2. Tiga Ciri Orang Muda: Jati Diri, Ketidakpastian, Hubungan-Hubungan
Jati
Diri:
OMK dipanggil untuk menjadi dirinya sendiri – yaitu menjadi diri sendiri
seperti yang dikehendaki Tuhan. Hanya dengan mengetahui jati dirinya
sesuai yang dikehendaki Tuhan, maka OMK bisa membangun dunia dan handal.
Meminjam kata-kata Santa Katharina dari Siena (1347-1380), “Be who God
meant you to be and you will set the world on fire”.
Namun,
orang muda masa kini, tak terkecuali di tempat kita, sedang mengalami
ketimpangan biologis-psikososial. Kebutuhan untuk meningkatkan
pendidikan dan pelatihan telah memperpanjang masa muda mereka, dan menunda masa
“mentas” mereka. Di alam pedesaan tradisional pemuda dinyatakan lulus dari
remaja ke dewasa dengan pernikahan dini. Sekarang orangtua diharapkan untuk
merawat orang dewasa muda lebih lama lagi. Sementara itu perbaikan diet
dan kondisi lingkungan yang lebih baik telah mengakibatkan pubertas awal. Jadi,
anak-anak secara biologis siap untuk menikah lebih awal daripada di masa lalu,
namun kini mereka harus menunda pernikahan karena alasan psikososial. Ada
ketimpangan antara perkembangan biologis yang lebih cepat dan kematangan
psikososial yang lebih lambat. Pengenalan Jati diri menjadi makin susah dalam
situasi ini.
Ketidakpastian: Dari sisi sosio-ekonomi, Umat
Katolik Indonesia terbagi menjadi dua: sekitar separuh menikmati kesejahteraan
yang membuat mereka gampang meraih apa yang mereka inginkan, dan separuh masih
berjuang untuk meningkatkan taraf kesejahteraan mereka. Bagi Orang Muda
Katolik (OMK) dari kalangan kaum beruntung, sering ada beberapa pilihan
pekerjaan yang bermanfaat bagi mereka. Bagi OMK yang dari kalangan kurang
beruntung, hampir tidak ada pilihan sama sekali. Setengah pengangguran atau
pindah-pindah kerja (bekerja tidak sesuai dengan ilmu yang dipelajari)
mengalami peningkatan jumlah. Bagi kebanyakan OMK, wajah mereka menampakkan
ketidakpastian masa depan.
Hubungan-Hubungan: Sementara OMK masih bergulat dengan jati diri yang tak kunjung jelas, dan berjuang mendapatkan pekerjaan, maka OMK harus belajar membangun relasi antar-pribadi dalam keluarga, teman sebaya dan menemukan jodoh atau panggilan hidup (mau pacaran dan menikah, atau melajang, atau selibat demi Kerajaan Allah?). Suatu relasi-relasi yang membelit mereka dan bisa membingungkan jika tidak didampingi secara bijaksana. Mereka membutuhkan relasi yang bermakna, bukan hanya “just for fun” maupun main-main
Tidak ada komentar:
Posting Komentar