 23; Mat. 13: 31-35
“AKU mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan”
Ketika seseorang dipercayakan untuk berbicara di depan umum, entah itu dalam suasana formal maupun non formal, hal pertama yang akan terlintas dalam benaknya adalah kepada siapa ia berbicara dan apa pesan yang ingin ia sampaikan kepada para pendengarnya. Kedua hal ini menjadi sangat penting dalam proses komunikasi karena menentukan keberhasilan proses komunikasi. Hal serupa terjadi juga pada zaman Yesus. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa hampir sebagian besar pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah, ditampilkan dalam bentuk perumpamaan. Yesus menyampaikan pewartaanNya dalam bentuk perumpamaan dimaksudkan agar para pengikutnya dan umat yang percaya kepadaNya lebih mudah memahami apa yang ingin Ia sampaikan.
Dalam bacaan suci hari ini, kepada kita disajikan dua perumpamaan yakni tentang biji sesawi dan ragi. Ragi dan biji sesawi adalah dua jenis bahan yang biasa digunakan oleh masyarakat dalam hidup harian. Biji sesawi merupakan jenis biji terkecil dari semua jenis tumbuhan berbiji dan ragi juga adalah bahan pengawet makanan yang diperlukan secukupnya. Ragi dalam konteks masyarakat Yahudi, mempunyai unsure negative. Namun, dalam konteks bacaan hari, ragi yang dimaksudkan bukanlah dalam arti negative melainkan sebagai lambang Kuasa Allah. Dua perumpamaan ini menekankan bahwa Kebesaran dan Kekuasaan Allah dapat dilihat dalam aktivitas sehari-hari, asal yang biasa-biasa di pandang dari kaca mata iman.
Apa alasan Tuhan Yesus pada hari ini menggunakan biji sesawi dan ragi untuk menggambarkan Kerajaan Allah? Ragi dan biji sesawi secara fisik termasuk dalam kelompok benda-benda kecil. Namun keduanya mempunyai daya kemampuan yang sangat besar untuk mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Inti sari perumpamaan ini adalah kontras antara ukuran kecil dan hasil akhir. Hal ini menggambarkan karya Yesus yang tampak amat sederhana namun kita sebagai orang-orang beriman harus menampakkan kecermelangannya. Melalui kedua perumpamaan ini, Tuhan Yesus ingin agar kita mempunyai daya yang mampu mempengaruhi lingkungan di sekitar kita. Walaupun kecil, kita hendaknya menjadi pribadi yang bekualitas. Kita harus bisa menjadi biji sesawi yang mampu bertumbuh dan berkembang. Kita juga harus bisa menjadi ragi yang mampu mengawetkan dan memberi rasa enak dalam hidup bersama. Dengan demikian, nama kita akan tercatat di dua Loh Batu sebagai yang dilukiskan kitab keluaran pada hari ini, sebagai orang yang akan diselamatkan. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar