Gereja Katolik memiliki kalendarium khusus yang dipakai
untukkeperluan
liturgy. Kalendarium ini menempel/ mengikuti pada kalender Romawi namun memuat peringatan
dan misteri yang berbeda. Tahun liturgi adalah kurun waktu satu tahun yang digunakan
sebagai pedoman untuk
perayaan liturgi. Tahun liturgi dimulai pada hari minggu Adven I dan berakhir
pada Sabtu pada pekan biasa yang terakhir, yaitu Sabtu sebelum Minggu Adven I dengan perayaan Paskah sebagai
puncaknya. Unit dasar dalam tahun liturgi adalah pekan dengan Minggu sebagai puncak,
karena Minggu merupakan peringatan kebangkitan Tuhan. Selama masa liturgi, Gereja
memaparkan misteri Kristus yang dipusatkan pada perayaan dua misteri
pokok, yaitu:
1) Kelahiran
Yesus Kristus (Christmas) pada hari 25 Desember yang
didahului dengan masa adven (Advent) 4 Minggu sebagai persiapandan dengan masa Natal sebagai masa penghayatan misteri
Natal dan berakhir pada Pesta Pembaptisan Tuhan.
2) Kebangkitan
Kristus yang dirayakan pada hari raya Paskah yang dipersiapkan dengan masa Pra Paskah (Lent) mulai pada hari
Rabu Abu. Masa ini dilengkapi dengan
masa Paskah (Easter Season) yangberakhir pada Hari Raya Pentakosta
(Pentacost).
Sementara itu, ada masa biasa (Ordinary Time) yang
terdiri atas 34-34
minggu. Masa biasa tidak berhubungan dengan segi-segi khusus dalam isteri Kristus. Pada masa biasa, dipakai warna
liturgi hijau. Jikadisederhanakan
dalam bentuk lingkaran, maka tata tahun liturgi Gereja ialah sebagai
berikut:
Ernest Mariyanto, Kamus Liturgi Sederhana, Yogyakarta:
Kanisius, 2004, entri Tahun
Liturgi dan Masa Liturgi , hlm. 122-123, 210.
a. Lingkaran Masa Natal
Masa Liturgi ini berpusat pada perayaan Natal. Pada
masa ini dirayakan
misteri-misteri utama yang berkaitan dengan inkarnasi ataupenjelmaan Sang
Sabda. Perayaan utama dalam masa Natal adalah hariraya penampakan Tuhan.
Keduanya merayakan misteri pewahyuan Allah kepada manusia. Masa Natal dibuka dengan
ibadat sore tanggal 24 Desember dan ditutup dengan Pesta Pembaptisan Tuhan,
jadi hanya sekitar 2-3 minggu. Perayaan – perayaan
Natal (atau dalam bahasa umumdisebut
Natalan) sebaiknya dilaksanakan dalam masa Natal, jadi tidak sebelum hari
raya Natal dan sesudah Pesta Pembaptisan Tuhan. Sepanjang masa Natal ini warna
liturgi yang dipakai adalah putih.
b. Lingkaran Masa Paskah
Sebelum
perayaan Paskah ada masa persiapan selama 40 hari. Sejakawal Kekristenan, jemaat merayakannya dengan olah doa dan puasa dimana
para calon baptis juga dikenalkan pada masa ini (Didakhe 7:4,4)
Ernest
Mariyanto, ibid. hlm. 123
Diagram Lingkaran liturgi(Liturgical Cycle)
pada
awalnya tidak
diadakan pesta – pesta liturgis.
Masa Prapaska adalah masa pertobatan di mana setiap orang
memerbaharui diri untuk menyiapkan puncak
masa liturgi. Dikatakan pulabahwa pertobatan
memiliki dimensi social, bukan hanya soal kesucian pribadi. Pentingnya
pertobatan digarisbawahi oleh KV II:
Pertobatan selama masa empat puluh hari
hendaknya janganhanya bersifat batin dan perorangan
,melainkan hendaknya bersifat lahir dan social kemasyarakatan. Adapun praktek pertobatan, sesuai dengan kemungkinan - kemungkinan zaman kita
sekarang dan pelbagai daerah pun juga
dengan situasi Umat beriman, hendaknya makin digairahkan dan dianjurkan
oleh pimpinan gerejawi seperti disebut.
Namun puasa Paska hendaknya dipandang keramat dandilaksanakan di mana-mana pada hari Jumat
dengan Sengsara dan Wafat Tuhan dan bila
dipandang berfaedah, diteruskan sampai Sabtu suci,supaya dengan demikian hati kita terangkat dan
terbuka, untuk menyambut kegembiraan hari Kebangkitan Tuhan. (SC 102)
Masa
liturgi ini berpusat pada perayaan Paskah. Masa Paskah dimulaipada hari Raya
Paskah dan berakhir pada hari raya Pentakosta. Jadi ada 50lamanya hari masa Paskah. Masa ini diwarnai dengan
kegembiraan dansukacita atas dasar kebangkitan Kristus, kemenangan Yesus
atas dosa dankematian. Dalam masa ini,
kegembiraan diungkapkan dengan nyanyian Aleluya. Hari - hari dalam pekan
pertama disebut oktaf Paskah. Pada hari ke-40 (Kamis
sesudah Minggu Paskah VI) dirayakan Hari Raya Kenaikan Tuhan.Hari – hari
persiapan akan kedatangan Roh Kudus yang biasanya diisi jugadengan Novena Roh
Kudus atau novena Pentakosta. Masa ini juga dipakaioleh Gereja sebagai masa
mistagogi bagi para
baptisan baru. Pada masa Theodor Klauser, A Short History of the Western Liturgy: An Account and Some Reflections,
Oxford: Oxford University Press, 1979, Hlm. 90
Mistagogi
ialah masa pemantapan iman bagi orang yang baru saja
dibaptis,para baptisan baru masih harus mengikuti
pertemuan-pertemuan katekese Liturgiyang
dimaksudkan untuk memantapkan iman mereka. Bagi orang yang dibaptispada malam Paskah, mistagogi berlangsung selama
masa paskah. Dalampraksisnya, tidak
jarang masa mistagogi ini diandaikan saja adanya. Dalamrangka pendidikan
liturgi, seyogyanya masa ini tidak dilewatkan saja.
Masa
pra Paskah menjadi masa yang amat penting
dalam menyambut Paskah, sebagaimana ditekankan dalam SC 109:
Hendaklah baik dalam Liturgi maupun dalam
katekese liturgisditampilkan lebih jelas dua ciri khas masa “empat
puluh hari”, yakni terutama mengenangkan atau menyiapkan Baptis dan membina pertobatan. Masa itu secara lebih
intensif mengajak umat beriman untuk mendengarkan sabda Allah dan berdoa dan dengan
demikian menyiapkan mereka untuk merayakan misteri Paska. (SC 109)
C. Tinjauan Liturgis Natal dan
Paskah
Liturgi gereja selalu ditujukan kepada Allah, seperti
tampak dalam pola
doa syukur agung yaitu dimana Gereja bersyukur kepada Bapa ataswafat dan
kebangkitan Kristus yang secara istimewa diungkapkan dalam perayaan Ekaristi.
Atas dasar itu dapat dikatakan bahwa ada sifat teosentris liturgi. Liturgi ‘otomatis’ bersingungan
dengan Yesus Kristus yang dirayakan. Dimensi
Kristologis Nampak dalam diri Yesus sebagai sakramen, yakni tanda nyata yang menampakkan diri dalam peristiwa
Yesus Kristus,khususnya dalam misteri Paska. Liturgi bercorak paskal
dalam artian liturgimenampilkan misteri
wafat dan kebangkitan sebagai pangkal kebaruan hidup. ‘Buanglah ragi yang lama
supaya kalian menjadi adonan baru (1 Kor 5:7-8) Di atas telah dikatakan bahwa liturgi sebagai perwujudan misteri Paskah. Maka, penekanan dan identifikasi dengan
Paskah lebih dominan daripada perayaan lain.
Sacrosanctum Concilium menampilkan posisi penting Paskah tersebut:
Adapun karya penebusan umat manusia dan permuliaan
Allah yang sempurna itu telah diawali dengan
karya agung Allah ditengah umat Perjanjian Lama.Karya itu diselesaikan oleh
Kristus Tuhan, terutama dengan misteri Paska:
sengsara-Nya yang suci, kebangkitan-Nyadari alam maut, dan kenaikan-Nya dalam
kemuliaan.
Dengan misteri itu Kristus “menghancurkan maut kita
dengan wafat-Nya dan membangun kembali hidup
kita dengan kebangkitan-Nya”. Sebab dari lambung Kristus yang beradu di salib
muncullah Sakramen seluruh Gereja yang mengagumkan
(SC. 5)
Gereja menciptakan tahun liturgi dengan
susunan tertentu dengan tujuan sebagai berikut :
Bunda Gereja yang penuh kasih memandang sebagai
tugasnya: pada hari-hari tertentu
disepanjang tahun merayakan karya penyelamatan Mempelai ilahinya dengan
kenangan suci. Sekali seminggu, pada hari yangdisebut
Hari Tuhan, Gereja mengenangkan Kebangkitan Tuhan,yang sekali setahun, pada hari raya agung Paska, juga
dirayakannya bersama dengan
Sengsara-Nya yang suci. Namun selama kurun waktu setahun Gereja memaparkan seluruh misteri Kristus, dari
Penjelmaan serta Kelahiran-Nya hingga
Kenaikan-Nya, sampai hari Pentekosta dan sampai penantian kedatangan
Tuhan yang bahagia dan penuh harapan.
(SC.102)
Perayaan malam Paskah disebut sebagai
perayaan puncak tahun liturgi Gereja.
Martasudjita menyebutnya sebagai Pusat dan Jantung Hatitahun Liturgi. Di sana
ia menekankan bahwa liturgi dirayakan sepanjang tahun dengan berpusat pada misteri Paskah. Sebab khususnya pada perayaan
meriah disemarakkan dengan pelbagai lambang hidup baru dandengan lebih banyak bacaan kitab suci, melimpahnya
simbol, tata urutan dan durasi yang panjang. Tanda yang dipakai di antaranya
ialah api, lilin Paskah, air
baptisan. Bahkan, tidak jarang ada upacara inisasi sebagaitanda bahwa mereka yang dibaptis dibangkitkan oleh
Kristus dari kedosaan. Secara liturgis, Paskah merupakan hari raya
terbesar. Persiapan yang panjang dari malam
Paskah ini juga mau menunjukkan keseriusanatau titik penting perayaan
ini.Hari raya Natal dipandang sebagai peringatan awal karya penebusanKristus di dunia ini. Inilah hari raya yang
pertama dalam tahun liturgi.Namun demikian, tata perayaannya tdak
semeriah seperti malam Paskah.
Dari
dasar- dasar di atas dapat dilihat bahwa ada hubungan yang eratantara misteri
keselamatan / penebusan dengan liturgi. Paskah pun bukan merupakan peristiwa sejarah umat Ibrani yang
dibebaskan dari
Merayakan Yesus Kristus: Kursus Azas-Azas Liturgi
berdasarkan Konstitusi Liturgi dan pembaharuan Janji Baptis, dan semua hadirin
mendapatkan percikan airsuci
yang diberkati dengan lilin Paskah. Ritus
liturgi dilengkapi dengan Pujian Paskah (Excultet) dan Paskahpagi dengan
sekuensi Paskah. Jadi secara liturgis kelihatan sekali bahwa Paskah disiapkan dengan
tata liturgi lebih dalam dan serius daripada Natal. Demikian juga didukung dengan
Sabda dan simbolisasi liturgis yang kaya makna dan meriah.
b.
Secara spiritual Perayaan Natal diawali
dengan 4 Minggu Advent (22-29 hari). Disusul 3 Minggu sesudah Natal sampai
HR Pembaptisan Tuhan.Perayaan Paskah diawali
dengan 40 hari PraPaskah dan Pekan Suci.Diikuti 50 hari Pekan sesudah
Paskah sampai Hari Raya Pentakosta.
c. Secara
Historis-Perayaan Paskah mempunyai akar
perayaan sejak jaman Gereja Perdana
(Gereja awal) dan menjadi perayaan puncak dari seluruh tahunLiturgi dan
penafsiran sejarah keselamatan.- Perayaan
Natal adalah perayaan tambahan-susulan jauh setelah Gereja Perdana lewat
dan bahkan setelah Gereja Katolik mapan.
d. Dari
sisi Tradisi Suci gerejawi- Dari tradisi
suci gerejawi, umumnya yang dirayakan adalah hari kematian dan bukan kelahiran. Perhatikan perayaan
orang kudus selalu dirayakan pada hari kematiannya, dan bukannya pada
hari kelahiran orangkudus itu. Perayaan ini pun dirayakan tak mengenal akhir.- Tetapi dari tradisi umum, orang lebih suka
merayakan kelahiran.Kelahiran dirayakan dengan meriah, terutama pada angka
istimewa. Tetapi sesudah kematian HUT kelahiran
berhenti. Kematian dirayakan untuk tradisi Indonesia hanya sampai kari ke-1000
(tahun ketiga) dan itupun diperingati
dan bukan dirayakan dengan amat sederhana dan dalam kekhusukan.
e.
Secara sosiologis Natal kini bukan menjadi
‘budaya’ orang Kristiani saja, melainkan kaum beragama lain. Hal ini juga kita
dapati dalam peringatan Valentine.
Yohanes Samiran SCJ, dalam Tradisi Natal, Rohani Yahoo
groups
Salah satu aspek yang menopang terjadinya pop culture
Ini adalah peranan kapitalisme global yang merasuk ke
dalam tatanan/ sistem masyarakat. Jika Natal dirasakan lebih meriah, hal ini
juga kedekatannya dengan peringatan tahun baru. Pada masa ini, meskipun
tidak ada perayaan Natal, gegap gempita acara,
huburan, dekorasi tahun baru turut menjadi penyebab alasan bahwa Natal pasti
meriah. Perkembangan media massa juga turut
menjadi motor penggerak antusiasme Natal dengan dihadirkannya acara-acara
hiburan. Bisnis ziarah meraup omset tinggi dengan masa Natal ini sebab
dekat dengan libur tahun baru. Ornamen dan pernak
– pernik Natal pun jauh lebih menarik dan variatif dibandingkan Paskah. Kemeriahan lahiriah (secara sosial)
menjadi acuan tingkat pentingnya suatu acara. Amat disayangkan jika
perayaan Natal dan Paskah direduksi sebatas perkara lahiriah. Sejak awalnya,
posisi dan makna Paskah selalu berada di tempat yang paling tinggi dibandingkan semua perayaan dalam Gereja. Jika dalam kenyataannya,
Paskah malah cenderung sepi dan dilupakan, hal itu sama sekali bukan menurunkan posisi dan maknanya. Justru jika ada kecenderungan
seperti itu, tugas uskup, imam, katekis, terutama para ahliliturgi belum selesai. Tugas mereka ialah
memberikan pemahaman danpenekanan kembali akan Paskah sebagai puncak liturgi
Gereja. Sebagai orang Kristiani yang
baik, hendaknya tetap berpegang teguh pada artimakna dan posisi penting
Paskah sebagai jantung dan pusat tahun liturgi, meskipun popularitasnya
dikalahkan oleh Natal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar