Sabtu, 06 Juni 2015

TATA GERAK SELAMA EKARISTI


Selama mengikuti Ekaristi ada beberapa gerakan yang harus kita perhatikan. Kadang kita sering bingung kapan kita harus berdiri, kapan kita harus menundukkan kepala, atau berapa kali kita membuat Tanda Salib, atau malah kita sering bertanya untuk apa gerakan itu kita lakukan. Berikut saya coba bagikan tata gerak dan sedikit maknanya.


Tanda Salib, dibuat saat:
-          memasuki gereja sambil menandai diri dengan air suci sebagai tanda peringatan pembaptisan yang telah kita terima;
-          mengawali dan mengakhiri Perayaan Ekaristi;
-          menerima percikan air suci kalau dibuat sebagai pengganti Pernyataan Tobat. Tanda ini mengungkapkan kesadaran kita sebagai anak Allah dan kesetiaan kita pada janji baptis;
-          memulai Bacaan Injil dengan membuat tanda salib pada dahi, mulut, dan dada untuk mengungkapkan hasrat agar budi diterangi, mulut disanggupkan untuk mewartakan, dan hati diresapi oleh Sabda Tuhan.
-          menerima berkat pengutusan pada bagian Penutup.

Berdiri, dilakukan ketika:
-          menyambut Imam dan para Pelayan yang berarak menuju Altar. Ini menunjukkan penghormatan kepada Allah yang datang dan hadir di tengah Umat. Kita berdiri dari awal hingga Doa Pembuka, kecuali saat Tobat kita berlutut. Tapi, karena di Gereja kita masih belum memungkinkan untuk berlutut saat Tobat, jadi kita tetap berdiri ya;
-          pemakluman Injil sebagai tanda hormat pada Tuhan Yesus Kristus yang bangkit mulia dan yang hendak memaklumkan Sabda-Nya;
-          mengucapkan Syahadat untuk memperbaharui pengakuan iman sebagai tanda kesediaan menjadi saksi iman;
-          menyampaikan Doa Umat, sebagai tanda hormat pada Allah yang setia mendengarkan dan mengabulkan doa-doa umat;
-          memulai Doa Syukur Agung (Prefasi) hingga Kudus, sebagai tanda hormat dan syukur pada Allah;
-          mengucapkan/menyanyikan Doa Bapa Kami sebagai tanda pujian dan permohonan;
-          Imam mengucapkan Doa Sesudah Komuni sebagai tanda syukur.

Berlutut, dilakukan saat:
-          mengucapkan Doa Tobat untuk menunjukkan sikap kerendahan hati dan permohonan ampun;
-          mengucapkan “Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria dan menjadi manusia” (Syahadat Nikea-Konstantinopel) atau “yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria” (Syahadat Para Rasul) khusus pada Hari Raya Natal sebagai ungkapan iman yang mendalam;
-          Imam mendoakan kisah institusi (Kisah Perjamuan Tuhan) dalam Doa Syukur Agung, termasuk di dalamnya kata-kata konsekrasi, sebagai tanda hormat dan pujian;
-          Mempersiapkan diri pada waktu akan menerima komuni dan meresapkan kehadiran Tuhan Yesus di dalam hati pada waktu telah menerima komuni sebagai sikap sembah sujud untuk hormat kepada Allah.
Lalu bagaimana di gereja paroki kita? Khan ga ada sarana buat berlutut? Karena tidak memungkinkan berlutut, umat hendaknya berdiri. Jadi yang seharusnya berlutut kita ganti dengan berdiri. Tapi jika kita berkesempatan mengikuti Perayaan Ekaristi dimana gerejanya punya sarana berlutut, kita harus berlutut ya..

Menebah Dada, gerakannya mirip ‘menepuk’ dada, dibuat ketika mengucapkan “… saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa..” pada pernyataan Doa Tobat Saya Mengaku pada Ritus Pembuka sebagai tanda tobat dan penyesalan.

Menyembah, dilakukan ketika Imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus setelah mengucapkan kata-kata konsekrasi sebagai tanda hormat dan bakti kepada Tuhan.

Menundukkan Kepala, dilakukan ketika:
-          Imam selesai mengangkat Tubuh dan Darah Kristus setelah mengucapkan kata-kata konsekrasi sebagai tanda hormat dan bakti kepada Tuhan;
-          menerima berkat sebagai tanda kesediaan dan kerendahan hati.

Membungkuk, dilakukan ketika mengucapkan “Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria dan menjadi manusia” (Syahadat Nikea-Konstantinopel) atau “yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria” (Syahadat Para Rasul) sebagai tanda ungkapan iman.

Mengatupkan Tangan, (mengatupkan tangan di dada) dibuat ketika akan menerima komuni sebagai ungkapan kesetiaan pada Tuhan.

Duduk, dilakukan saat:
-          Kitab Suci dibacakan, selain Injil, sebagai ungkapan kesediaan mendengar dan merenungkan Sabda Tuhan;
-          persiapan persembahan sebagai ungkapan kesediaan memberi diri kepada Tuhan dengan penuh penyerahan;

-          petugas membacakan pengumuman sebagai kesediaan mendengarkan dan melaksanakan tugas kewajiban.


_-Sumber: Buku TPE-

Tidak ada komentar: