“Pendidikan koperasi, penting bagi
anggota dan lebih-lebih bagi pengurusnya” (Bung Hatta,
bapak koperasi (RI)
Roh dari koperasi bukan uang,
bukan besarnya koperasi, tetapi para anggota harus berpendidikan koperasi yang
cukup. Mereka akan berpotensi untuk maju, mandiri dan tegak kuat.
Lincah
Koperasi Kredit, biasanya
identik dengan Credit Union dan sudah tersebar diseluruh Indonesia. Koperasi
Kredit (disingkat Kopdit) memang enggan disebut koperasi biasa, sebab memang
lain cara kerja dan Visi Misinya. Sama-sama bergerak dibidang koperasi, tetapi
perbedaannya seperti
bumi dan langit. Koperasi Kredit, bergerak lebih
lincah dari pada koperasi lain. Ia menerobos dari daerah satu ke daerah lain
dengan lincah tanpa kenal lelah. Ia berperahu 8 jam, kehulu sungai di
Kalimantan untuk memotivasi sekelompok suku untuk masuk menjadi anggota CU.
Tiga fasilitator CU.
masih muda, terus bekerja memotivasi sekelompok
pemuda-pemudi karyawan Mall di Bogor
dari jam 07.00–12.00, agar mereka menjadi anggota Cresit Union. Dan 5 fasilitator sejak
subuh sudah menuju ke desa Jatiasih Bekasi untuk memberi pendidikan dasar
manajemen Kopdit kepada 20 calon anggota.
Mengapa
calon anggota perlu terdidik
Bung Hatta mengajarkan, bahwa
pendidikan koperasi bagi calon anggota dan Pengurus Koperasi sangatlah penting.
Pengurus tanpa modal kepandaian, ibarat nahkoda kapal tanpa kompas, seperti
mengendarai mobil dengan ditutup matanya. Bung Hatta belajar ekonomi dinegeri
Belanda (1922–1931), dan selama 9 tahun ia menekuni koperasi-koperasi di Eropa
yang saat itu sedang tenar-tenarnya credit
union (lahir 1900). Kembali pada judul diatas, mengapa perlu pendidikan, jawabannya
adalah: usaha koperasi adalah usaha jasa, dan unik, perlu dengan verbal
(bicara=
oral) disebabkan beberapa hal memerlukan
penjelasan-penjelasan yang harus fase to
fase (bertemu muka). Kalau dalam interaksi, sudah berhasil saling ada
pengertian, maka proses selanjutnya akan bergulir kearah tujuan bersama. Jadi,
kalau menganggap masuk koperasi kredit tanpa pendidikan sah saja, dapat
diibaratkan masuk lingkungan credit union
tanpa tahu apa itu Credit Union. Juga
sah-sah saja? Ibaratnya, makan nasi dengan sayur tetapi tanpa garam. Hambarkan?
Siapa yang
mengambil uang saya?
Credit Union / Kopdit terus bergerak melaju dinusantara. setiap
kota agak besar pasti sudah
terhimpun Credit
Union. Ada yang baru terdiri, ada yang susah lama tetapi pertumbuhan
anggota senin–kemis (sulit berkembang), ada pula yang harus berjuang hebat
menaklukkan kegamangan warga desa, yang takut uangnya dibawa lari koperasi
kredit. Pada suatu kesempatan pendidikan CU, penulis menghadapi sekumpulan
warga desa yang acuh tak acuh terhadap penjelasan-penjelasan Kopdit. Sebelum penutupan
ditempatkan ada 2 orang (laki dan perempuan) untuk curah hati. Bapak A
mengatakan: “Saya semula curiga dengan Kopdit. Koperasi ini pasti akan membawa
pergi uang kita bersama. Namun, setelah 2 hari saya mendapat pendidikan CU,
pikiran saya berubah. Kalau saya menabung di CU Rp 1.500.000,- dan saya boleh
meminjam uang RP 3.000.000,- Ini kan aneh. Bukan uang saya yang diambil, tetapi
justru koperasi yang baik hati mau mengulurkan pinjam kepada saya. Maka, saya
sekarang sadar, dan saya akan masuk Kopdit. Mohon dicatat nama saya!” (Dan
tepuk tangan mengiringi pidato itu). Dan sampailah pada babak akhir pendidikan 2
hari, dari 25 calon anggota ternyata ada 20 calon yang masuk langsung menjadi
anggota.
Jangka
Panjang
Kopdit (Credit Union) bersikap
tegas terhadap para calon anggota, yaitu agar mereka sejak awal masuk sudah
belajar menabung, yang kelak berguna bagi dirinya. Seseorang yang sudah
memiliki tabungan, akan hidup tenang, lalu bisa merencanakan hidup untuk jangka
pendek dan jangka panjang. Pendidikan koperasi di CU sangat berguna bagi calon anggota
dan para anggota karena diajarkan mengatur Ekonomi Rumah Tangga (ERT), belajar Anggaran
Dasar, belajar Manajemen Dasar Kopdit, Akuntansi Dasar, Jatidiri Koperasi, dan
yang tak kalah penting adalah membangun jiwanya untuk menjadi manusia yang
berwatak usaha produktif (bukan konsumtif), gemar menabung serta menemukan diri
pribadi sebagai manusia yang swadaya (self
help), mandiri, tetapi tetap berwatak sosial. Hanya dengan pendidikan
koperasi yang benar, maka koperasi akan maju, swadaya modal dan mandiri dalam
usaha, berwatak solidaritas, dan pantang menyerah pada rintangan-rintangan yang
menghadangnya. Ray
Tidak ada komentar:
Posting Komentar