Senin, 08 Juni 2015

Sayur tanpa Garam

“Pendidikan koperasi, penting bagi anggota dan lebih-lebih bagi pengurusnya” (Bung Hatta,

bapak koperasi (RI)
Roh dari koperasi bukan uang, bukan besarnya koperasi, tetapi para anggota harus berpendidikan koperasi yang cukup. Mereka akan berpotensi untuk maju, mandiri dan tegak kuat.
Lincah
Koperasi Kredit, biasanya identik dengan Credit Union dan sudah tersebar diseluruh Indonesia. Koperasi Kredit (disingkat Kopdit) memang enggan disebut koperasi biasa, sebab memang lain cara kerja dan Visi Misinya. Sama-sama bergerak dibidang koperasi, tetapi perbedaannya seperti
bumi dan langit. Koperasi Kredit, bergerak lebih lincah dari pada koperasi lain. Ia menerobos dari daerah satu ke daerah lain dengan lincah tanpa kenal lelah. Ia berperahu 8 jam, kehulu sungai di Kalimantan untuk memotivasi sekelompok suku untuk masuk menjadi anggota CU. Tiga fasilitator CU.


masih muda, terus bekerja memotivasi sekelompok pemuda-pemudi karyawan Mall di Bogor
dari jam 07.00–12.00, agar mereka menjadi anggota Cresit Union. Dan 5 fasilitator sejak subuh sudah menuju ke desa Jatiasih Bekasi untuk memberi pendidikan dasar manajemen Kopdit kepada 20 calon anggota.

Mengapa calon anggota perlu terdidik
Bung Hatta mengajarkan, bahwa pendidikan koperasi bagi calon anggota dan Pengurus Koperasi sangatlah penting. Pengurus tanpa modal kepandaian, ibarat nahkoda kapal tanpa kompas, seperti mengendarai mobil dengan ditutup matanya. Bung Hatta belajar ekonomi dinegeri Belanda (1922–1931), dan selama 9 tahun ia menekuni koperasi-koperasi di Eropa yang saat itu sedang tenar-tenarnya credit union (lahir 1900). Kembali pada judul diatas, mengapa perlu pendidikan, jawabannya adalah: usaha koperasi adalah usaha jasa, dan unik, perlu dengan verbal (bicara=
oral) disebabkan beberapa hal memerlukan penjelasan-penjelasan yang harus fase to fase (bertemu muka). Kalau dalam interaksi, sudah berhasil saling ada pengertian, maka proses selanjutnya akan bergulir kearah tujuan bersama. Jadi, kalau menganggap masuk koperasi kredit tanpa pendidikan sah saja, dapat diibaratkan masuk lingkungan credit union tanpa tahu apa itu Credit Union. Juga sah-sah saja? Ibaratnya, makan nasi dengan sayur tetapi tanpa garam. Hambarkan?

Siapa yang mengambil uang saya?
Credit Union / Kopdit terus bergerak melaju dinusantara. setiap kota agak besar pasti sudah
terhimpun Credit Union. Ada yang baru terdiri, ada yang susah lama tetapi pertumbuhan anggota senin–kemis (sulit berkembang), ada pula yang harus berjuang hebat menaklukkan kegamangan warga desa, yang takut uangnya dibawa lari koperasi kredit. Pada suatu kesempatan pendidikan CU, penulis menghadapi sekumpulan warga desa yang acuh tak acuh terhadap penjelasan-penjelasan Kopdit. Sebelum penutupan ditempatkan ada 2 orang (laki dan perempuan) untuk curah hati. Bapak A mengatakan: “Saya semula curiga dengan Kopdit. Koperasi ini pasti akan membawa pergi uang kita bersama. Namun, setelah 2 hari saya mendapat pendidikan CU, pikiran saya berubah. Kalau saya menabung di CU Rp 1.500.000,- dan saya boleh meminjam uang RP 3.000.000,- Ini kan aneh. Bukan uang saya yang diambil, tetapi justru koperasi yang baik hati mau mengulurkan pinjam kepada saya. Maka, saya sekarang sadar, dan saya akan masuk Kopdit. Mohon dicatat nama saya!” (Dan tepuk tangan mengiringi pidato itu). Dan sampailah pada babak akhir pendidikan 2 hari, dari 25 calon anggota ternyata ada 20 calon yang masuk langsung menjadi anggota.

Jangka Panjang
Kopdit (Credit Union) bersikap tegas terhadap para calon anggota, yaitu agar mereka sejak awal masuk sudah belajar menabung, yang kelak berguna bagi dirinya. Seseorang yang sudah memiliki tabungan, akan hidup tenang, lalu bisa merencanakan hidup untuk jangka pendek dan jangka panjang. Pendidikan koperasi di CU sangat berguna bagi calon anggota dan para anggota karena diajarkan mengatur Ekonomi Rumah Tangga (ERT), belajar Anggaran Dasar, belajar Manajemen Dasar Kopdit, Akuntansi Dasar, Jatidiri Koperasi, dan yang tak kalah penting adalah membangun jiwanya untuk menjadi manusia yang berwatak usaha produktif (bukan konsumtif), gemar menabung serta menemukan diri pribadi sebagai manusia yang swadaya (self help), mandiri, tetapi tetap berwatak sosial. Hanya dengan pendidikan koperasi yang benar, maka koperasi akan maju, swadaya modal dan mandiri dalam usaha, berwatak solidaritas, dan pantang menyerah pada rintangan-rintangan yang menghadangnya. Ray

Tidak ada komentar: