Selasa, 16 Juni 2015

Seperti Apa Pria Sejati Itu?

”Ayahku meninggal waktu aku tiga tahun. Kadang, aku iri sama cowok-cowok yang punya ayah. Kayaknya mereka lebih percaya diri daripada aku.”—Alex. *
”Aku enggak akrab sama ayahku. Jadinya, aku harus belajar sendiri gimana menjadi pria sejati.”—Jonathan.
BEGITU jugakah situasimu? Apakah kamu, karena satu atau lain hal, khawatir jangan-jangan kamu tidak akan pernah bisa mengerti apa artinya menjadi pria sejati? Kalau begitu, jangan putus asa!
Perhatikan caranya kamu bisa mengatasi dua tantangan yang umum.
TANTANGAN 1: Konsep populer yang keliru tentang laki-laki
Orang bilang:
·        Pria sejati itu tangguh, tak pernah menangis.
·        Pria sejati tidak mau didikte.
·        Pria lebih baik daripada wanita.

Cara lain memandangnya: Pria sejati itu kebalikan dari kanak-kanak—bukan kebalikan dari wanita. Kamu menjadi pria sejati kalau kamu meninggalkan sifat kekanak-kanakan. Rasul Kristen Paulus menulis, ”Sewaktu aku kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak, berpikir seperti kanak-kanak, bernalar seperti kanak-kanak; namun setelah aku menjadi pria dewasa aku membuang sifat kanak-kanak.” (1 Korintus 13:11) Dengan kata lain, semakin banyak kamu mengganti cara bernalar, berbicara, dan bertindak yang kekanakan dengan cara bernalar, berbicara, dan  bertindak yang dewasa, kamu semakin terbukti sebagai pria sejati. 


Coba ini: Di selembar kertas, tulis jawabanmu untuk pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.     Di bidang apa saja aku telah membuat kemajuan dalam menyingkirkan ”sifat kanak-kanak”?
2.     Di bidang apa saja aku bisa memperbaiki diri?
Silakan baca: Lukas 7:36-50. Perhatikan bagaimana Yesus terbukti sebagai seorang pria sejati dengan (1) membela apa yang benar dan (2) memperlakukan orang lain—termasuk wanita—dengan respek.
”Aku kagum sama temanku, Ken. Dia kuat—secara fisik, emosi, dan rohani—tapi dia juga baik hati. Teladannya bikin aku ngerti bahwa pria sejati itu enggak merendahkan orang lain supaya kelihatan lebih hebat.”—Jonathan.

TANTANGAN 2: Tidak adanya figur ayah yang baik
Orang bilang:
·        Jika ayahmu tidak berperan dalam keluarga, kamu tidak akan pernah bisa mengerti apa artinya menjadi seorang pria sejati.
·        Jika ayahmu tidak memberikan teladan yang baik, kamu pasti akan mengulangi kesalahannya.

Cara lain memandangnya: Walau masa kecilmu tidak ideal, bukan berarti kamu pasti akan gagal! Kamu bisa bangkit. (2 Korintus 10:4) Kamu bisa memilih mengikuti nasihat Raja Daud kepada putranya Salomo, ”Haruslah engkau kuat dan berlaku sebagai laki-laki.”—1 Raja 2:2.
Memang, bertumbuh dewasa dengan ayah yang masa bodoh—atau bahkan tanpa ayah—boleh jadi sulit. ”Enggak pernah kenal ayah itu rugi  banget,” kata Alex, yang dikutip sebelumnya. ”Umurku 25, tapi kayaknya aku baru belajar hal-hal yang harusnya sudah aku tahu sejak remaja.” Jika itu yang juga kamu alami, apa yang bisa kamu lakukan?
Coba ini: Carilah seorang pembimbing—pria yang memberikan contoh baik bagimu. * Coba tanyakan sifat apa saja yang ia yakin sangat penting dimiliki seorang pria sejati. Lantas, tanyakan bagaimana kamu dapat mengembangkan sifat-sifat itu dalam dirimu.—Amsal 1:5.
Silakan baca: Amsal pasal 1-9. Perhatikan nasihat kebapakan dalam ayat-ayat itu yang dapat membantu anak laki-laki bertumbuh menjadi pria dewasa yang bijak dan rohani.

”Aku bangga dengan diriku sekarang. Sebenarnya aku pingin sekali Ayah kasih perhatian selama aku bertumbuh, tapi aku bisa optimis menatap masa depan. Aku yakin aku enggak bakal gagal.”—Jonathan.

Tidak ada komentar: