Sabtu, 06 Juni 2015

BERBAGAI ISTILAH UNTUK EKARISTI


Dalam sejarah Ekaristi muncul banyak istilah. Kenyataan ini menunjukkan banyaknya pemahaman dan pengartian Gereja atas misteri Ekaristi. Selain itu, Ekaristi merupakan misteri iman yang tidak pernah habis digali.




  • Ekaristi: Berasal dari bahasa Yunani eucharistia yang berarti puji syukur. Kata kerja eucharistein yang berarti memuji, mengucap syukur (bdk Mat 26:27; Lk 22:19.20). Ada kesamaan dengan eulogein yang berarti memuji-bersyukur. Dua kata ini sering digunakan untuk menerjemahkan barekh dalam bahasa Ibrani yang berarti memuji, memberkati. Kata bendanyan barekhah berarti pujian, syukur. Istilah ini digunakan Gereja perdana sampai abad keempat dan selanjutnya digunakan istialh “kurban” (sacrificium)dan “persembahan” (oblatio). Istilah ini muncul kembali dalam Konsili Vatikan II.
  • Misa: Istilah ini populer dalam Gereja Barat sejak abad V-VI sampai saat ini. Istilah ini muncul dari rubrik pembubaran umat “Ite missa est”. Istilah ini mau menekankan aspek perutusan kita sebagai murid Kristus.
  • Pemecahan Roti: Istilah ini berasal dari tradisi doa syukur sebelum perjamuan keluarga Yahudi dan digunakan untuk menekankan kesatuan kita dengan Tuhan dan sesama.
  • Perjamuan Tuhan (Dominica Cena): Istilah ini digunakan untuk menunjukkan aspek eskatologis perayaan Ekaristi (bdk Mat 25:10. Mat 22:1-10) . Paulus menggunakan istilah ini untuk menghubungkan Ekaristi dengan kedatangan Tuhan pada akhir zaman (1Kor 11:26).
  • Sacrificium dan OblatioIstilah “kurban” (sacrificium) dan “Persembahan”(oblatio) populer dalam Gereja sejak abad IV sampai dengan Konsili Vatikan II. Istilah ini berhubungan dengan persembahan material yang dibawa umat ke altar.

Ekaristi Dalam Ajaran Konsili Vatikan II

Konsili Vatikan II menyampaikan ajaran mengenai Ekaristi dalam berbagai dokumen, terutama Konstitusi Lumen GentiumSacrosanctum Concilium dan dekret Pressbyterorum Ordinis. Namun tidak ada suatu tulisan khusus dan sistematis tentang Ekaristi yang dihasilkan Konsili Vatikan II.

1. Dasar Kristologis

Ekaristi ditetapkan dan diperintahkan oleh Yesus sendiri pada perjamuan malam terakhir sebagai kenangan akan diri-Nya dan karya penebusan-Nya yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan-Nya. Kristus merupakan dasar yang memberi makna kepada perayaan Ekaristi. Karena itu dalam Kristus Ekaristi menjadi sangat kaya akan makna.


  • Ekaristi sebagai Kurban. Ajaran Konsili Vatikan II tentang Ekaristi sebagai kurban berhubungan erat dengan tradisi teologis. Konsili Trente menegaskan bahwa “Kurban Misa identik dengan kurban salib Kristus dan perbedaan keduanya terletak dalam cara”. Konsili Vatikan II menghubungkan kurban Ekaristi dengan perjamuan malam terakhir dan kurban salib. Kurban Salib Kristus dirayakan dan dihadirkan pada setiap perayaan Ekaristi. Kurban Ekaristi dan kurban salib merupakan satu kesatuan. Ekaristi merupakan satu kurban dalam mana Yesus Kristus mengabadikan kurban salib-Nya yang sekali untuk selamanya itu di dalam, melalui dan dengan Gereja. 
  • Ekaristi sebagai perayaan kenangan (Anamnese). Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa dalam Perayaan Ekaristi, kurban salib Kristus yang sekali untuk selamanya itu kini dikenang, artinya dihadirkan dalam Gereja. Namun, kurban salib Kristus yang satu dan sama itu dirayakan oleh Kristus melalui dan bersama dengan Gereja-Nya dalam rupa lambang, yaitu roti dan anggur.
  • Ekaristi sebagai Sakramen. Konsili Vatikan II menyatakan bahwa Kristus “mempercayakan kepada Gereja, Mempelai-Nya yang terkasih, kenangan wafat dan kebangkitan-Nya: sakramen cinta kasih, lambang kesatuan ikatan cinta kasih” (SC 47). Ekaristi yang menghadirkan kurban salib Kristus itu disebut juga sakramen. Konsep sakramen dan kurban tidak terpisahkan. Istilah ini menunjukkan kehadiran Kristus(realis praesentia) dalam Sakramen Mahakudus atau hosti suci. 
  • Ekaristi sebagai Perjamuan.  Konsili Vatikan II juga mengajarkan Ekaristi sebagai perjamuan Paskah (SC 47). Istilah perjamuan harus dipahami dalam kaitan dengan konsep Ekaristi sebagai kenangan. Istilah perjamuan mau menunjukkan makna perjamuan dari Ekaristi yang berpangkal dari perjamuan malam terakhir Yesus, yang dalam tradisi sinoptik merupakan perjamuan Paskah (Yahudi). 

2. Dimensi Eklesiologis


  • Ekaristi sebagai Perayaan Gereja. Konsili Vatikan II (SC 47) menegaskan bahwa Ekaristi adalah sesuatu yang ditetapkan yakni “dipercayakan” oleh Kristus kepada Gereja. Dalam Ekaristi Gereja mengungkapkan dan melaksanakan dirinya sebagai sakramen keselamatan Allah. Dalam Ekaristi terbentuk dan lahirlah Gereja. Ekaristi adalah perayaan seluruh Gereja (SC 48) yang menuntut keikutsertaan aktif seluruh umat.
  • Ekaristi sebagai Pusat Liturgi. Misteri Ekaristi dipandang oleh Vatikan II sebagai pusat seluruh liturgi (SC 6), karena dalam kurban ilahi Ekaristi terlaksana karya penebusan kita (SC 2). Ekaristi merupakan sumber yang mengalirkan rahmat kepada kita.
  • Ekaristi sebagai Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja. Konsili Vatikan II (LG 11) menegaskan bahwa Ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan Gereja. Ekaristi adalah sumber yang mengalirkan rahmat yang dibutuhkan oleh Gereja dalam kegiatan hidupnya sehari-hari dan mengarahkan hidupnya untuk kembali bersyukur dalam Ekaristi. Ekaristi tidak terpisah dari kehidupan sehari-hari. Hidup adalah sebuah ibadah (Rm 12:1; Yak 1:26-27).

3. Aspek Teologis Rahmat

Konsili Vatikan II (SC 47) menegaskan daya guna Ekaristi.dengan mengatakan: “Dalam perjamuan itu Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat, dan kita dikurniai jaminan kemuliaan yang akan datang”. Dalam Ekaristi umat beriman menerima rahmat keselamatan dan rahmat kesatuan dengan Kristus serta sesama.

4. Prespektif Eskatologis

Ekaristi merupakan kurnia eskatologis. Dalam Ekaristi yang dirayakan Gereja di dunia ini, “kita ikut mencicipi liturgi surgawi, yang dirayakan di kota suci Yerusalem, tujuan peziarahan kita” (SC 8). Perayaan Ekaristi adalah perayaan perjamuan surgawi di bumi.

Tidak ada komentar: