5. Jago Kandang Saja ?
Ada
ungkapan mengatakan: ”OMK itu jago kandang saja. Beraninya berkokok di kandang sendiri
seperti ayam jantan kate, tidak berani bergaul dengan kelompok di luar
kelompoknya sendiri.” Benarkah? Ada benarnya walaupun tidak sepenuhnya. Jika
demikian, prinsip-prinsip kaderisasi macam apa yang dibutuhkan untuk menjawab
harapan OMK yang beriman mendalam dan tangguh serta berani terlibat dalam
kehidupan bermasyarakat Indonesia yang plural ini?
Saya
menawarkan spiritualitas dialog sebagai landasan kaderisasi. Spiritualitas yang
pada dasarnya tidak asing bagi OMK, yaitu yang mengalir dari dialog Allah
sendiri dengan manusia, melalui Yesus Kristus Putera-Nya dalam Roh Kudus. OMK
sendiri harus mengalami hidup nyata yang dibimbing oleh-Nya, mengalami Allah
dalam kehidupan. Mereka mesti diajak refleksi untuk menemukan makna iman atau
nilai kehidupan tertentu dalam peristiwa dan perjumpaan dengan sesama yang
beraneka ragam.
Setelah
prinsip dasar spiritualitas, barulah menyusul aneka kemampuan lainnya untuk
diberikan dalam kursus kaderisasi. Namun demikian, kaderisasi sejati bukan pada
kursus kaderisasi yang hanya empat-lima hari atau satu minggu atau satu bulan.
Tidak demikian. Kaderisasi sejati ada dalam pendampingan OMK terus menerus
sampai mereka mentas. Biarkan mereka mengalami sendiri dinamika hidup itu,
kemudian didampingi dengan mengajak mereka merefleksikan pengalaman dalam
Tuhan, lalu beraksi kembali dan seterusnya. Inilah prinsip ”see-judge-act”
yang menjadi pokok pendampingan dan kaderisasi. Sebenarnya, inti kaderisasi
sederhana saja, yaitu penemuan jatidiri yang dikasihi dan dikehendaki Allah untuk
berbuat nyata dalam kehidupan yaitu mau berdialog dengan realitas kemiskinan,
dialog dengan realitas budaya-budaya dan dialog dengan agama-agama. Intinya,
OMK yang berbuat kebaikan konkret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar